407 research outputs found

    Informe anual

    Get PDF

    Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Biji Dan Batang Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Staphylococcus Epidermidis Dan Shigella Sonnei

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat. Salah satu diantaranya adalah pepaya (Carica papaya L.). Penelitian sebelumnya telah membuktikan aktivitas antibakteri biji dan batang pepaya terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak etanol biji dan batang pepaya terhadap Shigella sonnei dan Staphylococcus epidermidis serta mengetahui golongan senyawa yang bertanggungjawab sebagai antibakteri. Ekstrak etanol biji dan batang pepaya diperoleh dengan menggunakan metode maserasi. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode disc diffusion. Konsentrasi ekstrak biji dan batang pepaya masing-masing 50% b/v dengan 3 perbandingan, yaitu 70:30, 50:50, dan 30:70 dengan volume total 20 μL. Fase diam yang digunakan pada uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah silica gel GF 254 dengan fase gerak pada ekstrak biji dan batang pepaya masing-masing (v/v) adalah etil asetat:metanol:air (100:13:17) dan kloroform:metanol (9:1). Bioautografi kontak digunakan untuk mengetahui golongan senyawa yang bertanggungjawab sebagai antibakteri. Hasil uji menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak biji dan batang papaya (Carica papaya L.) konsentrasi 50% dengan seri perbandingan 70:30, 50:50, dan 30:70 memiliki aktivitas antibakteri. Hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa golongan senyawa pada ekstrak etanol biji dan batang pepaya yang diduga memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. epidermidis adalah tanin sedangkan golongan senyawa pada ekstrak biji pepaya yang diduga memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. sonnei adalah alkaloid dan tanin

    Biotechnology resources in Canada and their application to developing countries

    Get PDF
    "Prepared for the Agriculture, Food and Nutrition Sciences Division, IDRC, Ottawa

    Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Biji dan Batang Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Bakteri Shigella Dysenteriae dan Streptococcus Pyogenes Serta Bioautografinya

    Get PDF
    Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia. Bagian pohon pepaya seperti daun, buah, batang dan biji mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Tujuan penelitian untuk mengetahui aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak etanol biji dan batang pepaya terhadap Shigella dysenteriae dan Streptococcus pyogenes dan senyawa yang bertanggungjawab sebagai antibakteri. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 70%. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi Kirby Bauer dilakukan terhadap bakteri Streptococcus pyogenes dan Shigella dysenteriae. Uji kromatografi lapis tipis dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa ekstrak etanol biji dan batang pepaya dengan fase diam silika gel GF254dan fase gerak etilasetat: metanol:air (100:12:18) untuk ekstrak biji dankloroform:metanol (3:7) untuk ekstrak batang. Bioautografi kontak dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawap ada ekstrak biji dan batang yang bertanggungjawab sebagai antibakteri. Aktivitas antibakteri tidak mengalami peningkatan setelah dilakukan kombinasi ekstrak biji dan batang papaya dibandingkan ekstrak tunggalnya. Hasil KLT menunjukkan senyawa yang dapat dideteksi pada ekstrak biji dan batang papaya diduga steroid dan tanin. Hasil uji bioautografi menunjukkan bahwa senyawa yang bertanggungjawab sebagai aktivitas antibakteri pada S. dysenteriae diduga adalah steroid pada ekstrak biji papaya dan senyawa yang bertanggungjawab pada S. pyogenes belum dapat ditentukan

    Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pacar Kuku (Lawsonia Inermis L.) Dan Bioautografi Terhadap Bacillus Subtilis Dan Shigella Sonnei

    Get PDF
    Ekstrak daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Daun pacar kuku mengandung lawson (2- hidroksi, 1,4 naftokuinon), berbagai glikosida fenolik, flavonoid, kumarin, dan steroid (sitosterol), lemak, resin, dan henna-tanin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun pacar kuku dan mengetahui golongan senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap Bacillus subtilis dan Shigella sonnei. Ekstrasidaun pacar kuku dilakukan menggunakan metode maserasi dengan penyari etanol 70%. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun pacar kuku menggunakan metode difusi (Kirby-Bauer) dengan mengukur diameter zona hambat yang terbentuk. Identifikasi senyawa menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase gerak kloroform:etanol (9:1) v/v dan fase diam silika GF254. Uji bioautografi kontak dilakukan untuk mengetahui senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Hasil ekstraksi menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat kemerahan dengan rendemen sebanyak 22,53%. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun pacar kuku yang dilakukan terhadap Bacillus subtilis dan Shigella sonnei menunjukkan aktivitas antibakteri yang paling besar pada konsentrasi 4000 μg/disk dengan membentuk zona radikal masing-masing 9,3±0,3 mm dan 10,8±0,3 mm. Hasil analisis KLT dan bioautografi menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun pacar kuku mengandung senyawa fenol, kumarin, naftokinon, antrakinon, flavonoid, triterpenoid, dan steroid yang memiliki aktivitas antibakteri

    Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Kedondong (Spondias pinnata) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis Dan Klebsiella pneumonia

    Get PDF
    Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri masih banyak dijumpai, salah satunya adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus epidermidis. Selain itu, Klebsiella pneumonia juga merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan terutama infeksi saluran kemih (ISK), infeksi pernafasan dan bakteremia terutama pada individu yang daya tahan tubuhnya lemah. Salah satu tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah kedondong (Spondias pinnata). Tanaman ini dapat mengobati diare, disentri, rematik, gonore, TBC, katarak, infeksi mulut dan tenggorokan. Kulit batang kedondong memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap Bacillus subtilis dan Proteus mirabilis dan senyawa pada kulit batang kedondong yang diduga mempunyai aktivitas antibakteri adalah alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang kedondong (Spondias pinnata) terhadap Staphylococcus epidermidis dan Klebsiella pneumonia. Kulit batang kedondong diekstraksi dengan etanol 96% secara maserasi dan dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode dilusi padat. Ekstrak etanol kulit batang kedondong yang disuspensikan dalam CMC-Na 0,5% dengan konsentrasi 0,10%; 0,19%; 0,38%; dan 0,75% diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri S. epidermidis dan K. pneumonia. Konsentrasi terendah ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dianggap sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang kedondong sampai konsentrasi 0,75% belum menunjukkan adanya penghambatan terhadap bakteri S. epidermidis dan K. pneumonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit batang kedondong (Spondias pinnata) sampai konsentrasi 0,75% tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Klebsiella pneumonia

    Minerva and minepy: a C engine for the MINE suite and its R, Python and MATLAB wrappers

    Full text link
    We introduce a novel implementation in ANSI C of the MINE family of algorithms for computing maximal information-based measures of dependence between two variables in large datasets, with the aim of a low memory footprint and ease of integration within bioinformatics pipelines. We provide the libraries minerva (with the R interface) and minepy for Python, MATLAB, Octave and C++. The C solution reduces the large memory requirement of the original Java implementation, has good upscaling properties, and offers a native parallelization for the R interface. Low memory requirements are demonstrated on the MINE benchmarks as well as on large (n=1340) microarray and Illumina GAII RNA-seq transcriptomics datasets. Availability and Implementation: Source code and binaries are freely available for download under GPL3 licence at http://minepy.sourceforge.net for minepy and through the CRAN repository http://cran.r-project.org for the R package minerva. All software is multiplatform (MS Windows, Linux and OSX).Comment: Bioinformatics 2012, in pres

    Identifi cation of Protease Producing Halophilic Bacteria from Bledug Kuwu- Mud Volcano

    Get PDF
    Abstract The objective of this research was to isolate and identify the halophilic bacteria from Bledug Kuwu-mud volacano having an ability to produce proteolytic enzyme. From this work, 6 bacterial isolates were obtained from mud and water samples using artifi cial sea water media after incubation at room temperature. Three out of the 6 isolates (BKL-3, BKL-5, and BKA-1) were selected for further analysis. BKL-3, BKL-5 and BKA-1 exhibited an ability to grow at salt concentration greater than 10%. BKL-3 could grow on media supplemented with 15% of salt, meanwhile BKL-5 and BKA-1 could grow at 20% of salt, respectively. Furthermore, those isolates also exhibited proteolytic activity when they were grown on casein media. The phylogenetic analysis based on the 16SrRNA gene sequences showed that the BKL-3 belong to the group of Bacillaceae, whilst BKL-5 and BKA-1 isolates were relatively distance from the group of Halomonadaceae. Therefore, BKL-5 and BKA-1 could be considered as the allegedly new species that were separated from Halomonadaceae

    Efek Kombinasi Obat Antijamur, Amfoterisin B, Vorikonazol, dan Kaspofungin, Terhadap Aspergillus fumigatus Secara In Vitro

    Get PDF
    Aspergillosis yang telah menyebar (invasif) merupakan penyakit alergi konidia Aspergillus fumigatus yang menyebabkan beberapa gejala infeksi pernafasan. Amfoterisin B sebagai terapi utama antijamur, dilaporkan memiliki efek nefrotoksis. Resiko toksisitas dan biaya mungkin turun apabila amfoteisin B dikombinasikan dengan antijamur golongan lain. Penelitian in vitro ini dilakukan untuk menguji aktivitas antijamur tunggal dan kombinasi dengan parameter Kadar Hambat Minimal (KHM), Kadar Fungisidal Minimal (KFM), dan indeks interaksi. Uji aktivitas antijamur terhadap Aspergillus fumigatus konsentrasi 1,5x105 CFU/mL dilakukan dengan pengenceran berseri metode macrobroth dilution selama ±72 jam pada 37oC. Enam seri yang diujikan amfoterisin B, vorikonazol, kaspofungin, amfoterisin B-vorikonazol, amfoterisin B-kaspofungin, vorikonazol-kaspofungin. Nilai KHM ditentukan dari konsentrasi terendah tanpa pertumbuhan jamur, KFM ditentukan dari petri dengan pertumbuhan <3 koloni, indeks interaksi dihitung dengan rumus tertentu. Nilai KHM amfoterisin B, vorikonazol, kaspofungin tunggal berturut-turut sebesar 2; 1; 64 μg/mL, KFM-nya sebesar 2; 2; 128 μg/mL. Nilai KHM amfoterisin B, vorikonazol, kaspofungin ketika dikombinasi berturut-turut sebesar 0,5; 1; 64 μg/mL, KFM-nya sebesar 0,5; 1; 128 μg/mL. Efektivitas antijamur kombinasi lebih baik dibanding tunggalnya. Interaksi amfoterisin B dengan vorikonazol maupun kaspofungin bersifat subaditif, vorikonazol-kaspofungin memiliki aktivitas berbeda

    Pola Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik Pada Penderita Pneumonia Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Agustus 2013– Agustus 2015

    Get PDF
    Pneumonia is one of the acute respiratory infection caused by microorganisms in the end of bronhiolus and alveoli. The use of broad-spectrum antibiotics to treat pneumonia too often increases the resistance of bacteria to antibiotics so antibiotics should be used based on the resistance patterns of bacteria that causes pneumonia. The purpose of this study was to determine the pattern of bacterial resistance to antibiotics as well as the appropriateness of use of antibiotics based on the results of bacteria sensitivity test in patients with pneumonia in Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital Klaten between August 2013 and August 2015. This study was a non-experimental study with retrospective data collection in patients with pneumonia in Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital Klaten between August 2013 and August 2015 and analyzed descriptively. The data collected was the data of culture and bacteria sensitivity test results to antibiotics as well as data on the use of antibiotics in patients with pneumonia. The results showed that most pneumonia-causing bacteria isolated from sputum and blood specimens in 40 patients with pneumonia in Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital Klaten between August 2013 and August 2015 was Pseudomonas sp and Staphylococcus epidermidis with a percentage of 12,91%. Resistance patterns showed that the Pseudomonas sp were resistant to amoxicillin clavulanic acid and ampicillin (87,5%), cefixime (75%), gentamicin (75%), cotrimoxazole (62,5%), and ciprofloxacin (50%). Staphylococcus epidermidis were resistant to ampicillin, cefixim, cotrimoxazol with a percentage of 87,5%, gentamicin, and ciprofloxacin (62,5%). The results of the analysis of appropriateness of definitive antibiotics showed that 52,64% of antibiotics were given in accordance with the culture results, sensitivity test, as well as antibiotic spectrum activity. Keywords: resistance, antibiotics, pneumoni
    corecore