8 research outputs found

    Komik Penyuluhan Self-Defense dari Para Pelaku Kriminal, Studi Kasus: Kota Bandung

    Get PDF

    Urban Paranoia II

    Get PDF
    Abstrak. Kriminal adalah masalah yang sulit untuk dipecahkan, di negara yang paling aman pun masih terjadi kasus kriminal, inilah mengapa kriminal adalah kasus yang hampir mustahil untuk dipecahkan. Kriminal adalah sesuatu yang membahayakan kita karena mengancam kita secara materi dan juga secara mental. Ketika berita menenai kriminal tersebar memalui kecepatan informasi media massa, maka informasi tersebut secara tidak langsung menjadi sebuah teror. Teror disini tentu saja bersifat imajinatif, artinya apa yang kita takuti adalah ketakutan kita sendiri, singkatnya kriminal membuat kita semua paranoid secara tidak sadar. Untuk mengatasi masalah personal ini penulis menemukan seni sebagai sesuatu yang bersifat terapeutik, yakni pengalihan enerji alam bawah sadar kepada sesuatu yang lebih berguna. Sebagai salah satu yang mengalami teror berita kriminal tersebut. penulis ingin merepresentasikan fenomena tersebut, maka penulis akan membuat karya seni berdasarkan dari unsur piktorial konten media massa, yakni menggunakan foto-foto berita kriminal dari media massa (elektronik maupun cetak) yang representatif di kota Bandung. Dengan foto-foto tersebut penulis akan menambahkan figur simbolik dari kebudayaan Indonesia dengan metode yang juga bersifat imajinatif dan kompulsif yakni drawing secara digital.Kata kunci: digital; drawing; kriminal, seni, terapeutik; teror.Urban Paranoia IIAbstract. Crime is a difficult problem to solve. Even the safest countries experience crime, this is why crime is almost impossible to abolish. Crime is something that endangers us because it threatens us materially and mentally. When a crime story spreads with the speed of mass media's information, that information implicitly becomes a terror. The terror in this case, of course, is imaginative. In other words, what we fear is fear itself. In short, crime unconsciously makes us paranoid. To resolve this personal problem, the authors found art as something therapeutic, i.e. a diversion of our unconscious energy to something more beneficial socially and personally. As some of many experiencing the terror of the crime stories, the authors want to represent the phenomenon. The author, therefore, would like to create an artwork based on mass media's pictorial content, using published crime stories' photos from representative mass media in Bandung. With these photos, the authors will add a symbolic figure from Indonesian's culture with an imaginative and compulsive method, namely digital drawing. Keywords: art; crime; digital; drawing; therapeutic; terror

    The creative process of two Indonesian NFT artists from the perspective of actor-network theory

    Get PDF
    The development of crypto has resulted in NFT (non-fungible token) derivation. Artists began to explore the NFT market with its potential. NFT artists have different ways to get engagement and establish themselves in the world of NFT, whether in terms of artwork substance or in the social field. This study aims to deconstruct the actors behind NFT artists to elucidate the visual style and the social engagement of artists in the world of NFT. The method used in this study is a qualitative approach with data validation from interviews and NFT artwork samples. The data was subsequently processed using actor-network theory (ANT) to analyze and trace the actors behind the NFT artists. Two Indonesian artists, namely Angga Tantama and Mufti Prianka, became the study cases in this research. The result of this study shows heterogeneous actors who support the artists in their work's substance and social engagement. In the case of Mufti Prianka, NFTs influenced him to explore the possibilities of creating digital artworks, whereas for Angga, NFT platforms became one of his well-established channels to publish artworks. Based on their networks, the two Indonesian artists studied have different approaches and motivations in creating and engaging with NFTs.Proses kreatif dua seniman NFT Indonesia dalam perspektif teori jaringan aktorPerkembangan kripto telah menghasilkan derivasi NFT (non-fungible token). Para seniman mulai menjajaki pasar NFT dengan potensinya. Seniman NFT memiliki cara yang berbeda untuk mendapatkan keterlibatan dan memantapkan diri di dunia NFT baik dari segi substansi karya seni maupun dalam bidang sosial. Gaya visual dalam kategori ini bervariasi dengan seniman yang berbeda yang merupakan pencipta di belakangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendekonstruksi aktor di balik seniman NFT untuk menjelaskan gaya visual dan keterlibatan sosial seorang seniman di dunia NFT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan validasi data dari wawancara dan sampel karya seni NFT. Data tersebut selanjutnya diolah menggunakan teori jaringan aktor (ANT) untuk menganalisis dan menelusuri aktor di balik seniman NFT. Dua seniman Indonesia menjadi studi kasus dalam penelitian ini, yaitu Angga Tantama dan Mufti Prianka. Hasil penelitian ini menunjukkan aktor heterogen yang mendukung seniman dalam substansi karya dan keterlibatan sosialnya. Dalam kasus Mufti Prianka, NFT memengaruhinya untuk mengeksplorasi kemungkinan dalam menciptakan karya seni digital, sedangkan pada Angga, platform NFT menjadi salah satu salurannya yang mapan untuk mempublikasikan karya seni. Berdasarkan jaringan mereka, dua seniman Indonesia yang diteliti memiliki pendekatan dan motivasi yang berbeda dalam menciptakan dan terlibat dengan NFT

    NILAI-NILAI SUBKULTUR DALAM MEREK MATERNAL DISASTER

    Get PDF
    Subculture is a movement against the mainstream that is manifested through music, fashion and lifestyle. One of the supporting element of the manifestation of a subculture is the existence of products from certain brands that have authenticity. The authenticity of a brand can be formed through the interaction of a brand with its community. A brand is not constructed by itself, but it must be built with various actions towards a community with its own ecosystem so as to give rise to consumer attitudes and habits towards a brand's product. Previous studies have shown that general consumers with subcultural actors show different attitudes towards a product from a certain brand. Another study shows that brands imitate the behavior patterns of a subculture and make it their target market to sell products. This study aims to take another approach, namely a sociological approach, by conducting a case study of a brand that is associative with a subcultural movement, one of which is Maternal Disaster. The method used in this study was an unstructured interview with the owner of the Maternal Disaster brand, visual samples analysis and an analysis based on the sociological theory of Pierre Bourdieu. The result of this research is a recommendation, brands that want to start moving in the subculture must prioritize the values ​​that are upheld by the subculture movement. In addition, interaction with the community must be built through the support of activities in the subculture

    Workshop Perancangan Storytelling Untuk Pemanfaatan Konten Media Sosial Pada Komunitas Radio Depan Rumah

    Get PDF
    Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu untuk memberikan knowledge transfer kepada Komunitas Radio Depan Rumah dalam memanfaatkan media sosial. Solusi yang ditawarkan berupa workshop dan konten video dan audio podcast tentang teknik storytelling untuk perancangan konten media sosial. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dimulai dengan observasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat/mitra sasar, analisa masalah, persiapan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dan evaluasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Hasil dari kegiatan ini berupa kegiatan workshop dan konten audio podcast untuk memanfaatkan media sosial sesuai dengan kebutuhan dan masalah dari masyarakat sasar/mitra komunitas. Perancangan konten dilakukan melalui proses pelaksanaan kegiatan workshop, perekaman kegiatan workshop, editing audio dan video kegiatan workshop, dan menyebarkan konten rekaman audio podcast dan video di Spotify dan Youtube. Solusi yang ditawarkan merupakan berupa workshop daring via platform googlemeets dan konten audio podcast dan video yang bisa dinikmati masyarakat luas. Implikasi dan manfaat dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu mendorong pelaku komunitas kreatif untuk memanfaatkan media sosial secara efektif melalui pendekatan storytelling. Kegiatan pengabdian masyarakat ini juga diharapkan dapat menjadi sarana untuk menyosialisasikan kemampuan literasi media kepada komunitas kreatif di Kota Bandung dalam memanfaatkan platform media sosial yang baik dan benar sebagai bagian dari pemberdayaan sosial

    Performativitas Komunitas Virtual: Suatu Analisis dari Teori Jaringan-Aktor dalam Komunitas Virtual NFT

    Get PDF
    Visual artists used NFT (non-fungible tokens) to market artwork and build virtualcommunity networks. NFTs are special certificates or licenses for digitally sold items.In this context, the presence of NFT creators has given rise to a virtual communityinvolving many digital media activities. The phenomenon then offers a variety of newtechnology-based relationships (blockchain, metaverse, NFT, Twitter, Twitter Spaces,Discord, and Clubhouse) and human actors (artists, digital artists, and designers), whichgive rise to specific characteristics to interact with each other or market their artworkin a virtual community. This research aims to discuss the interaction process in the NFT virtual community to understand the NFT ecosystem based on digital media. The actor- network theory is used to understand the network relations between human and non-human actors interacting through various digital platforms. The results of this study showed that the NFT virtual community could not be separated from the presence ofhuman and non-human actors.Perkembangan teknologi blockchain dan cryptocurrency membuat banyak bermunculan para pelaku dan komunitas NFT di Kota Bandung, terutama dari kalangan seniman dan desainer. NFT adalah sertifikat atau lisensi khusus untuk barang-barang yang dijualbelikan secara digital. Dalam konteks itulah kehadiran para kreator NFT memunculkan komunitas virtual yang banyak melibatkan aktivitas pada media digital. Fenomena itu kemudian menawarkan berbagai relasi baru berbasis antara teknologi (blockchain, metaverse, NFT, Twitter, Twitter Spaces, Discord, Clubhouse, dll) dengan aktor manusia (seniman, digital artist, desainer, dll) yang kemudian memunculkan karakteristik tertentuk dalam suatu komunitas virtual untuk berinteraksi atau memasarkan karya. Tak banyak penelitian yang membahas fenomena NFT ini di Indonesia. Terutama penelitian yang lebih spesifik membahas bagaimana terbentuknya komunitas virtual melalui pendekatan Teori Jaringan-Aktor. Dari hasil penelitian ini komunitas virtual NFT tak bisa dilepaskan dari hadirnya aktor manusia dan aktor non-manusia

    Performativitas Komunitas Virtual: Suatu Analisis dari Teori Jaringan-Aktor dalam Komunitas Virtual NFT

    Get PDF
    Visual artists used NFT (non-fungible tokens) to market artwork and build virtualcommunity networks. NFTs are special certificates or licenses for digitally sold items.In this context, the presence of NFT creators has given rise to a virtual communityinvolving many digital media activities. The phenomenon then offers a variety of newtechnology-based relationships (blockchain, metaverse, NFT, Twitter, Twitter Spaces,Discord, and Clubhouse) and human actors (artists, digital artists, and designers), whichgive rise to specific characteristics to interact with each other or market their artworkin a virtual community. This research aims to discuss the interaction process in the NFT virtual community to understand the NFT ecosystem based on digital media. The actor- network theory is used to understand the network relations between human and non-human actors interacting through various digital platforms. The results of this study showed that the NFT virtual community could not be separated from the presence ofhuman and non-human actors.Perkembangan teknologi blockchain dan cryptocurrency membuat banyak bermunculan para pelaku dan komunitas NFT di Kota Bandung, terutama dari kalangan seniman dan desainer. NFT adalah sertifikat atau lisensi khusus untuk barang-barang yang dijualbelikan secara digital. Dalam konteks itulah kehadiran para kreator NFT memunculkan komunitas virtual yang banyak melibatkan aktivitas pada media digital. Fenomena itu kemudian menawarkan berbagai relasi baru berbasis antara teknologi (blockchain, metaverse, NFT, Twitter, Twitter Spaces, Discord, Clubhouse, dll) dengan aktor manusia (seniman, digital artist, desainer, dll) yang kemudian memunculkan karakteristik tertentuk dalam suatu komunitas virtual untuk berinteraksi atau memasarkan karya. Tak banyak penelitian yang membahas fenomena NFT ini di Indonesia. Terutama penelitian yang lebih spesifik membahas bagaimana terbentuknya komunitas virtual melalui pendekatan Teori Jaringan-Aktor. Dari hasil penelitian ini komunitas virtual NFT tak bisa dilepaskan dari hadirnya aktor manusia dan aktor non-manusia

    Unraveling Aesthetics Tapestry: Mapping the Artistic Styles of Young Contemporary Artist in Bandung

    No full text
    Bandung thrives as a city deeply entrenched in its artistic progression, boasting a vibrant array of art institutions, galleries, collectives, and accolades in the axis of Indonesian contemporary art. Despite this flourishing landscape, the divergence of contemporary art from conventional aesthetics poses challenges in garnering public appreciation. Since the early 2000s, Bandung’s contemporary art scene has witnessed a proliferation of innovative expressions influenced by recent aesthetic philosophies, notably postmodernism, and characterized by diverse aesthetic idioms. However, despite these progressive strides, a notable gap persists between contemporary art in Bandung and its local community. This study utilizes qualitative methodologies, including Focus Group Discussions (FGD) and visual analysis, to probe the aesthetic nuances within Bandung’s contemporary art milieu. FGD sessions delve into aesthetic dialogues, institutional dynamics, and community perceptions, while visual analysis deciphers cultural symbols within socio-political contexts. The findings illuminate prevalent themes of parody, pastiche, kitsch, and cultural fusion, indicative of a profound exploration of Indonesian identity amidst the currents of globalization. Bandung young contemporary artists adeptly interweave traditional values with contemporary themes, infusing their works with tradition, religion, and locality elements. While defying rigid categorization, these creations unveil intriguing intersections deserving further scholarly inquiry. This research underscores Bandung’s contemporary art scene as a complex and diverse tapestry shaped by historical, political, and social dynamics. It emphasizes the importance of discursive meaning and social processes within the artistic medium, shedding light on the intricate interplay between artistic innovation and socio-cultural contexts within Bandung’s vibrant art landscape
    corecore