50 research outputs found

    Tempat Bertelur Penyu Di Pulau Salibabu Kabupaten Talaud

    Get PDF
    Penyu telah dinyatakan sebagai zatwa lindung, namun tempat bertelur penyu terabaikan dalam pengelolaan wilayah pantai dan pesisir; dampaknya, tempat bertelur penyu mengalami gangguan bahkan penyusutan akibat konversi lahan wilayah pantai untuk berbagai Peruntukkan. Penyu meletakkan telur di mintakat pantai di atas garis pasang tertinggi di wilayah di mana mereka ditetaskan. Tempat bertelur penyu pada umumnya belum terdokumentasi. Studi ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan mendiskripsi keadaan umum lokasi bertelur penyu di Pulau Salibabu, Talaud. Data diperoleh melalui wawancara dengan warga lokal yang pada umumnya bermukim di wilayah pesisir. Warga lokal mengenal tiga jenis penyu yakni penyu hijau atau C. mydas, penyu sisik atau E. imbricate dan penyu belimbing atau D. coriacea. Di Pulau Salibabu tercatat sepuluh tempat bertelur yakni Pantai Kalongan, Pantai Pasir Panjang, Pantai Rammenna, Pantai Matandikka, Pantai Apai, Pantai Tarawatta, Patai Dingkaren, Pantai Pasir Putih, Pantai Lairre, Pantai Batupengan. Letak tempat bertelur tersebut pada umumnya di luar wilayah pemukiman. Posisi geografis setiap lokasi bertelur penyu dicatat dan telah dipetahkan. Vegetasi yang tumbuh di sekitar lokasi sarang didominasi oleh pohon Kelapa (C. nucifera), Pandan Pantai (P. tectorius). Sedimen pasir berwarna putih dan berdasarkan ukuran butir termasuk kategori pasir sedang. Lokasi bertelur penyu patut dijadikan kawasan konservasi

    Lokasi Bertelur Penyu Di Pantai Timur Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara

    Get PDF
    Hampir semua negara dan lembaga-lembaga konservasi resmi di dunia melarang perdagangan eksploitasi penyu. Penyu telah terdaftar dalam daftar Apendik I Konvensi Perdagangan Internasional Flora dan Fauna Spesies Terancam (Convention on International Trade of Endangered Species - CITES). Penyu terancam bahaya kepunahan karena tempat bertelur penyu mengalami degradasi. Tempat bertelur penyu belum terdokumentasikan dengan baik  di Sulawesi Utara sehingga perlu penelitian tentang lokasi bertelur penyu. Penelitian dimaksudkan untuk memetakan dan mendeskripsikan lokasi tempat bertelur penyu di Pantai Timur Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Data diperoleh dengan survei dan wawancara warga yang tinggal di sekitar lokasi penelitian, mencakup Tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kombi, Kecamatan Lembean Timur, dan Kecamatan Kakas. Hasil menemukan bahwa tempat bertelur terdapat di Pantai Ranowangko, Pantai Kawis, Pantai Toloun, Pantai Kolongan, Pantai Lembean, Kamenti, Atep Oki, Parentek, dan Pantai Tumpaan. Hampir semua kondisi lokasi bertelur penyu memiliki karakteristik yang mirip, yaitu garis pantainya yang panjang dengan di dominasi oleh pasir putih, daerah intertidal yang luas serta terdapat lamun. Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar lokasi bertelur penyu pernah menangkap penyu, mengambil telur untuk dikonsumsi bahkan menjualnya

    Aspek Lingkungan Lokasi Bertelur Penyu Di Pantai Taturian, Batumbalango Talaud

    Get PDF
    Penyu memiliki kebiasaan unik dalam siklus reproduksi yakni bertelur di lokasi di mana mereka ditetaskan, sekalipun wilayah pantai terus mengalami Perubahan. Untuk itu, dipandang perlu melakukan inventarisasi dan menyediakan deskripsi keadaan lingkungan tempat bertelur penyu. Pantai Taturian Desa Batumbalango merupakan salah satu dari enambelas tempat bertelur di pulau Karakelang Talaud. Tujuan penelitian ini untuk menyediakan dideskripsi lokasi bertelur penyu di pantai Taturian mencakup posisi geografis, panjang-lebar pantai, kemiringan pantai, komposisi sedimen sekitar lubang sangkar peletakkan telur dan vegetasi darat. Posisi geografis ditentukan dengan menggunakan GPS, sedimen dianalisis menurut skala AFNOR, vegerasi difoto. Data disajikan secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa pantai Taturian terletak pada 04º23'47,5” LU dan 126º41'37,1” BT berfungsi pula sebagai tempat penambatan perahu nelayan; panjang pantai ±100m dibatasi tanjung berbatu limestone, lebar pantai 19-20m, sedimen yang dominan adalah pasir sedang (44%); kemiringan pantai 4,5-9,0% atau termasuk kriteria landai hingga lereng miring. Lokasi ini berbatasan dengan pemukiman dan perkebunan kelapa. Mengingat penyu dinyatakan sebagai zatwa lindung, sepatutnya pantai Taturian ditetapkan sebagai lokasi konservasi peny

    Jenis-Jenis Ikan Di Padang Lamun Pantai Tongkaina

    Get PDF
    Padang lamun memilki berbagai peranan dalam kehidupan ikan dimana padang lamun dapat dijadikan daerah asuhan (nursery ground), sebagai tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah untuk mencari perlindungan. Untuk spesies lamunnya sendiri dapat merupakan makanan langsung bagi ikan. Peranan lamun adalah sebagai daerah asuhan, dimana sebagian besar ikan penghuni padang lamun adalah ikan-ikan juvenil apabila telah dewasa akan menghabiskan hidupnya pada tempat lain.Jenis ikan yang yang di dapat pada padang lamun pantai Tongkaian dengan menggunakan survey jelajah dan alat tangkap gil net yaitu 10 jenis ikan. 10 jenis ikan yang di dapat pada saat penelitian di padang lamun pantai tongkaiana adalah umumnya penghuni daerah padang lamun dan ada juga ikan yang hanya mencari makan di daerah padang lamun atau ikan penghuni terumbu karang.Jenis lamun yang paling dominan di padang lamun pantai Tongkaina yaitu 2 jenis lamun. Kedua jenis lamun tersebut adalah lamun Enhalus acroides dan Thalassia hemprichii

    Identifikasi Dan Aspek Ekologi Kerang Tridacninae Di Perairan Sekitar Pulau Venu, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat

    Get PDF
    IDENTIFIKASI DAN ASPEK EKOLOGI KERANG TRIDACNINAE DI PERAIRAN SEKITAR PULAU VENU, KABUPATEN KAIMANA, PROVINSI PAPUA BARAT1 Identification and Ecological Aspects of Tridacninae in the Shallow Waters of Venu Island, District Kaimana, West Papua Defy N Pada2, Farnis B Boneka3, Gustaf F Mamangkey3 ABSTRACT Giant clams (Bivalvia, Cardiidae) or usually called tridacnid clams are marine organisms that live in the Indo Pacific coral reef ecosystems. Tridacnids are known to have high economic values as food, and their shells can be used for jewelries and decorations. Today, seven tridacnid species were listed in the IUCN Red List. Moreover, all tridacnid species are included in the appendices II of CITES. This research was aimed to identify the numbers of tridacnid species, to describe the ecological aspects through density index, species relative density and biodiversity index, and to assess the effectiveness of conservation effort in Venu Island and the surrounding waters. Survey was conducted in September 2012 at 5 sites, using belt transect method. A 100 m transect was laying in the reef edge in 5 and 10 meter depths. The results showed, there were four species of tridacnids found in this area, Tridacna crocea, T. gigas, T. maxima and T. squamosa. T. crocea has the highest density index and species relative density both in 5 and 10 meter depths (5 m depth K = 0,030; KR = 81,081%; 10 m depth K = 0,021; KR = 41,176%). The waters arround Venu Island were categorized as moderate biodiversity, since the value of biodiversity index is between 1 and 3 (H\u27=2,239). Most of tridacnids found in this area lived in coral massive (46,6%) and rock substrates (30,7%). The result of interview showed that the conservation efforts are not effective enough. Keywords : marine ecology, biodiversity, Tridacnid, Venu Island ABSTRAK Kima raksasa (Bivalvia, Cardiidae) yang biasa disebut dengan kerang Tridacninae adalah organisme laut yang hidup di ekosistem terumbu karang di wilayah Indo-Pasifik. Kerang Tridacninae dikenal memiliki nilai ekonomi yang penting, karena selain sebagai sumber makanan, cangkangnya dapat dijadikan sebagai bahan dekorasi dan perhiasan. Saat ini sebanyak tujuh spesies kerang Tridacninae masuk dalam daftar merah dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN redlist for threathened species). Bahkan semua spesies kerang Tridacninae telah masuk dalam Lampiran II dari Convention on International Trade of Endangered Species (CITES). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis kerang Tridacninae di perairan sekitar Pulau Venu Kabupaten Kaimana, untuk mendeskripsikan beberapa aspek 1 Bagian dari skripsi 2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan FPIK-UNSRAT 3 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi ekologi kerang Tridacninae melalui indeks ekologi yakni kepadatan (K), kepadatan relatif spesies (KR), dan indeks keanekaragaman (H\u27), serta untuk melihat efektivitas upaya konservasi yang dilakukan di Pulau Venu terutama terhadap keberadaan kerang Tridacninae. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan September 2012, pada 5 stasiun penelitian, dengan menggunakan metode transek sabuk (belt transek), sepanjang 100 meter pada kedalaman 5 meter dan 10 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 spesies kerang Tridacninae di perairan sekitar Pulau Venu, yaitu T. crocea, T. gigas, T. maxima, dan T. squamosa. Nilai kepadatan dan kepadatan relatif spesies tertinggi di dua kedalaman adalah T. crocea (kedalaman 5 meter K = 0,030; KR = 81,081%; kedalaman 10 meter K = 0,021; KR = 41,176%). Perairan sekitar Pulau Venu berkategori keanekaragaman sedang, karena memiliki nilai indeks keanekaragaman diantara 1 dan 3 (rata-rata H\u27 = 2,239). Sebagian besar kerang Tridacninae yang ditemukan hidup pada substrat karang masif (46,6%) dan batuan (30,7%). Saat ini upaya konservasi yang dilakukan di perairan sekitar Pulau Venu dirasakan belum cukup efektif

    Struktur komunitas ekosistem mangrove dan kepiting bakau di Desa Lamanggo dan Desa Tope, Kecamatan Biaro, Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui struktur komunitas mangrove di Desa Lamanggo dan Desa Tope, untuk mengetahui kelimpahan kepiting bakau di hutan mangrove, dan untuk mengetahui hubungan antara kerapatan mangrove dengan kepadatan kepiting.Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode line transek kuadran dengan menentukan lima lokasi titik pengamatan pengambilan sampel, dan untuk mengetahui kondisi mangrove maka dilakukan perhitungan kerapatan jenis, frekuensi jenis, penutupan jenis, dominasi, indeks nilai penting dan keanekaragaman serta analisis kelimpahan kepiting bakau yang berhubungan dengan kerapatan mangrove dengan rumus Y = a + b X.. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa jenis mangrove yang memiliki nilai kerapatan tertinggi yaitu Rhizophora apiculata, dan untuk nilai frekuensi tertinggi juga yaitu jenis Rhizophora apiculata, sedangkan untuk nilai dominasi tertinggi dimiliki oleh jenis Sonneratia alba.Berdasarkan uji korelasi antara kerapatan pohon mangrove (X) terhadap kepadatan kepiting (Y) sebagaimana terlihat diperoleh r sebesar = 0,814 dengan Fhitung sebesar 1.94 < Ftabel 10.12. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kerapatan  mangrove dengan kepadatan kepiting bakau. Selanjutnya untuk melihat besarnya kontribusi kerapatan mangrove terhadap kepadatan kepiting dicari melalui koefisien determinasi R² = 0.66 yang berarti variabel kerapatan pohon mangrove tidak memberikan kontribusi terhadap kepadatan kepiting. Karena jika setiap penambahan variabel X, maka variabel Y akan berkurang sebesar 67.54937 - 0.110 X

    BIODIVERSITAS KERANG OYSTER (MOLLUSCA, BIVALVIA) DI DAERAH INTERTIDAL HALMAHERA BARAT, MALUKU UTARA

    Get PDF
    BIODIVERSITAS KERANG OYSTER (MOLLUSCA, BIVALVIA) DI DAERAH INTERTIDAL HALMAHERA BARAT, MALUKU UTARA Biodiversity of Oyster (Mollusca, Bivalvia) in the Intertidal of West Halmahera, North Maluku Pieter F Silulu2, Farnis B Boneka3, Gustaf F. Mamangkey3   ABSTRACT   Biodiversity in coastal areas, whether in the form of genetic, species or ecosystem diversity is a valuable asset for supporting development in Indonesia. This study aimed to figure out the types of oyster, species abundance, diversity and dominant species in the intertidal area of the West coast of Halmahera. Aktivitiy studies conducted in March - Jun 2012 at three sites using belt transects method. The analysis showed abundant species Isognomon isognomon is with density between 0.080 to 0.283 ind/m2, diversity in the category are marked with an index value in the range of 1.109 to 1.644. Six families of oyster constans were found 8 species, namely Isognomon isognomon, Saccostrea cucullata, Saccostrea sp, Chama limbula, Hyotissa hyotis, Malleus malleus, Spondylus versicolor, Pinctada margaritifera.. Keywords : biodiversity, oyster, intertidal, West Halmahera   ABSTRAK Keanekaragaman hayati di wilayah pesisir, baik dalam bentuk keanekaragaman genetik, spesies maupun ekosistem merupakan aset yang sangat berharga untuk menunjang pembangunan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis-jenis oyster, kelimpahan spesies, keanekara-gaman dan dominan spesies di daerah intertidal pantai Halmahera Barat. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Maret – Juni 2012 di tiga stasiun penelitian dengan menggunakan metode transek pita. Hasil analisis menujukkan spesies Isognomon isognomon paling melimpah dengan kepadatan antara 0,080 – 0,283 ind/m2, keanekaragaman dalam kategori sedang ditandai dengan nilai indeks pada kisaran 1,109 – 1,644. Jenis oyster yang ditemukan 8 jenis yang tergolong dalam 6 famili, yakni Isognomon isognomon, Saccostrea cucullata, Saccostrea sp, Chama limbula, Hyotissa hyotis, Malleus malleus, Spondylus versicolor, Pinctada margaritifera   Kata kunci : keanekaragaman, oyster, intertidal, Halamahera Barat   1 Bagian dari skripsi 2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan FPIK-UNSRAT 3 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulang

    KERAGAMAN KELINCI LAUT (NUDIBRANCHIA) DI PERAIRAN LAUT SULAWESI UTARA

    Get PDF
    This study aims to 1) identify the species of Nudibranchia in North Sulawesi marine waters, especially in Malalayang waters, Teep waters, Sangihe waters, Bunaken waters, Gangga waters and Lembeh straits, 2) find out species of Nudibranchia that is found in all sites, and 3) find out index community structure of Nudibranchia in all sites.  The result show that there were 11 species of Nudibranchia in Malalayang waters, 27 species in Lembeh Strait, 11 species in Teep waters, 57 species in Bunaken waters, 91 species in Bangka waters, and 20 species in Sangihe waters. Up to now, there were 139 species of Nudibranchia in North Sulawesi marine waters, where Species of Phyllidiella pustulosa, Phyllidia ocellata, Phyllidia varicose, Chromodoris annae, and Glossodoris cincta were found in all study locations. The species of Doriprismatica atromarginata was only found in the Malalayang waters.  A high Index Diversity was found in Bunaken and Bangka waters, and a middle Index Diversity was found in the waters of Lembeh Strait, Teep, and Sangihe. A stable community structure was found for all locations, while a low domination was categorized to all locations. Keywords: Nudibranchia, species, diversity, evenness, domination, and community structure

    Species Inventory and Weight Measurements of Biofoulings Attached on the Pearl Oyster, Pinctada margaritifera, from Arakan Waters, North Sulawesi

    Get PDF
    This study was conducted with the aims to identify biofoulings living on the shell of the pearl oyster, Pinctada margaritifera and to analyse the weights of the biofoulings for three months. The study was conducted in Arakan waters, District of South Minahasa, North Sulawesi. Biofoulings were collected from the oysters after weighing the shells before and after cleaning. The difference of the weights before and after cleaning was become the weight of the biofoulings. The biofoulings were identified and and analysed. There were eight species of biofoulings recorded and described. Weight results were 3.4 g in the first month, 1.7 g in the second month and 1.1 g on the thord month, respectively.                                                                Keywords: Biofouling, pearl oyster, Pinctada magaritifera Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi biota pengotor yang menempel pada cangkang kerang mutiara Pinctada margaritifera dan mengetahui berat  biota pengotor yang disampling setiap bulan selama tiga bulan perkembangan.  Penelitian ini dilakukan di perairan Desa Arakan, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.  Biota pengotor diambil dari cangkang kerang mutiara Pinctada margaritifera kemudian diidentifikasi. Biota pengotor yang didapat dianalisis dengan cara mengukur selisih berat kerang ditimbang sebelum dibersihkan dan sesudah dibersihkan pada tiga bulan perkembangannya untuk mendapatkan hasil rata-rata berat biota pengotor yang diambil setiap bulan selama tiga bulan perkembangan.  Penelitian ini memperoleh delapan spesies biota pengotor yang menempel pada cangkang kerang Pinctada margaritifera. Hasil pengukuran rata-rata berat biota pengotor yang diambil setiap bulan selama tiga bulan perkembangan yaitu 3,4 gr (bulan pertama), 1,7 gr (bulan kedua) dan 1,1 g (bulan ketiga).  Kata kunci: Biota pengotor, kerang mutiara, Pinctada margaritifer
    corecore