376 research outputs found

    Observations préliminaires de la variabilité entre quelques morphotypes de voandzou (Vigna subterranea L. Verdc., Fabaceae) de Côte d'Ivoire

    Get PDF
    Preliminary observations of variability between some morphotypes of bambara groundnut (Vigna subterranea L. Verdc., Fabaceae) from Côte d’Ivoire. Bambara groundnut (Vigna subterranea L. Verdc.), is a food legume mainly cultivated by women for whom it represents a source of income for the household. In Côte d’Ivoire, the cultivation of bambara groundnut is located in the western and northern parts of the country. These zones are characterised by contrasted agroecology including tropical rain forest and dry savanna. In these zones, bambara groundnut plays a key role in both food and culture of peoples. Four morphotypes of Côte d’Ivoire (ICU, BPR, RBU, NFU) were used in a preliminary study to assess the phenotypic variability between morphotypes. For each morphotype, 100 individuals were sampled to analyse 26 agromorphological traits selected from the list of bambara groundnut descriptors. Results of statistical analyses showed an important variability among morphotypes suggesting that 22 of these characters could be powerful to distinguish diversity among bambara groundnut morphotypes of Côte d’Ivoire. Three morphotypes (ICU, BPR and RBU) show a shorter reproductive cycle than the other (NFU). In our experimental conditions, morphotypes with a shorter reproductive cycle give a higher percentage of matured pods (87 to 95%), compared to morphotype NFU (60%). The morphotype ICU was particularly earlier, maturing 90 days after sowing (DAS), whereas the long reproductive cycle morphotype (NFU) required about 137 days. Based on the analysed agronomic traits, possibilities to improve bambara groundnut yield and to promote its cultivation in Côte d’Ivoire are discussed

    Exact mean field concept to compute defect energetics in random alloys on rigid lattices

    Get PDF
    In modern materials science modeling, the evolution of the energetics of random alloys with composition are desirable input parameters for several meso-scale and continuum scale models. When using atomistic methods to parameterize the above mentioned concentration dependent function, a mean field theory can significantly reduce the computational burden associated to obtaining the desired statistics in a random alloy. In this work, a mean field concept is developed to obtain the energetics of point-defect clusters in perfect random alloys. It is demonstrated that for a rigid lattice the concept is mathematically exact. In addition to the accuracy of the presented method, it is also computationally efficient as a small box can be used and perfect statistics are obtained in a single run. The method is illustrated by computing the formation and binding energy of solute and vacancy pairs in FeCr and FeW binaries. Also, the dissociation energy of small vacancy clusters was computed in FeCr and FeCr-2%W alloys, which are considered model alloys for Eurofer steels. As a result, it was concluded that the dissociation energy is not expected to vary by more than 0.1 eV in the 0?10% Cr and 0?2% W composition range. The present mean field concept can be directly applied to parameterize meso-scale models, such as cluster dynamics and object kinetic Monte Carlo models.Fil: Bonny, G.. Sck-Cen Centre Detude de Lénergie Nucléaire; FranciaFil: Castin, N.. Sck-Cen Centre Detude de Lénergie Nucléaire; FranciaFil: Pascuet, Maria Ines Magdalena. Comision Nacional de Energía Atómica; Argentina. Consejo Nacional de Investigaciones Científicas y Técnicas; ArgentinaFil: Çelik, Y.. Sck-Cen Centre Detude de Lénergie Nucléaire; Franci

    Machine-learning cosmology from void properties

    Full text link
    Cosmic voids are the largest and most underdense structures in the Universe. Their properties have been shown to encode precious information about the laws and constituents of the Universe. We show that machine learning techniques can unlock the information in void features for cosmological parameter inference. We rely on thousands of void catalogs from the GIGANTES dataset, where every catalog contains an average of 11,000 voids from a volume of 1 (h1Gpc)31~(h^{-1}{\rm Gpc})^3. We focus on three properties of cosmic voids: ellipticity, density contrast, and radius. We train 1) fully connected neural networks on histograms from individual void properties and 2) deep sets from void catalogs, to perform likelihood-free inference on the value of cosmological parameters. We find that our best models are able to constrain the value of Ωm\Omega_{\rm m}, σ8\sigma_8, and nsn_s with mean relative errors of 10%10\%, 4%4\%, and 3%3\%, respectively, without using any spatial information from the void catalogs. Our results provide an illustration for the use of machine learning to constrain cosmology with voids.Comment: 13 pages, 8 figures, 1 table, published on Ap

    Optimasi Penanggulangan Bencana Banjir Di Kota Manado Dengan Metode Ahp (Analytical Hierarchy Process)

    Full text link
    Masalah banjir cenderung meningkat dari tahun ketahun terutama disebabkan oleh adanya Perubahan watak banjir serta pesatnya pembangunan berbagai kegiatan manusia di dataran banjir.Bencana banjir yang terjadi akan memberikan dampak negatif dan buruk bagi suatu daerah dimana masyarakat mengalami kerugian yang besar secara materi. Penelitian ini bertujuan menentukan bobot prioritas dari setiap faktor resiko dalam upaya untuk meminimalkan resiko terjadinya bencana banjir di Kota Manado dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).Penelitian ini dilakukan di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara yang dilaksanakan dari bulan Maret 2012 sampai Juli 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif, dengan menggunakan metode analisa data kualitatif.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko kebiasaan masyarakat memiliki bobot terbesar yaitu 52%, faktor resiko kedua yang perlu diseriusi adalah daerah resapan dengan bobot 17 %, faktor resiko ketiga yang perlu menjadi perhatian adalah pengelolaan DAS dengan bobot 17 % yang sama pentingnya dengan faktor resiko daerah resapan, faktor resiko keempat yaitu aliran permukaan dengan bobot 13 %, dan faktor resiko kelima yaitu pendangkalan sungai dengan bobot 4

    Penentuan Supply Material Menggunakan Model Economic Order Quantity Pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Pembangunan Perumahan Citra Land Tipe Ascot)

    Get PDF
    Persediaan material atau bahan baku selalu terjadi pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Memiliki persediaan material yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya benefit dari suatu Perusahaan. Sebaliknya jika persediaan material mengalami kekurangan di dalam suatu tahap pelaksanaan proyek konstruksi maka kelancaran pelaksanaan akan terganggu sehingga berakibat waktu penyelesaian proyek bergeser dan menjadi tidak tepat waktu. Terlihat jelas bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan suatu persediaan material ternyata cukup besar dan sering hal ini luput dari perhatian pihak pelaksana proyek. Economic Order Quantity atau jumlah pemesanan yang ekonomis adalah model persediaan yang dapat membantu manajemen untuk mengambil keputusan tentang unit yang harus dipesan agar tidak terjadi investasi berlebihan yang ditanamkan dalam persediaan dan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, kehilangan keuntungan (laba) dan lain-lain. Landasan manajemen untuk mencapai dua butir tujuan tersebut adalah meminimumkan biaya, dalam kaitannya dengan persediaan maka kriterianya adalah meminimumkan biaya persediaan (Total Cost of Inventory = TIC). Tempat penelitian dilakukan di wilayah Kota Manado dan waktu penelitian dimulai sekitar bulan Oktober tahun 2012, pada Proyek Pembangunan Perumahan Citra Land Manado Type Ascot yang berlokasi di Jl. Raya Winangun Kompleks Perumahan Citra Land Manado, dan dilaksanakan oleh PT. Karya Tinumbu Baru. Jumlah kebutuhan bahan jenis semen, pasir, dan kerikil untuk pembangunan 25 unit Perumahan Citra Land tipe Ascot yakni 3818 zak semen, 835 m3 pasir, dan 65 m3 kerikil, dimana biaya persediaan material untuk semen yakni Rp. 1.520.206,94, untuk pasir yakni Rp. 617.820,14, dan untuk kerikil yakni Rp. 190.090,38. Agar diperoleh hasil yang maksimal maka bentuk pemesanan untuk semen dilakukan sebanyak 4 tahapan dengan jumlah frekuensi pemesanan sebanyak 4 (empat) kali, untuk pasir dilakukan sebanyak 4 tahapan dengan frekuensi pemesanan sebanyak 6 (enam) kali, dan untuk kerikil dilakukan sebanyak 1 kali dengan frekuensi pemesanan. sebanyak 2 (dua) kali

    Aplikasi Microsoft Project Dalam Pengendalian Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Proyek

    Get PDF
    Kemajuan teknologi dewasa ini berkembang dengan pesatnya seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Hal ini turut berpengaruh terhadap perkembangan manajemen rekayasa konstruksi dimana banyak program aplikasi komputer yang ditawarkan untuk membantu para manajemen rekayasa konstruksi dalam mengolah data perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan proyek konstruksi. Program aplikasi komputer dewasa ini sangat mempermudah para manajemen rekayasa konstruksi dalam memasukkan data proyek, mengelola aktivitas proyek, laporan proyek maupun pengontrolan aktivitas kegiatan proyek diantaranya menyangkut sumber daya pada proyek tersebut.Suatu proyek bisa dikatakan berhasil jika proses pelaksanaannya bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Perencanaan proyek yang baik harus didukung dengan suatu pengendalian proyek yang baik. Karena yang terjadi di lapangan belum tentu sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengendalian yang buruk dalam suatu proyek dapat mengakibatkan pemborosan terhadap penggunaan sumber daya dan ini dapat mengakibatkan kegagalan untuk mencapai tujuan proyek itu sendiri.Untuk merencanakan jadwal suatu proyek dengan program Microsoft Project 2007 yang pertama harus dilakukan adalah memasukkan data-data seperti jenis kegiatan, waktu, sumber daya dan lain-lain. Dalam tahap pengendalian proyek menggunakan Microsoft Project dapat dilakukan dengan menambahkan waktu lembur pada suatu kegiatan.Dari pengendalian jadwal pada proyek pembangunan fasilitas PT. Trakindo Utama khususnya pembangunan Office dengan menggunakan Microsoft Project 2007 didapat 16 hari kerja. Pada tahap pengendalian ada pekerjaan yang berada pada lintasan kritis sehingga dilakukan sistem kerja lembur (Crash Program) dengan tambahan 2 jam kerja lembur. Sehingga pekerjaan pengecatan menjadi 16 hari kerja dari waktu normal yaitu 21 hari kerja

    Nephropathy in Pparg-null mice highlights PPARγ systemic activities in metabolism and in the immune system.

    Get PDF
    Peroxisome proliferator-activated receptor γ (PPARγ) is a ligand-dependent transcription factor involved in many aspects of metabolism, immune response, and development. Total-body deletion of the two Pparg alleles provoked generalized lipoatrophy along with severe type 2 diabetes. Herein, we explore the appearance and development of structural and functional alterations of the kidney, comparing Pparg null-mice to their littermate controls (carrying Pparg floxed alleles). We show that renal hypertrophy and functional alterations with increased glucosuria and albuminuria are already present in 3 weeks-old Pparg null-mice. Renal insufficiency with decreased creatinine clearance progress at 7 weeks of age, with the advance of the type 2 diabetes. At 52 weeks of age, these alterations are accompanied by signs of fibrosis and mesangial expansion. More intriguingly, aged Pparg null-mice concomitantly present an anti-phospholipid syndrome (APS), characterized by the late appearance of microthrombi and a mesangioproliferative pattern of glomerular injury, associated with significant plasmatic levels of anti-β2- glycoprotein1 antibodies and renal deposition of IgG, IgM, and C3. Thus, in line with the role of PPARγ in metabolic homeostasis, Pparg null-mice first represent a potent model for studying the initiation and the development of diabetic nephropathy. Second, and in relation with the important PPARγ activity in inflammation and in immune system, these mice also highlight a new role for PPARγ signaling in the promotion of APS, a syndrome whose pathogenesis is poorly known and whose current treatment is limited to prevention of thrombosis events

    Vibrational contribution to the thermodynamics of nanosized precipitates: vacancy-copper clusters in bcc-Fe

    Full text link
    Within the harmonic approximation, the effects of lattice vibration on the thermodynamics of nano-sized coherent clusters in bcc-Fe consisting of vacancies and/or copper are investigated. A combination of on-lattice simulated annealing based on Metropolis Monte Carlo simulations and off-lattice relaxation by Molecular Dynamics is applied to obtain the most stable cluster configurations at T = 0 K. The most recent interatomic potential built within the framework of the embedded atom method for the Fe-Cu system is used. The vibrational part of the total free energy of defect clusters in bcc-Fe is calculated using their phonon density of states. The total free energy of pure bcc-Fe and fcc-Cu as well as the total formation free energy and the total binding free energy of the vacancy-copper clusters are determined for finite temperatures. Our results are compared with the available data from previous investigations performed using empirical many-body interatomic potentials and first-principle methods. For further applications in rate theory and object kinetic Monte Carlo simulations, the vibrational effects evaluated in the present study are included in the previously derived analytical fits based on the classical capillary model.Comment: 6 figure

    PERENCANAAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN BIAYA NYATA PADA PROYEK PERUMAHAN (STUDI KASUS PERUMAHAN GREEN HILL RESIDENCE)

    Get PDF
    Perumahan Green Hill Residence Minahasa Utara merupakan proyek dengan variasi pembangunan pekerjaan bisa dikatakan cukup mewah yang mengandung konsep residence yang nyaman bagi konsumen maupun masyarakat di sekitar kompleks perumahan.Metode yang dipakai dalam penyusunan perencanaan biaya adalah metode anggaran biaya nyata. Metode ini terdiri dari cara harga satuan (unit price), dimana volume dikalikan dengan harga satuan serta menjumlahkan jumlah tersebut merupakan harga kontrak dan cara harga seluruhnya (lump sum), dimana pembayaran sejumlah biaya yang tetap (fixed) tanpa berubah yaitu sebesar biaya borongan.Pada proses realisasi proyek konstruksi memiliki tahap perencanaan teknis sampai dokumen kontrak (design) dan tahap pelaksanaan nyata di lapangan (actual construction). Perencanaan pekerjaan desain yang detail meliputi berbagai hal seperti: penetapan program kerja , pengukuran-pengukuran detail, penetapan metode konstruksi dan perhitungan-perhitungan sampai selesainya dokumen untuk kontrak atau pelaksanaan fisik lapangan. Pada tahap pelaksanaan nyata di lapangan tempat atau site dari proyek, berdasarkan gambar-gambar rencana teknis dan spesifikasi teknis yang berisi uraian cara-cara mengerjakan dan syarat-syarat material konstruksi. Pada pelaksanaan ini untuk menyusunbiaya nyata dapat menggunakan metode perkiraan biaya teliti diambil dari perkiraan biaya proyek konstruksi dapat berupa perkiraan biaya pendekatan atau kasaran dan perkiraan biaya teliti. Dari hasil jumlah biaya pelaksana proyek dengan jumlah biaya nyata maka didapat nilai keuntungan kontraktor pelaksana adalah : Rp. 15,728,818.46Kata kunci: biaya nyata, metode anggaran biaya, perencanaan biay
    corecore