16 research outputs found

    Differences in the Rearing System Toward Bali Cattle Gastrointestinal Helminths Infestation in Prafi District, Manokwari Regency, West Papua Province, Indonesia

    Get PDF
    Helminthic disease is a disease that attacks cattle at various ages. The cattlerearing influence the development of parasitic disease agents. The objective of this study was carried out to determine the extent to which level of parasites infestation towards different cattle rearing system through examination of cattle feces. Coprological techniques, simple flotation, and simple sedimentation were used to detect gastrointestinal helminths in Bali cattle. A total of 369 rectal fecal samples were collected from Bali cattle on semi-intensively reared, and non-intensively reared in Prafi District, Manokwari Regency, West Papua Province, Indonesia. Fecal samples were used for qualitative and quantitative coprological examination. Eggs worms were identified based on morphology. Meanwhile, the relationship between rearing system to the prevalence of helminthic diseases was analyzed by Chi-square test. Descriptive analyses results showed that the overall prevalence was 57.45 % of gastrointestinal (GI) helminths and the prevalent helminthes eggs identified were Strongyle (22.22 %),Strongyloides (0.81 %), Fasciola (34.96 %), Paramphistomum (10.03 %), Toxocara (5.96 %), Trichuris (2.44 %), and Moniezia (0.81 %). The result showed that there was no association (P < 0.05) between rearing system and the prevalence of gastrointestinal helminth infestation. Keywords: Bali cattle, Gastrointestinal helminths, Manokwari Regency, Prevalence, Rearing syste

    Pendugaan Efisiensi Teknis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Broiler di Kabupaten Manokwari

    Get PDF
    Usaha peternakan ayam pedaging adalah salah satu usaha yang sangat menjanjikan dan menguntungkan dan untuk meningkatkan keuntungan dibutuhkan penggunaan sumberdaya input secara efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor input terhadap produksi, mengetahui tingkat efisiensi teknis, dan untuk mengetahui keadaan skala produksi ayam pedaging di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei kepada 30 responden yang dipilih secara sengaja. Variabel yang diamati yaitu jumlah produksi, bibit ayam/day old chick (DOC), pakan, obat vitamin dan vaksin, listrik, tenaga kerja, dan luas kandang. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Maximum Likelihood Estimation (MLE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor DOC, pakan, obat vaksin dan vitamin, listrik, tenaga kerja, dan luas kandang secara bersama-sama mampu menjelaskan 96 persen (R-Sq = 96,00) dari variasi produksi dan berpengaruh terhadap produksi ayam pedaging yaitu nilai F-hitung > F-tabel α = 0,05, db = 5, dbgalat = 24 (90,972 > 2,621). Secara terpisah bahwa faktor bibit (DOC) memilki pengaruh nyata dengan arah positif terhadap produksi. Faktor pakan dan luas kandang tidak berpengaruh namun memiliki arah yang sesuai dengan produksi, sedangkan faktor obat vaksin dan vitamin, listrik, dan tenaga kerja tidak berpengaruh dan arahnya negatif terhadap produksi ayam pedaging. Rata-rata peternak telah cukup efisien secara teknis dalam melakukan usaha (TE=0,9044) dan masih memiliki kesempatan untuk ditingkatkan sebesar 0,0956 persen. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi ayam pedaging adalah day old chick (DOC) dan peternak telah efisien secara teknis. Usaha peternakan ayam pedaging di Kabupaten Manokwari dalam keadaan decreasing return to scale

    Proses Penyembelihan dan Waktu Mati Sempurna Sapi Bali sebagai Hewan Kurban di Kabupaten Manokwari

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek kesejahteraan hewan berdasarkan tata cara pemisahan dan handling sapi ketika akan disembelih, berapa lama waktu maksimal sapi Bali yang disembelih mati sempurna dan indikator kematian apa yang paling lama hilang setelah sapi disembelih. Penelitian ini dilakukan pada 57 ekor sapi Bali yang disembelih di 5 masjid di Kabupaten Manokwari yang menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban. Pengamatan tata cara pemisahan dan handling sapi dilakukan dengan observasi. Waktu henti darah memancar dihitung sejak awal darah memancar sampai tidak lagi memancar. Indikator kematian lain (refleks pupil, refleks kornea, pernafasan ritmik, tonus rahang, tonus lidah, refleks ekor, refleks anus, dan refleks tracak) dihitung setelah waktu henti darah memancar diperoleh. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data henti darah memancar dihitung rerata dan simpangan bakunya, sedangkan indikator lain disajikan dengan range tiap menit dalam tabel. Pemisahan antara lokasi penempatan dengan penyembelihan dan penggunaan kandang jepit modifikasi untuk handling telah dilakukan disebagian besar lokasi pengamatan. Waktu henti darah memancar pada penelitian ini adalah 2,93 menit. Refleks kornea dan tonus lidah merupakan indikator tercepat yang hilang, yaitu 4-5 menit setelah darah berhenti memancar, kemudian berturut-turut diikuti dengan pernafasan ritmik dan tonus rahang, yaitu masing-masing 5-6 menit serta refleks ekor dan refleks tracak, yaitu 6-7 menit. Refleks anus merupakan indikator terlama yang hilang, yaitu 7-8 menit setelah darah berhenti memancar. Kesimpulan: sebagain besar masjid telah memperhatikan kesejahteraan hewan berdasarkan lokasi dan tata cara penyembelihan. Sapi Bali sebagai hewan kurban di Kabupaten Manokwari mengalami mati sempurna pada menit ke 13,93 dan indikator kematian terakhir yang hilang adalah refleks anus

    Respon Pertumbuhan Rumput Setaria (Setaria Spachelata) yang Diberikan Pupuk Kotoran Satwa Kuskus Asal Penangkaran

    Full text link
    Cuscus is an arboreal animal whose habitat is in the forest with the type of food consumed are fruits, leaf shoots, and agricultural plants. Animal manure can also be used as organic fertilizer for forage plants. This study aims to determine the growth response of Setaria grass (Setaria sphacelata) given a dose of cuscus manure fertilizer with banana and avocado consumption. The study was designed in a CRD with 3 treatments. The treatments were P0 = without fertilizer (100% soil), P1 = 40 g/polybag of cuscus manure with banana consumption, and P2 = 40 g/polybag of cuscus manure with avocado consumption. Planting is done by pols on polybags measuring 30 x 25 cm. The results showed that the highest plant height of Setaria grass was found in P2 with an average of 101.70, then P1 was 101.47 and P0 was 71.16 cm/week. The results were the same for the number of leaves and tillers, P2 showed significantly higher results (P<0.05), followed by P1 and control. The application of organic fertilizer of cuscus manure with the consumption of bananas and avocados can increase the growth of Setaria grass

    Pendugaan Efisiensi Teknis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Broiler di Kabupaten Manokwari

    Full text link
    Usaha peternakan ayam pedaging adalah salah satu usaha yang sangat menjanjikan dan menguntungkan dan untuk meningkatkan keuntungan dibutuhkan penggunaan sumberdaya input secara efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor input terhadap produksi, mengetahui tingkat efisiensi teknis, dan untuk mengetahui keadaan skala produksi ayam pedaging di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei kepada 30 responden yang dipilih secara sengaja. Variabel yang diamati yaitu jumlah produksi, bibit ayam/day old chick (DOC), pakan, obat vitamin dan vaksin, listrik, tenaga kerja, dan luas kandang. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Maximum Likelihood Estimation (MLE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor DOC, pakan, obat vaksin dan vitamin, listrik, tenaga kerja, dan luas kandang secara bersama-sama mampu menjelaskan 96 persen (R-Sq = 96,00) dari variasi produksi dan berpengaruh terhadap produksi ayam pedaging yaitu nilai F-hitung > F-tabel α = 0,05, db = 5, dbgalat = 24 (90,972 > 2,621). Secara terpisah bahwa faktor bibit (DOC) memilki pengaruh nyata dengan arah positif terhadap produksi. Faktor pakan dan luas kandang tidak berpengaruh namun memiliki arah yang sesuai dengan produksi, sedangkan faktor obat vaksin dan vitamin, listrik, dan tenaga kerja tidak berpengaruh dan arahnya negatif terhadap produksi ayam pedaging. Rata-rata peternak telah cukup efisien secara teknis dalam melakukan usaha (TE=0,9044) dan masih memiliki kesempatan untuk ditingkatkan sebesar 0,0956 persen. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi ayam pedaging adalah day old chick (DOC) dan peternak telah efisien secara teknis. Usaha peternakan ayam pedaging di Kabupaten Manokwari dalam keadaan decreasing return to scale
    corecore