79 research outputs found

    Deteksi dan Kuantifikasi Internal Wave Menggunakan Instrumen Broadband Echosounder SIMRAD EK80 di Perairan Padang Bay Bali

    Get PDF
    Internal wave adalah gelombang laut yang terjadi di lapisan dalam di perairan laut dangkal dan dalam, di mana kemunculannya hanya dapat terjadi jika kolom air terstratifikasi akibat adanya perbedaan densitas massa air. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi peristiwa internal wave, serta mengukur nilai hambur balik akustik dari internal wave yang terjadi di Selat Lombok. Data yang digunakan adalah hasil pengukuran instrumen broadband echosounder SIMRAD EK80 frekuensi 200 kHz tipe pulsa continuous wave (CW) dengan data pendukung elevasi muka air, suhu, salinitas, dan densitas dari Conductivity Temperature Depth (CTD) “Yoyo” selama 24 jam. Nilai hambur balik didapatkan dengan analisis menggunakan perangkat lunak Sonar5-Pro. Echogram menunjukkan adanya pembentukan nonlinear internal wave disertai dengan adanya turbulensi yang terjadi pada saat gelombang pasang membawa massa air dengan densitas berbeda melewati topografi kasar di Selat Lombok. Nilai backscatter hasil segmentasi berentang dari -75 dB sampai -59 dB

    Design of Wave Buoy for Coastal Wave High Monitoring

    Full text link
    Ocean wave has complex and random characteristics that makes, which may cause the wave height and period are difficult to measure and to predict. In this paper we describe the development of wave buoy instrument was made using the acceleration sensor to monitor of buoy\u27s position in 3 axes (xyz). The measurement results shown metasentrum value is 2.5 which means that the buoy is stable. In addition, the difference in speed during the test successfully illustrated by means of the presence of two different frequencies with error is 0.01-0.07 m for a periode of 2.91 s and 4.95 s. Field measurement in the Palabuhan Ratu bay was succesfully obtaining some type of generated waves. The field trial that was done for 24 hours showed 4 significant period, clasisifield into 1 second and 3.37 second (wind wave), 1.20 hour (anomaly wave), and 12 hour (tidal wave). In conclusion, the wave buoy developed was successfully tested and performed well at sea trial, where the wave buoy capable of recording various wave spectrum

    Response of Sea Surface Temperature (Sst) and Chlorophyll-a on Madden Julian Oscillation (Mjo) in Indonesian Seas

    Full text link
    Madden-Julian Oscillation (MJO) is a large-scale phenomenon that occurs in equatorial area, parti-cularly Indonesia. This research aimed to investigate the MJO propagation process and studied the correlation between MJO and sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a. Sea variables (SST and chlorophyll-a) and atmosphere variables (outgoing longwave radiation/OLR, 1,5 km wind, and surface wind) were band-pass filtered for 20-100 days period. Spectral density from OLR and 1,5 km wind (2003-2012) shows that the MJO period was dominantly occurred for 40–50 days. Average pro-pagation of MJO velocity resulted from the atmospheric variable analysis by Hovmöller diagram was 4,7 m/s. Cross correlation between SST and OLR in South Java and Banda Sea results a strong corre-lation during MJO active phase, where MJO took place first and was then followed by the decreasing SST along the equatorial region. Increasing chlorophyll-a concentration occured at some areas du-ring MJO active phase with relatively short phase delay. During the MJO active phase, fluctuation of wind velocity generates variation over mixed layer depth and triggers upwelling /entrainment. Nutri-ent was upwelled to the water surface and hence increase phytoplankton production and chlorophyll-a concentration

    Sebaran Salinitas Perairan Laut Kabupaten Bengkayang pada Musim Kemarau

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian tentang sebaran salinitas perairan laut Kabupaten Bengkayang pada musim kemarau. Penelitian ini dilakukan dengan melalukan pengambilan data salinitas, suhu dan konduktivitas massa air berdasarkan kedalaman di 23 stasiun pengukuran.  Lokasi penelitian berada pada koordinat 107,68 s.d 108,93 BT dan 0,69 LS s.d 0,87 LU. Lokasi penelitian terdiri atas lima lintasan yang membentang dari timur ke barat dan setiap lintasan terdiri atas empat stasiun pengamatan serta penambahan tiga stasiun pengukuran di sisi timur, barat dan selatan Pulau Lemukutan. Analisis dan visualisasi data massa air (suhu, salinitas, dan densitas) dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Ocean Data View (ODV) versi 4.7.6. Hasil analisis dan visualisasi data massa air menunjukkan bahwa salinitas massa air di perairan laut Kabupaten Bengkayang pada musim kemarau berada pada rentang 28,96 s.d 32,5 psu. Sebaran salinitas permukaan di daerah penelitian terbagi atas tiga bagian yaitu bagian utara, bagian tengah dan bagian selatan daerah penelitian, dengan tiap bagian membentang dari timur ke barat atau tegak lurus garis pantai. Massa air bersalinitas rendah (MABR) yang terjebak di bagian tengah diduga berasal dari massa air dari sungai yang terletak di bagian selatan pesisir Kalimantan yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Mempawah. MABR tersebut terdorong dan bergerak ke arah utara sesuai dengan arah arus yang terjadi di pesisir Kalimantan Barat pada musim kemarau. Stratifikasi kolom air dalam kondisi stabil di seluruh daerah penelitian. Massa air yang bersalinitas kurang dari 30,5 psu ditemukan hingga kedalaman 4,5 meter di bagian barat daya, bagian selatan dan bagian tenggara Pulau Lemukutan. Massa air dengan salinitas 30,75 s.d 31,75 psu dapat dijumpai dari garis pantai hingga mencapai bagian barat Pulau Lemukutan dengan kedalaman sampai 10 meter dari permukaan

    UPWELLING CHARACTERISTICS IN THE SOUTHERN JAVA WATERS DURING STRONG LA NINA 2010 AND SUPER EL NINO 2015

    Get PDF
    Seasonal coastal upwelling in the Southern Java waters is considered to be modulated by interannual ocean-atmosphere variability of El Nino Southern Oscillation (ENSO).  This study aims to investigate a contrast in seasonal upwelling characteristics during the La Nina 2010 and El Nino 2015 events, by using multi-datasets from INDESO model output and satellite-derived datasets. Distinct characteristics of seasonal upwelling was clearly seen. In La Nina, surface ocean-atmosphere variables were much lower than that observed in El Nino, except for precipitation rate, sea surface temperature, and sea surface height.  In La Nina, warmer (27-28°C) and a very freshwater (<33.80psu) were predominant in the upper 45m depth, concealing upwelling cooler water at subsurface. In contrast, in the El Nino, a drastic upwelled subsurface water of isotherms of 25-26°C and isohalines of 34.24-34.44psu were outcropped at the sea surface. Temperature-based upwelling index is -2°C and +4°C, demonstrating the ENSO has strongly modulated the upwelling intensity. A strong eastward South Java Coastal Current (SJCC) was found only in La Nina event.  Persistent westward Indonesian Throughflow south of 9.5°S were visible both in different ENSO events.  Estimate of Ekman transport derived from model meridional current was intervened strongly by the presence of the SJCC and the ITF.Upwelling pantai musiman di perairan Selatan Jawa diduga dapat dimodulasi oleh variabilitas antar-tahunan laut-atmosfer El Nino Southern Oscillation (ENSO). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan karakteristik upwelling musiman selama kejadian La Nina 2010 dan El Nino 2015, berdasarkan multi-dataset dari keluaran model INDESO dan dari data satelit. Karakteristik yang berbeda dari upwelling musiman terlihat jelas. Di La Nina, variabel laut-atmosfer permukaan jauh lebih rendah daripada yang diamati di El Nino, kecuali untuk tingkat curah hujan, suhu permukaan laut, dan tinggi permukaan laut. Di La Nina, air laut yang lebih hangat (27-28°C) dan lebih tawar (<33,80psu) mendominasi di atas lapisan kedalaman 45m, yang menahan air dingin upwelling tetap di bawah permukaan. Sebaliknya, di El Nino, air bawah permukaan naik secara drastis dari isoterm 25-26°C dan isohalin dari 34,24-34,44psu tersingkapkan di permukaan laut. Indeks upwelling berbasis suhu adalah -2°C dan +4°C, menunjukkan ENSO telah sangat memodulasi intensitas upwelling. Arus Pantai Selatan Jawa (SJCC) yang kuat mengalir kearah timur hanya ditemukan pada kejadian La Nina. Aliran Arlindo yang persisten di selatan 9,5°S terlihat pada ENSO berbeda. Perkiraan angkutan Ekman yang diturunkan dari model arus meridional telah diintervensi secara kuat oleh kehadiran SJCC dan Arlindo

    IMAGING THERMOHALINE FINE STRUCTURE USING MULTICHANNEL SEISMIC REFLECTION IN THE NORTHERN MALUKU SEA

    Get PDF
    Low-frequency acoustic such as marine seismic that has been commonly used in geological mapping is nowadays being developed as tools to map the water columns. This study aims to map thermohaline fine structure in the Northern Maluku Sea. Seismic reflection data from 72 channel along 239 km track line was processed to delineate water column structure. The depth-distance seismic oceanography section clearly showed reflectors at depth of 400 m and 800 m correspond to lower boundary of the seasonal and permanent thermocline layers, respectively. The reflections between depth of 400 m and 800 m were caused by the thermohaline staircase as confirmed by CTD data. Water column reflections showed the presence of internal wave-like structure in the northwestern Tufure sill which has height and wavelength about 102 m and 17 km, respectively. The seismic amplitude in the water column corresponded to the vertical contrast of physical oceanographic parameters such as temperature, salinity, and sound speed. Reflections in the water column could be caused by temperature gradients ranging contrast from 0.03°C/m to >0.20°C/m. The acoustic impedance in the internal wave-like zone was ranging from 0.8 x 106 kg/m3 m/s to 2.06 x 106 kg/m3 m/s. This research revealed that the marine seismic data can be useful for studying the water column characteristics in the Northern Maluku Sea.Akustik frekuensi rendah seperti seismik laut yang umumnya digunakan untuk pemetaan geologi sekarang berkembang menjadi perangkat untuk memetakan kolom perairan. Penelitian ini bertujuan memetakan struktur halus termohalin (thermohaline fine structure) sepanjang lintasan seismik di Laut Maluku bagian utara. Data seismik refleksi dari 72 saluran sepanjang lintasan 239 km diproses untuk menggambarkan struktur kolom perairan di Laut Maluku. Penampang seismik oseanografi menunjukkan dengan jelas adanya reflektor pada kedalaman 400 m dan 800 m yang merupakan batas bawah lapisan termoklin musiman dan termoklin permanen. Di antara kedalaman 400 - 800 m terdapat refleksi yang disebabkan oleh perundakan termohalin (thermohaline staircase) seperti yang terkonfirmasi oleh data CTD. Data seismik kolom perairan memperlihatkan adanya struktur seperti gelombang internal di bagian barat laut ambang Tufure dengan tinggi dan panjang gelombang berturut-turut sekitar 102 m dan 17 km. Amplitudo seismik di kolom perairan menunjukkan kesesuaian dengan kontras vertikal parameter fisika oseanografi seperti suhu, salinitas, dan kecepatan suara. Refleksi di kolom perairan bisa disebabkan oleh kontras gradient suhu berkisar antara 0,03°C/m hingga >0,20°C/m. Impedansi akustik pada zona target berkisar antara 0,8 × 106 kg/m3 m/s hingga 2,06 × 106 kg/m3 m/s. Penelitian ini mengungkap bahwa data seismik kolom perairan bisa bermanfaat untuk mempelajari karakteristik kolom perairan di Laut Maluku bagian utara
    corecore