2,738 research outputs found
Pengaruh Salinitas terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)
Lele merupakan komoditas ikan air tawar komersial dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal USAha yang dibutuhkan relatif rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan lele yang dipelihara pada salinitas yang berbeda.Uji adaptasi lele ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2008, bertempat di hatchery Program Studi Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan. Desain percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu perbedaan salinitas media sebesar 0, 5 dan 10 ppt dengan masing-masing 3 ulangan. Benih lele dengan berat rata-rata 6.5 g sebanyak 10 ekor, dimasukkan ke dalam akuarium 90 x 40 x 40 cm. Selama percobaan ikan diberi pakan pellet sebanyak 3-5%/hari dengan frekuensinya 3 kali/hari. Parameter yang diukur suhu, salinitas, pH, DO, bahan organik, pertumbuhan individu, kelangsungan hidup dan biomas. Hasil analisis data akan dibandingkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan lele antar perlakuan.Kondisi kualitas air dengan salinitas 0, 5 dan 10 ppt selama percobaan cukup layak untuk kehidupan lele dan dapat tumbuh dengan baik. Kelangsungan hidup lele yang dipelihara pada lingkungan dengan salinitas 0, 5 dan 10 ppt yaitu sama 100%. Perkembangan biomas pada pada salinitas 0, 5 dan 10 ppt sampai hari ke 20 tidak berbeda nyata. Pada hari ke 30 sampai dengan hari ke 50, lele yang dipelihara di salinitas 0 dan 5 ppt memiliki berat biomas lebih tinggi dibandingkan lele yang hidup di salinitas 10 ppt
Pengaruh Luasan Lahan Usaha Pendederan Ikan Bawal (Colossoma Macropumum) terhadap Pendapatan yang Disetarakan dengan Upah Minimum Regional (Umr) di Bogor
Permintaan ikan bawal konsumsi menunjukan kecenderungan meningkat. Hal ini membawa dampak yang baik pembudidaya pembesaran. Disisi lain sekuen pembesaran harus didukung dengan jumlah benih yang cukup dan berkualitas.Dilihat dari segi bisnis, suatu USAha akan berkembang baik apabila dapat mengasilkan keuntungan yang tinggi sehingga pendapatan pembudidaya meningkat. Daerah Bogor merupakan daerah yang cukup dinamis terhadap perkembangan budidaya perikanan air tawar.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi kisaran luas lahan pendederan ikan bawal yang ideal bagi pembudidaya dan memperoleh gambaran kelayakan USAha terhadap modal yang dimanfaatkan. Prosedur penelitian di mulai dari pengadaan saprodi. Tiap bacth/ ulangan pada kelompok penelitian penelitian dilakukan kegiatan meliputi ; pengolahan persiapan lahan, penebaran larva, pemeliharaan dan pemanenan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan tiga perlakuan, pada luasan yang berbeda( 500m², 100 m2 dan 1500 m².) Data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan adalah biaya tetap, biaya variabel, pendapatan total, dan informasi upah minimum regional Bogor. Metode analisis yang di lakukan adalah, laba/rugi, R/C ratio, BEP produk,BEP harga, dan pay back period
Kinerja Penyuluh Perikanan Swadaya di Kabupaten Bogor
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kinerja Penyuluh Perikanan Swadaya dalam melaksanakan tugasnya, dan untuk menganalisis faktor yang terkait dengan kinerja Penyuluh Perikanan Swadaya Penelitian menggunakan metode pendekatan deskriptif. Metode Pendekatan dekskriptif yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif dengan analisis Regresi berganda. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja Penyuluh Perikanan Swadaya di Kabupaten Bogor secara keseluruhan berada dalam kategori relatif baik. Hal ini disebabkan tingginya beberapa aspek kinerja, yaitu: kegiatan penyuluhan, pelaporan dan menyampaikan informasi teknologi. Faktor karakteristik internal Penyuluh Perikanan Swadaya yang mempengaruhi kinerja adalah: tingkat pendidikan formal dan pengalaman USAha, sementara yang tidak mempengaruhi adalah usia dan motivasi. Faktor karakteristik eksternal Penyuluh Perikanan Swadaya yang mempengaruhi kinerja adalah: pemanfaatan sarana dan prasarana, serta dukungan biaya, yang tidak mempengaruhi adalah penghargaan dan jarak tempat tinggal/keterjangkauan. Faktor kompetensi yang berpengaruh terhadap kinerja Penyuluh Perikanan Swadaya adalah kemampuan penguasaan teknologi dan kemampuan bekerjasama, sedangkan pengelolaan program dan kegiatan penyuluhan, serta kemampuan komunikasi tidak mempengaruhi
Persepsi Pelaku Usaha Perikanan terhadap Kinerja Penyuluh Perikanan
Penelitian mengenai persepsi pelaku USAha terhadap kinerja penyuluh perikanan dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2011. Lokasi penelitian di 11 provinsi yang tersebar di 13 kabupaten/kota. Jumlah responden sebanyak 89 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pelaku USAha perikanan terhadap kinerja penyuluh perikanan. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan penyuluh masih sangat dibutuhkan oleh pelaku USAha, materi yang dibutuhkan terkait dengan peningkatan produksi USAhanya, dan cara yang diinginkan pelaku USAha adalah penyuluh dapat memberi contoh USAha perikanan sesuai kebutuhan pelaku USAha
Precursors, black holes, and a locality bound
We revisit the problem of precursors in the AdS/CFT correspondence.
Identification of the precursors is expected to improve our understanding of
the tension between holography and bulk locality and of the resolution of the
black hole information paradox. Previous arguments that the precursors are
large, undecorated Wilson loops are found to be flawed. We argue that the role
of precursors should become evident when one saturates a certain locality
bound. The spacetime uncertainty principle is a direct consequence of this
bound.Comment: 26 pages, 8 figs; reference added, minor clarification in sec. 2;
incorrect draft mistakenly used in version
Cab transfer process improvement at an automotive manufacturing facility
This project is related to the improvement of cab transfer process from Painted Body Storage (PBS) area to General Assembly (GA) line. The objectives of this project are to eliminate the root cause of cab defect and to streamline the transfer process with the reduction of process cycle time. From the current process study, it is found that the lifting method causes the quality defect to the cab and the usage of different type of trolley between PBS and GA contribute to the high cycle time. The new process design has been introduced from the findings with the use of towing method and the use of common trolley for both PBS area and GA line. With the new and improved cab transfer process, the cab changing process can be eliminated. Hence, the number of operator required has been reduced, from two operators to only one operator. A trial run has been conducted with a prototype trolley and a forklift. The objectives of this project are fulfilled with the new towing method that eliminate the quality defect and the use of common trolley for both PBS and GA line resulting new cycle time of 7.13 minutes per unit from 9.77 minutes per unit. Further studies are needed for commissioning and monitoring to the new cab transfer process with the actual trolley and tow tug or buggy
Using SERVQUAL for assessing and improving patient satisfaction at a rural health facility in Pakistan.
A cross-sectional study of Patient satisfaction with care was conducted over a period of 1 year from March 2004 to March 2005 in a secondary-level hospital in a peri-urban area of Karachi, Pakistan. Using the SERVQUAL tool and exit interviews, data were collected quarterly from a total of 1533 Patients. Results sharing and capacity-building workshops were arranged during the 4 phases of the survey to sensitize the staff of the hospital to work towards improving Patient satisfaction. The level of satisfaction of the Patients with the outPatient health services provided showed a gradual increase from 34.4% to 82.0% over the 1-year period
Study of the mercury removal for health care and the effect of PH in mercury removal from aqueous solutions by activated carbons
A serious environmental threat from heavy metal ion pollution, especially mercury, has generated a great deal of attention in recent years. Mercury is one of the priority pollutant listed by USEPA as it can easily pass the blood-brain barrier and affect the fetal brain. High concentration of Hg (II) causes impairment of pulmonary function and kidney, chest pain and dyspnoea. Consequently, removal of mercury in water and wastewater assumes importance. In this review paper, we have evaluated the efforts which have been done for controlling the mercury emissions from aqueous solutions. According to the EPA agency, the tolerance limit for Hg (II) for discharge into inland surface water is 10 mu g/l and for drinking water is 1 mu g/l. Mercury (Hg) is one of the heavy metals of concern and has been found in the waste waters coming from manufacturing industry, and natural sources. Among several types of technology for removing of Hg in water (chemical precipitation, reverse osmosis, ion-exchange, etc.), adsorption is one of most frequently used. It is a complex process involving physical, chemical, and electrical interactions at sorbent surfaces. Therefore, in this study will investigate effective parameters such as pH, initial concentration and surface characteristic. Hafshejani MK, Vahdati A, Vahdati M, Kheradmand AB, Sattari M, Arad A. Study of the mercury removal for health care and the effect of PH in mercury removal from aqueous solutions by activated carbons. Life Sci J 2012;9(4):1846-1848] (ISSN:1097-8135). http://www.lifesciencesite.com. 28
Canine plasma and tissue fatty acid profiles and their correlation with hair coat conditions
This study was initiated to study the probable relationships between the fatty acid profiles of the plasma, skin, liver and brain and to determine their correlations with hair coat conditions in owned and stray dogs. A total of35 dogs were used in this study. Twenty-three owned dogs obtained from the University Veterinary Hospital (UVH dogs) were subjected to blood sampling and hair coat scoring only. Twelve euthanized dogs were sourced from a local animal shelter (LAS dogs) and blood, brain, liver and skin samples were obtained. Hair coat scores were performed under standardized conditions and was found that the UVH dogs (median score = 4.1) had significantly better scores compared to LAS dogs (median score = 3.1, P<0.05). The UVH dogs had significantly lower (P<0.05) n-6:n-3 ratios and lower plasma arachidonate content. The skin and plasma fatty acid profiles correlated well with each other but no correlation was evident between the brain and plasma fatty acid profiles. Increased amounts of plasma and skin n-3 and n-6 polyunsaturated fatty acids were associated with better hair coat conditions. However, plasma n-6 fatty acids seemed to .have a stronger positive correlation to hair coat scores in dogs (p = 0.683, P<0.05) compared to plasma n-3 fatty acids (p = 0.512, P<0.05) and fatty acid profiles from other tissues. In summary, this report underscores the importance of n-3 and n-6 fatty acids to the hair coat condition of dogs kept under humid tropical conditions
- …
