12 research outputs found

    Destination Branding Pantai Blimbingsari sebagai Sentra Kuliner Ikan Bakar di Kabupaten Banyuwangi

    Get PDF
    Blimbingsari beach is one of a kind of Banyuwangi’s beach that have a high potential on grilled fish special culinary aspect This beach became the pioneer of Banyuwangi’s very first seafood and grilled fish restaurant with ‘lesehan’ type, and that was the brand was formed ever since. Thus also makes the image of Blimbingsari skyrocket and built perspective of tourists for years and the paradigm brings many people to come and try the dish by themselves. However, Blimbingsari beach has not optimalize the brand identity they have and has no tagline or destination icon to increase the branding yet. The main purpose of this research is to formulate of priority strategies of Blimbingsari destination branding as a grilled fish culinary center which lies in Banyuwangi.This research is using qualitative descriptive with SWOT analysis and AHP for making desicion in a path of top priority strategies. And the result itself, shows that the culinary potential has been being built by brand and long-journey tourist perspective, the taste of the grilled fish itself, best price dishes and comfortable ambiance. The highest strenght factor owned Blimbingsari beach is having a strategic location, the main weakness factor is inadequate food utensils. The major opportunity of factor is the sinergy between to communities to increase regional profit and the main threat factor is the emergence of new competitors. In addition, this research also produced five priority strategies.Keywords: Blimbingsari beach, destination branding, grilled fish culinaryAbstrakPantai Blimbingsari merupakan salah satu pantai di Kabupaten Banyuwangi yang memiliki potensi kuliner yaitu ikan bakar. Citra kuliner ini terbentuk karena Pantai Blimbingsari menjadi pionir warung dengan sajian ikan bakar yang mengusung tema lesehan di Banyuwangi. Hal ini menjadikan citra kuliner Pantai Blimbingsari melejit dan membangun perspektif wisatawan selama bertahun-tahun. Namun, Pantai Blimbingsari belum memaksimalkan brand identity yang dimiliki seperti belum ada ikon dan tagline destinasi untuk meningkatkan branding-nya. Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan strategi prioritas destination branding Pantai Blimbingsari sebagai sentra kuliner ikan bakar di Kabupaten Banyuwangi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik analisis SWOT serta AHP sebagai metode pengambilan keputusan. Hasil dari penelitian ini menunjukan potensi kuliner ikan bakar meliputi citra dan perspektif wisatawan yang telah terbentuk sejak lama, cita rasa yang lezat, harga yang terjangkau serta suasananya yang nyaman. Faktor kekuatan tertingginya adalah lokasinya yang strategis dan faktor kelemahan utamanya adalah penggunaan alat-alat saji yang kurang layak. Serta faktor peluang tertingginya adalah sinergi antar masyarakat untuk meningkatkan profit daerah dan ancaman utamanya adalah munculnya kompetitor baru. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan 5 strategi prioritas.Kata kunci: destination branding, kuliner ikan bakar, pantai Blimbingsar

    Literature review: Efek pemberian ekstrak kopi arabika (Coffea Arabica L.) terhadap histologis lambung hewan coba dengan pewarnaan hematoxylin-eosin

    Get PDF
    Kopi merupakan minuman yang digemari oleh masyarakat Indonesia maupun dunia, sampai saat ini kopi tetap menjadi salah satu komoditas minuman yang paling akrab serta memiliki banyak pengemar dari berbagai kalangan. Kopi mengandung beberapa komponen kimia diantaranya yaitu kafein, asam klorogenat, trigonelin serta senyawa lainnya. Kafein dapat memberikan stimulus pada lambung untuk memproduksi asam lambung yang akan menyebabkan produksi asam lambung meningkat. Hal ini dapat menurunkan ketahanan lambung terhadap asam sehingga asam lambung dapat berdifusi balik ke dalam jaringan lambung dan akan menyebabkan kerusakan jaringan. Tujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak kopi arabika (Coffea arabica L.) terhadap sediaan histologis lambung hewan coba dengan pewarnaan Hematoxylin-eosin. Pencarian literature dilakukan dengan tiga database yaitu Pubmed, Google Scholar, dan Science Direct. Jurnal yang membahas tentang efek pemberian kopi arabika terhadap sediaan histologis lambung hewan coba. Hasil penelusuran diperoleh 10 jurnal yang menunjukkan bahwa pada kelompok hewan coba yang diberikan ekstrak kopi arabika dengan dosis diatas normal 300 mg/hari selama 30 hari terjadi kerusakan pada sediaan histologis lambung hewan coba, yang berarti bahwa kandungan kafein dalam kopi arabika dapat berpengaruh dalam kerusakan jaringan pada lambung hewan coba. Efek pemberian kopi arabika (Coffea arabica L.) dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lambung hewan coba. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel kopi yang lebih luas dengan jangka waktu yang berbeda�bed

    ANALISIS PROTEIN, KALSIUM, NATRIUM DAN ORGANOLEPTIK SARDEN PINDANG TONGKOL DENGAN NITRIT DAN KITOSAN

    Get PDF
    Kandungan air ikan tongkol sangat tinggi, menyebabkan ikan lebih mudah membusuk. Pindang sebagai salah satu pengawetan ikan tongkol dengan metode penggaraman, masih ditemukan bakteri yang mampu hidup di lingkungan berkadar garam tinggi. Olahan menu sarden pada penelitian ini menggunakan pindang tongkol. Pengolahan pindang tongkol menjadi sarden menggunakan nitrit dan kitosan sebagai pengawet. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kandungan protein, kalsium, natrium dan daya terima pada olahan sarden pindang tongkol dengan penambahan nitrit 0,01 mg dan kitosan (1,5%; 3%). Analisis kandungan protein menggunakan metode kjeldahl, untuk analisis kandungan kalsium dan natrium menggunakan metode spektrofotometer serapan atom. Hasil yang didapatkan kandungan protein tertinggi pada kelompok kontrol sebesar 24,36%, kandungan kalsium tertinggi pada kitosan 3% sebesar 75,53 mg/kg dan kandungan natrium tertinggi pada kitosan 1,5% sebesar 2047,0 mg/kg. Hasil uji organoleptik sarden pindang tongkol pada rasa, aroma dan warna memberikan hasil terbaik pada kitosan 3% sedangkan hasil uji organoleptik tekstur memberikan hasil terbaik pada kitosan 1,5%. Oleh karena itu, sarden pindang tongkol dengan kitosan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengawet dan mengurangi penurunan nilai nutrisi.Kata kunci:  Kitosan; Nitrit; Nilai gizi; Pindang tongkol; Sarde

    Pemanfaatan Limbah Ampas Kopi Dalam Pembuatan Sabun Batang di Kampung Wisata Kopi Lerek Gombengsari Banyuwangi

    Get PDF
    Lerek Gombengsari (Lego) Coffee Tourism Village is one of the coffee educational tourism destinations in Banyuwangi. This tourist destination combines agro-tourism and educational tourism so that visitors can learn and practice coffee plantation management organically with an educational system adhering to the principle of Learning by doing. The use of coffee in the Gombengsari area is still limited to coffee beans. Coffee beans are processed into coffee grounds which are enjoyed by tourists, both domestic and foreign tourists. The processing of coffee beans produces 45% of coffee waste in the form of coffee grounds and each cup of coffee drunk containing coffee grounds has an average weight of 20 grams. Therefore, coffee grounds waste must be processed because it can be harmful to health and the environment. Coffee grounds waste contains caffeine, organic acids, minerals and antioxidants that are useful for smoothing the skin, moisturizing the skin and preventing free radicals. Based on these contents, the coffee grounds at Kampung Lego Tourism will be processed into traditional soap bars. Making bar soap is done traditionally to avoid chemicals so that it can reduce problems on the skin. The PKM activity by the Poliwangi Lecturer Team was able to produce processed bar soap products which were packaged under the name Srikandi Homemade Soap. These results are able to add to the list of processed variants that are very useful for partners

    CERITA SRI TANJUNG DARI RELIEF CANDI SUROWONO SEBAGAI INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN BATIK LUKIS UNTUK ELEMEN ESTETIK INTERIOR

    No full text
    ABSTRAK   Ayu Purwaningtyas. 2018. Cerita Sri Tanjung pada Relief Candi Surowono Sebagai Sumber Inspirasi dalam Penciptaan Seni Batik Lukis, Jurusan Seni dan Desain , Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr. Ponimin, M.Hum (2) Lisa Sidyawati, S.Pd, M.Pd.   Kata Kunci: Cerita Sri Tanjung, Penciptaan, Batik Lukis Cerita Sri Tanjung pada relief candi Surowono merupakan salah satu bentuk seni tradisi yang mengandung nilai-nilai edukatif kejujuran, tanggung jawab, religius, kerukunan, dan lain sebagainya. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi sumber kekuatan bangsa Indonesia untuk hidup berdampingan dengan bangsa lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Eksplorasi gagasan dilakukan untuk membentuk suatu konsep berkreasi seni batik lukis dengan memahami alur cerita dan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam cerita kidung tersebut. Penelitian penciptaan ini adalah sebagai seni terapan, yang mana merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian kebudayaan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang berwujud cerita Sri Tanjung pada relief candi Surowono dan batik. Kedua peninggalan leluhur bangsa Indonesia tersebut akan diwujudkan kedalam karya batik lukis dengan tema cerita Sri Tanjung yang digunakan sebagai pelengkap interior  yang memiliki nilai estetik. Untuk mewujudkan karya tersebut dibutuhkan beberapa tahapan diantaranya yaitu (1) Tahap Eksplorasi merupakan pencarian ide, konsep, landasan dalam menciptakan karya seni tersebut. (2) Tahap Perancangan merupakan menuangkan ide penciptaan yang di dapat kedalam eksplorasi bentuk dan desain karya. (3) Tahap Perwujudan merupakan langkah perwujudan dari sumber ide dan konsep menjadi sebuah karya seni. Hasil dari penerapan sumber ide dari kisah Sri Tanjung yang telah dilakukan terwujud menjadi enam buah karya seni batik lukis untuk elemen estetik interior. Karya batik tersebut berjudul (1) Sidapaksa Kasmaran (2) Sulakrama Mbuwang Tilas (3) Sri Tanjung Nggayuh Nirwana (4) Sri Tanjung dan Dorakala (5) Sulakrama Ngunduh Wohing Pakarti (6) Mimi lan Mintuna. Enam karya tersebut merupakan pemindahan cerita dari media batu ke atas media kain dengan menggunakan teknik batik, yakni dengan cara mencanting dan pewarnaan objek menggunkan teknik batik lukis dengan mengkuaskan pewarna ke objek. Sehingga dengan terciptanya karya batik lukis ini menjadi langkah nyata untuk melestarikan kebudayaan dari leluhur bangsa ini. Sebagai suatu karya seni terapan, karya batik lukis dengan tema cerita Sri Tanjung ini dapat difungsikan sebagai pelengkap elemen estetik interior, yang mana pada penerapannya dapat diletakkan sebagai hiasan dinding pada suatu ruangan. Hal tersebut sesuai dengan tampilan visual dari karya yang memiliki komposisi objek serta warna yang beragam

    PENGEMBANGAN OPTIMALISASI EKSTRAKSI ANTOSIANIN KULIT BUAH SIWALAN WARNA UNGU DAN DIIMPLEMENTASIKAN SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADAKAIN KATUN SECARA PRE-MORDATING

    No full text
    Penelitian Pengembangan Optimalisasi Ekstraksi Antosianin Kulit Buah Siwalan (Borassus flabellifer) Warna Ungu dan diimplementasikan Sebagai Pewarna Alami  Pada  Kain Katun Secara Pre-Mordating.Kenampakan kulit buah siwalan yang berwarna merah keunguan menunjukkan adanya kandungan zat warna ungu antosianin dan senyawa fenolik yang bersifat antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah menghaplikasikan  warna yang diperoleh dari hasil ekstraksi pada kain katun jenis primissima, secara pre-mordating. Penggunaan pewarna pada industri batik selama ini memakai bahan pewarna sintetis, maka dengan penelitian ini diharapkan nantinya dapat menggantikan pewarna sintetis tergantikan dengan pewarna alami, salah satunya adalah pewarna alami dari kulit buah siwalan. Kulit buah siwalan selama ini menjadi limbah yang mengganggu lingkungan, karena tidak dimanfaatkan. Penelitian ini membantu pihak industri batik khususnyauntuk memanfaatkan sumber alami dan lingkungan menjadi terselamatkan oleh limbah buangan, bilamana tidak dimanfaatkan akan menjadi sumber penyakit. Pewarna alami tidak akan berdampak negatif bagi pemakai baju terbuat dari kain katun tidak menimbulkan toksik ditubuhnya, dan secara otomatis pemakai baju katun dari pewarna alami menjadi sehat. Ekstraksi yang dipakai adalah  cara ekstrkasi dengan menggunakan solven air , karena hasil yang diperoleh dengan memakai memakai solven air jauh lebih effesien dibandingkan ekstraksi memakai solven alkohol. Kain katun yang dipakai adalah kain katun jenis primissima,karena jenis primissama mudah menyerap warna.  Metode yang dipakai adalah  metode ekspremen, penelitian yang dilakukan dipraktekkan langsung dan hasilnya dianalis, dan  hasil yang diperoleh adalah dengan perlakuan penggunaan fiksasi kapur dan  kosentrasi waktu celup pada ekstrak kulit buah siwalan adalah a. 5 menit, b. 10 menit, c. 15 menit.  Waktu pemanasan adalah 60º C, 80ºC, 100ºC dan warna kain terlihat berwarna coklat.   Kata kunci: Kulit buah siwalan, Zat warna alam, Pre-mordating, Kain katun

    The EMPOWERMENT OF IIK KENDENGLEMBU THROUGH THE UTILIZATION OF CHOCOLATE PACKAGE AS INGREDIENTS FOR MAKING TRADITIONAL SCRUB

    No full text
    Kendenglembu Glenmore Farm is a cocoa producing area in Banyuwangi. This plantation is managed by BUMN, namely PTPN XII. One of the results of cocoa processing is in the form of cocoa powder which is marketed through a variety of foods and beverages. These various foods and beverages are partly managed through IIK Kendneglemembu, hereinafter referred to as PKM partners. In the production process, it produces a by-product in the form of waste commonly known as chocolate cake. The properties contained in it are able to ward off free radicals which are very beneficial for the skin. Seeing this content, to add value to the chocolate cake, it is converted into a scrub. The scrub is made traditionally with the aim of protecting the skin from harmful chemicals. This PKM activity by the Poliwangi Lecturer Team was able to produce processed products from chocolate cake in the form of a traditional scrub which was packaged under the name Srikandi Lulur Traditional. This result is able to add to the list of processed variants that are very useful for partners

    Analysis of Nutrients (N,P,K) in Bio Seeding Block Based on Sugarcane Waste

    No full text
    Macronutrients are very important in plants, because they have a significant role in the development of lants and very required to fulfill. Nitrogen, Potassium, and also Phosphorus are three important macronutrients. Bio seeding block is a seeding media made by soil block, it consists of a sugarcane waste. It is good for an environment, sensible, and rich in natural matters. The aims in this research, is to analyze the nutrient composition in bio seeding block. Bio seeding block products used waste from sugarcane, that consisted of bagasse, sugarcane filter cake, and ash from sugarcane. There are 4 treatments to analyze bio seeding block such as : Treatment A, with ratio between sugarcane filter cake : bagasse : and ash are 4 : 4 : 1, treatment B, with ratio are 5 : 3 : 1, treatment C, with ratio are 6 : 2 : 1, and treatment D, with ratio 7 : 1 : 1. The results show that the highest amount of N is in treatment D that is 0,439; the highest amount of P is in treatment B that is 2,170; and the highest amount of K is in treatment A that is 0,480. Based on plant growth tests (plant height, leaf width, and stem diameter) show that medium A is the fastest growing medium in the first 15 days and also has high number of main nutrients

    Wine Coffee as an Edu-tourism in Banyuwangi: An Organoleptic Test

    Get PDF
    Banyuwangi is one of the districts where the plantation sector with coffee supports economic activities as the main commodity. Coffee productivity in Banyuwangi is included in the top five categories in East Java Province, and its production has been exported to various countries. The coffee-producing center in Banyuwangi is in Kalipuro District, precisely in Gombengsari. This area is famous for its coffee production with Robusta coffee. The coffee processing process in Gombengsari is limited to coffee beans which are converted into powder or sold in the form of drinks. This research aims to determine the level of preference and organoleptic tests for fermented coffee, commonly known as wine coffee, and to determine the caffeine content in it. Based on laboratory test results, the coffee wine content is 1.1066 ± 0.0102%. The test result is lower compared to the caffeine content in regular coffee of 1, 1843 ± 0.0468%. The preference test of 40 untrained panelists resulted in 72.5% of panelists liking pure wine coffee and 75% liking wine coffee with added sugar. Meanwhile, the results of organoleptic test for pure wine coffee showed that the hedonic aroma test was the most preferred for wine coffee with the addition of sugar. The results were obtained for the best scores in the aroma, taste, sweetness level, and liking level tests. Keywords: Banyuwangi, coffee, coffee wine, edu-touris
    corecore