112 research outputs found
Tuhan dan Masalah Kejahatan dalam Diskursus Ateisme dan Teisme
Artikel ini mendiskusikan bagaimana kehendak bebas manusia telah mengantarkannya ke dalam kejahatan. Demikian karena dengan kehendak bebas, jelaslah bahwa Allah yang memberi kebebasan pada manusia itu berarti sekaligus dengan segala konsekuensinya, yaitu keleluasaan dalam memilih (free choice). Kajian ini bersifat investigasi filosofis seperti yang dilakukan oleh A. Plantinga dengan metode analisis tekstual. Kajian ini menemukan bahwa kebebasan yang diharapkan dapat membawa manusia kepada kebaikan-kebaikan dan perkembangan spiritual dirinya sebagai manusia, jelas mengandaikan kemungkinan penyalahgunaan kebebasan, hingga batas yang paling tidak masuk akal sekalipun, perbuatan-perbuatan irasional yang sangat kejam. Ada kejahatan yang menghasilkan konsekuensi yang melebihi dari yang diduga, tetapi ada juga kemungkinan manusia melakukan kejahatan yang memang sungguh-sungguh irasional yang dilakukan secara sadar
Dinamika NU: Komitmen Kebangsaan, Semangat Kembali ke Khittah, serta Pemberdayaan Civil Society
Sebagai kekuatan yang berbasis masyarakat sipil di Indonesia, NU merupakan representasi Ahlus Sunnah wal Jama'ah dengan gerakan konkrit dalam proyeksi membangun dan mengembangkan kesadaran spiritual dan sekaligus transformasi sosial. Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan dengan menggunakan landasan âMetodologi Penelitian Sosial Keagamaanâ untuk memperoleh kejelasan permasalahan yang berkaitan dengan realitas sosial agama. Dalam rangka memotret gerakan sosial, artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kontribusi Nahdlatul Ulama (NU) dalam pemberdayaan Masyarakat Sipil di Indonesia dan didasari oleh sejumlah pertanyaan, apa bentuk komitmen dan semangat kebangsaan. âKembalinya Khittahâ NU sebagai pintu masuk Civil Movement Society di Indonesia? Apa peran Gus Dur â semangat transformasi sosial di NU â dalam pemberdayaan masyarakat sipil? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NU mempunyai kemampuan mendialogkan antara agama dan realitas kehidupan bernegara. Padahal, NU merupakan elemen kekuasaan di luar negara dan berada di tengah-tengah masyarakat sipil, dan semangat âKembali ke Khittahâ yang bergaung sejak tahun 1984, telah menemukan pijakan untuk menyemaikan gerakan masyarakat sipil di Indonesia. Dalam kurun waktu sejarah tertentu, NU di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid mampu menunjukkan vitalitas dan energinya yang besar, menjadi kekuatan masyarakat sipil di Indonesia dan menjadi âpenyeimbangâ kekuatan hegemonik negara. Namun, ketika ia menjadi presiden, transformasi sosial yang diartikulasikan melalui pemberdayaan masyarakat sipil berbasis komunitas pedesaan mengalami stagnasi karena energi NU kembali tersedot oleh pilihan politik praktis untuk menjauhkan Abdurrahman Wahid dari kekuasaan
Perspektif Global Islam dan Pluralisme
Theologically and historically, Islam can not be separated from other religions. However, the shape and style off the relationship in between them have taken place according to certain context and specific historical trajectory. Occasionally, this relationship was polemical, but more frequently it occurred in more dialogical nuance. Nevertheless, the principle of the relationship between Islam and other religions is similar, in the line of Qur'Änic teachings and as exemplified by the Prophet Muhammad in his life times, i.e. to affirm and respect other religionsâ existence, and to bestow freedom that their followers could practice their faith respectively. This is as articulated by Dale F. Eickelman, a contemporary Islamicist, "The Qur'Än offers a distinctly modern perspective on the role of Islam as a force for tolerance and mutual recognition in a multiethnic, multicommunity world." This article proves that the Qur'Än accepts differences and diversities existing in human society; it even receives more specific views concerning to the plurality of believe and religious laws
Pendidikan untuk Perubahan: Sepotong Catatan Tentang Cerita Motivasi dan Inspirasi dari Ambon
Pendidikan merupakan karakter suatu bangsa. Semakin baik pendidikan suatu negara, semakin baik pula moral, ekonomi, dan budaya negara tersebut. Pendidikan karakter bersifat luas dalam cakupan dan sulit didefinisikan secara tepat. Tetapi, yang dimaksud pendidikan karakter di sini adalah suatu istilah yang menjelaskan berbagai aspek pengajaran dan pembelajaran bagi perkembangan personal. Pendidikan karakter meliputi beberapa area, seperti: penalaran moral, pembelajaran sosial dan emosional, pendidikan/kebajikan moral, pendidikan keterampilan hidup, pencegahan kekerasan, dan resolusi konflik.
Buku ini memberikan gambaran tentang cerita Perubahan sebuah pandangan dan tanggapan yang unik dan âapa adanyaâ namun mengandung makna penting untuk dikaji. Sebanyak 40 guru di Ambon menceritakan kisah inspiratif dan pengalaman mereka selama mengajar anak-anak di sekolah. Mereka menceritakan kisah Perubahan sosial, reformasi pendidikan dan toleransi beragama, seraya menentang segala bentuk penindasan, kekerasan, kesenjangan sosial dan sikap intoleran. Mereka juga berperan aktif dalam mentransformasikan kesadaran nilai-nilai secara lebih intensif dan massif di masyarakat. Cerita ini penting untuk didengar sebagai kontribusi dalam melawan sikap intoleransi dan ekstremisme kekerasan, baik di sekolah maupun di masyarakat. Praktik-praktik ini memberikan contoh inspiratif bagaimana mekanisme pencegahan untuk memerangi segala bentuk kekerasan.
Buku ini menunjukkan bahwa karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan sehingga untuk membangun karakter, maka salah satu strateginya adalah melalui jalur pendidikan. Sebagaimana yang dilakukan oleh para guru, bahwa strategi pembangunan karakter melalui proses pembelajaran dengan pendekatan LVE sangatlah efektif. Dengan kata lain, signifikansi Perubahan atau dampak yang ditimbulkannya cukup positif. Semangat Perubahan itu, misalnya secara eksplisit ditegaskan oleh para guru selama melakukan aktifitas mengajar
Success Story: Catatan Pengalaman Para Trainer dalam Menghidupkan Pendidikan Nilai di Sekolah, Pesantren dan Perguruan Tinggi
Buku ini mengekplorasi dampak positif kegiatan pelatihan pendidikan Menghidupkan nilai dengan pendekatan Living Values Education (LVE) yang diberikan oleh The Asia Foundation (TAF) kepada lembaga mitra: Yayasan Paramadina, Universitas Paramadina, PPIM UIN Jakarta, LSAF Jakarta, Yayasan LKiS, Satu Nama, Puskadiabuma UIN Yogyakarta,
Yayasan Parakletos Ambon dan ARMC IAIN Ambon. Dukungan TAF tersebut diberikan kepada beberapa mitra sejak tahun 2009 sampai 2013.
Program ini dilakukan di sekolah, pesantren dan Perguruan Tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan yang berkualitas karena selama ini sebagian terbesar dari para guru masih menggunakan metode lama seperti ceramah, sehingga anak cenderung bosan. Dengan pelatihan pendidikan menghidupkan nilai, bagaimana mencari metode yang tepat, agar nilai-nilai itu dapat diajarkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan LVE sangat dibutuhkan sebagai sebuah metode pendidikan yang tepat untuk
menghidupkan nilai pada anak sehingga akan terinternalisasi menjadi prinsip hidup positif yang akan dikembangkan anak di masa yang akan datang
Living Values Education - Religious Studies: Sepotong Catatan Cerita Motivasi dan Inspirasi dari Uin Sunan Gunung Djati, Bandung
Pendidikan merupakan kunci untuk meraih Perubahan masyarakat yang lebih baik. Pendidikan juga menjadi instrumen bagi self empowerment, yang bertujuan membebaskan manusia dari belenggu penindasan dan pengibirian manusia atas manusia lainnya. Tujuan inilah yang ingin dicapai oleh Living Values Education (LVE). Alasan dasar mengapa LVE perlu dikembangkan secara massif, lebih karena alasan Perubahan. LVE dirancang secara khusus untuk melakukan Perubahan yang berarti terhadap setiap individu, kelompok, masyarakat sekolah, maupun masyarakat secara umum.
Pelatihan pendidikan karakter dengan pendekatan LVE ini mendapat respon yang baik dari sejumlah dosen dan mahasiswa Pascasarjana UIN Bandung. Bahkan LVE diusulkan menjadi mata kuliah wajid di pascasarjana Jurusan Religious Studies, yakni mata kuliah âReligion and Living Values Educationââatau sering disebut dengan LVEâRS (Living Values EducationâReligious Studiesâ dengan kredit 3 SKS.
Buku ini memberikan gambaran tentang cerita Perubahan sebuah pandangan dan tanggapan yang unik dan âapa adanyaâ namun mengandung makna penting untuk dikaji. Sebanyak 20 Dosen dan Mahasiswa menceritakan kisah Perubahan sosial, dan toleransi beragama, seraya menentang segala bentuk penindasan, kekerasan, kesenjangan sosial dan sikap intoleran. Mereka juga berperan aktif dalam mentransformasikan kesadaran nilai-nilai secara lebih intensif dan massif di masyarakat. Cerita ini penting untuk didengar sebagai kontribusi dalam melawan sikap intoleransi dan ekstremisme kekerasan
- âŠ