6 research outputs found
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN EMULGEL TABIR SURYA KOMBINASI EKSTRAK DAUN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) DAN DAGING LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)
Daun kopi robusta (Coffea canephora) mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain flavonoid,fenolik, tanin, alkaloid, steroid yang berpotensi sebagai antioksidan. Daging lidah buaya (Aloe vera L.) mampumenghambat sinar UV A dan juga UV B serta mempertahankan kelembaban kulit, enzim bradikinase yangdimiliki lidah buaya mampu menghentikan sunburn. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuisediaan emulgel kombinasi ekstrak daun kopi robusta dan daging lidah buaya memiliki stabilitas fisik yang baikdan mengetahui nilai Sun Protection Factor (SPF) sediaan.Penelitian ini termasuk penelitian analitik. Sampel diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarutetanol 96% dan diperoleh ekstrak kental sebanyak 128,5 gram. Ekstrak kental diformulasi dalam bentuksediaan emulgel pada konsentrasi ekstrak 0,5%, 1% dan 3% dan daging lidah buaya dengan konsentrasi 20%.Selanjutnya dilakukan evaluasi fisik sediaan meliputi uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji daya sebar,uji viskositas, uji tipe emulsi dan cycling test. Selanjutnya penentuan nilai SPF dilakukan dengan menggunakanalat spektrofotometer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan One-Way ANOVA.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan emulgel memenuhi syarat evaluasi stabilitas fisik. Formulasisediaan emulgel ekstrak daun kopi robusta dengan konsentrasi 0,5% diperoleh nilai SPF 4,2 (Proteksi minimal),konsentrasi 1% dengan nilai SPF 5,7 (Proteksi sedang), sedangkan konsentrasi ekstrak 3% dengan nilai SPF 9,1(Proteksi ekstra)
Evaluasi Formula Emulgel Lendir Bekicot (Achatina fulica) Dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat
Lendir bekicot (Achatina fulica) merupakan salah satu bahan alam yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat pada konsentrasi 10%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sediaan emulgel lendir bekicot dapat memenuhi syarat evaluasi stabilitas fisik sediaan dan melakukan pengujian aktivitas antibakteri sediaan emulgel lendir bekicot terhadap Staphylococcus epidermidis. Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel lendir bekicot (Achatina fulica) diformulasi kedalam bentuk sediaan emulgel dengan tiga variasi konsentrasi yaitu pada Formula A 11%, Formula B 16% dan Formula C 21%. Selanjutnya dilakukan evaluasi fisik sediaan selama empat minggu penyimpanan meliputi uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji tipe emulsi dan uji stabilitas dipercepat dengan metode cycling test. Ketiga formula tersebut dilakukan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Data pengukuran zona hambat bakteri dianalisis dengan menggunakan One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga jenis formula emulgel lendir bekicot (Achatina fulica) stabil selama penyimpanan dengan hasil pengujian organoleptik berwarna putih susu, aroma khas mentol dan berbentuk semi padat (emulgel), homogen dengan emulsi tipe minyak dalam air (m/a) serta memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. Zona hambat tertinggi pada Formula C konsentrasi lendir bekicot 21% dengan diameter zona hambat sebesar 4,8 mm kategori lemah
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIACNE SEDIAAN SABUN PADAT EKSTRAK BATANG PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes
Kulit berminyak adalah salah satu penyebab terjadinya jerawat pada wajah disebabkan karena aktifnyakelenjar sebaseus dalam menghasilkan sebum sehingga dapat menyumbat pori-pori kulit. Salah satu tanamanyang telah diketahui secara empiris dapat berperan sebagai agen antibakteri adalah Batang pisang ambon(Musa paradisiaca var. sapientum). Sediaan sabun batang pisang ambon diformulasikan dengan 3 variasikonsentrasi yaitu pada konsentrasi 15 %, 20%, dan 25%. Selanjutnya dilakukan pengujian uji aktivitasantibakteri dengan menggunakan metode difusi paper disk dan kestabilan fisik sediaan sabun batang pisangambon (Musa paradisiaca var. Sapientum) meliputi uji organoleptik, pH, tinggi busa, cycling test, dan uji kadarair. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan analisis SPSS One-Way ANNOVA. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa ekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) dalamformulasi sediaan sabun padat memenuhi syarat stabilitas fisik dimana sabun padat tersebut berwarna coklattua pada konsentrasi 15%, 20% dan 25%, bau khas ekstrak batang pisang serta bentuknya padat. Sabun padatekstrak batang pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) dengan konsentrasi 15% memiliki dayahambat hambat 7,3 mm dengan kategori zona hambat sedang, konsentrasi 20% memiliki daya hambat 11,9mm dengan ketegori zona hambat kuat dan konsentrasi 25% memiliki daya hambat 14,8 mm dengan kategorizona hambat kuat terhadap bakteri Propionibacterium acnes dengan diperoleh hasil analisis anova yangsignifikan 0,004 (p<0,05). Adapun kesimpulan dari penelitian formulasi sediaan sabun padat batang pisangambon (Musa paradisiaca var. Sapientum) bahwa ketiga formulasi memenuhi standar kestabilan fisik sediaanserta dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionobacterium acnes
Clearance propile of radioactive gold nanoparticle (198Au) conjugates-poliamidoamin generation 4-nimotuzumab ; potential radio-pharmaceutical theranostic agent
Theranostic agents are agents that combine diagnostic and therapeutic capabilities into a single agent. The presence of conjugated cancer which is therapeutic agents such as nimotuzumab monoclonal antibodies with radioactive gold nanoparticles stabilized with Polyamidoamine Generation 4 (PAMAM G4) dendrimer can actively interact with specific cancer cells. Radioactive gold (198Au) as a radiation transmitter β (961 keV) capable for killing cancer cells and (412 keV) γ rays that give a golden image in the body, thus acting as a theranostic agent. The purpose of this study was to obtain confident results of conjugate safety by observing the constituent clearance of 198AuNP-PAMAM G4-Nimotuzumab. The result of the conjugate clearance will be the reference for the metabolic state as a new, stable and complete radiofarmaka upon reaching the desired target. This study began with the synthesis of the conjugate of 198AuNp-PAMAM G4-nimotuzumab and then tested the clirens and analyzed the results of urine and mouse feces that had been injected with conjugate. Total clearance was obtained about 47.38% of the 198AuNP-PAMAM G4-Nimotuzumab conjugates that have been excreted through urine (18.26%) and stool (29.11%.). Urine and feces were analyzed with SDS-PAGE giving the spot above the 150 kDa band and showing the conjugate molecular weight. FTIR analysis of urine and feces by showing aldehyde functional groups (C = O), alcoholic groups (O-H), amine groups (C-N), and amine groups (N-H) indicating the presence of AuNP-PAMAM G4-Nimotuzumab conjugates in urine and mouse feces. The results of urine and fecal excretion of the conjugate are still conjugate-shaped supported by SDS PAGE analysis, UV-Vis spectrophotometer absorption analysis and functional group analysis with FTIR that has been conducted
Efek Nefroprotektif Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) terhadap Kadar Kreatinin Tikus yang Diinduksi Parasetamol
Gagal ginjal merupakan masalah Kesehatan dunia ditinjau dari insidensi, prevalensi dan tingkat kematian. Berdasarkan data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa gagal ginjal kronik meningkat sebesar 20-25% setiap tahun. Pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) merupakan spesies dari genus Musa yang digunakan sebagai pengobatan tradisional dan mengandung senyawa flavonoid yang dapat berpotensi sebagai nefroprotektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek nefropeotektif kulit pisang raja pada tikus yang diinduksi parasetamol dosis toksik. Kulit pisang raja diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut methanol. Penelitian ini adalah penelitian jenis eksperiment dengan metode pre and post test control design. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok hewan uji dan setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan Na CMC 0,5%, kelompok 2 merupakan kelompok induksi parasetamol dosis toksik dengan dosis 180 mg/kgBB. Kelompok 3,4, dan 5 merupakan kelompok yang diberikan ekstrak metanol kulit pisang raja dengan masing-masing dosis sebesar 700 mg/kgBB, 1400 mg/kgBB dan 2100 mg/kgBB. Kerusakan sel ginjal disebabakan karena pemberian parasetamol dosis toksik dengan mengukur kadar serum kreatinin tikus. Anaslisis data SPSS dengan Paired sample T test menunjukkan nilai P sebesar 0,016<0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit pisang raja dapat menurunkan kadar kreatinin serum tikus. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol kulit pisang raja memiliki efek nefroprotektif pada tikus yang diinduksi parasetamol dosis toksik melalui penurunan kadar serum kreatinin tikus
Formulasi Gel Hand Sanitizer Dari Ekstrak Metanol Kulit Semangka (Citrullus lanatus)
Hand sanitizer merupakan sediaan yang digunakan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan tangan, serta penggunaannya lebih praktis. Sebagian besar hand sanitizer tersedia dalam bentuk cair atau gel. Umumnya gel hand sanitizer berbahan dasar alkohol. Namun penggunaan secara terus-menerus alkohol dapat mengiritasi kulit. Oleh karena itu perlu adanya alternatif bahan alam yang dapat digunakan untuk mengurangi terjadinya iritasi kulit. Salah satu bahan alam yang terbukti sebagai antibakteri adalah kulit semangka (Citrullus lanatus). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat potensi gel hand sanitizer ekstrak metanol kulit semangka terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Metode penelitian yang digunakan riset empirik dengan platform luring dengan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat di masa pandemi Covid-19. Ekstrak metanol kulit semangka dilakukan pengujian antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan tiga konsentrasi yaitu 15%, 17,5% dan 20%. Formulasi dibuat dengan variasi konsentrasi karbopol yaitu konsentrasi 1%, 1,5% dan konsentrasi 2%, kemudian dilakukan evaluasi sifat fisik dari sediaan gel. Ekstrak metanol kulit semangka 15% memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E.coli dengan rata-rata zona hambat 5,03±1,98 mm (kategori daya hambat cukup) dan pada bakteri S. aureus 2,53±2,40 mm (kategori daya hambat lemah). Formula 1 (karbopol 1%) dan formula 2 (karbopol 1,5%) memenuhi syarat evaluasi sifat fisik sediaan gel yaitu pada uji organoleptik, pH, viskositas, homogenitas, dan daya sebar. Sedangkan untuk formula 3 (karbopol 2%) tidak memenuhi pada uji fisik yaitu uji daya sebar