7 research outputs found

    PEMETAAN KONFLIK MANUSIA DENGAN BIAWAK (Varanus salvator) BERBASIS WEB SCRAPING BERITA ONLINE

    Get PDF
    Latar Belakang: Laju pertumbuhan penduduk bumi yang sangat tinggi dalam beberapa dekade terakhir berimbas terhadap meningkatnya luasan lahan pertanian secara pesat. Salah satu akibat yang muncul dari laju perubahan lahan hutan adalah semakin banyaknya konflik yang muncul antara satwa liar dengan manusia. Meskipun konflik manusia dengan satwa liar juga banyak ditemukan di Indonesia, namun usaha untuk melakukan inventarisasi dan pemantauan jenis-jenis konflik beserta sebarannya masih terbatas. Mamalia dan burung merupakan dua kelompok satwa liar yang telah dikaji secara luas.Metode: Penelitian ini berusaha mengumpulkan data kejadian konflik manusia dengan biawak yang sering muncul di berita-berita daring. Pengumpulan berita dari media online (web scraping) dilakukan secara otomatis dengan menggunakan python package GoogleNews. Berita yang terkumpul dan disimpan dalam format spreadsheet diolah untuk mendapatkan informasi lokasi dan jenis konfliknya.Hasil: 35 kasus konflik biawak pada tahun 2019 dan 66 kasus pada tahun 2020 berhasil dipetakan dan diketahui jenis-jenisnya. Kasus kemunculan biawak di wilayah pemukiman/perkantoran merupakan kasus yang paling banyak diberitakan dimana wilayah Jabodetabek mendominasi pemberitaan konflik manusia dengan biawak.Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan teknik web scraping sangat berguna untuk mengumpulkan berita tentang konflik manusia dengan biawak dalam waktu yang cepat. Berita yang dikumpulkan dapat menunjukkan persebaran dan jenis konflik biawak di Indonesi

    Molecular Sex Determination of Captive Komodo Dragons (Varanus komodoensis) at Gembira Loka Zoo, Surabaya Zoo, and Ragunan Zoo, Indonesia

    Get PDF
    Captive breeding of endangered species is often difficult, and may be hampered by many factors. Sexual monomorphism, in which males and females are not easily distinguishable, is one such factor and is a common problem in captive breeding of many avian and reptile species. Species-specific nuclear DNA markers, recently developed to identify portions of sex chromosomes, were employed in this study for sex determination of Komodo dragons (Varanus Komodoensis). Each animal was uniquely tagged using a passive integrated micro-transponder (TROVAN 100A type transponders of 13 mm in length and 2 mm in diameter). The sex of a total of 81 individual Komodo dragons (44 samples from Ragunan zoo, 26 samples from Surabaya zoo, and 11 samples from Gembira Loka zoo) were determined using primers Ksex 1for and Ksex 3rev. A series of preliminary PCR amplifications were conducted using DNA from individuals of known sex. During these preliminary tests, researchers varied the annealing temperatures, number of cycles, and concentrations of reagents, in order to identify the best protocol for sex determination using our sample set. We thus developed our own PCR protocol for this study, which resulted in the amplification of band A in females and band C in males. Results from band B, however, turned out to be non-determinative in our study because, for females, band B was not always visible, and for males sometimes a similar, but lighter band was also amplified, making interpretation difficult. In this study, sex determination was based mainly on the difference in size between the female-specific 812 bp fragment and the homologous, longer fragment amplified for males

    PERBANDINGAN KARAKTER MERISTIK PADA Varanus salvator macromaculatus Deraniyagala, 1944 DARI POPULASI WILAYAH SUMATERA

    No full text
    Karakter meristik (hitung sisik) merupakan karakter pendiagnosa dalam mencandra biawak, termasuk Varanus salvator complex. V. s. macromaculatus tersebar paling luas di antara anak jenis Biawak Air sehingga diduga memiliki variasi morfologi. Hal tersebut ditunjukkan adanya ketumpangtindihan hitung sisik V.s. macromaculatus dengan anak jenis lainnya. Maka hitung sisik bukan sebagai karakter pendiagnosa yang mandiri. Oleh karenya digunakan pola warna sebagai karakter pendiagnosa lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakter hitung sisik dan pola warna tubuh V.s. macromaculatus asal Pulau Sumatera dan pulau-pulau satelitnya serta Pulau Jawa untuk melihat kekonsistenan dan kemandirian karakter meristik pada anak jenis tersebut. Kami juga mengidentifikasi karakter hitung sisik yang membedakan dua anak jenis, yaitu V.s. macromaculatus dan V.s. bivittatus. Karakter hitung sisik di bagian tengah tubuh (karakter S) dan pola warna tubuh dapat digunakan untuk membedakan populasi Biawak Air asal Pulau Simeulue dengan setiap populasi yang diteliti (populasi asal Pulau Sumatera, Pulau Batam, Pulau Kundur, dan Pulau Jawa). Karakter S bersifat konsisten dan bukan sebagai karakter pendiagnosa mandiri. Hitung sisik di sekitar pangkal ekor (karakter Q) dapat membedakan anak jenis Biawak Air, yaitu V.s. macromaculatus dan V.s. bivittatus dalam penelitian ini

    Deskriptif Histologi Fase Wound Healing (Penyembuhan Luka) Pada Regenerasi Jaringan Ekor Cecak (Hemidactylus platyurus)

    No full text
    Saat terjadi kerusakan pada jaringan setiap organisme, maka tubuh akan selalu berusaha untuk memulihkan kerusakan pada jaringan. Pada organisme multiseluler, regenerasi tidak hanya pemulihan struktur tetapi juga terjadi pemulihan fungsi jaringan. Proses regenerasi jaringan terjadi dalam empat tahap yang melibatkan berbagai jenis sel. Tahap pertama regenerasi adalah fase wound healing (penyembuhan luka), yang merupakan fase penentu berhasilnya proses regenerasi jaringan. Hasil penelitian secara deskriptif histologi dengan pewarnaan konvensional hematoksilin eosin, menggunakan model ekor cecak, terdapat berbagai jenis sel yang muncul dan berperan dalam proses regenerasi fase tersebut. Pada hari pertama dan hari ketiga setelah proses autotomi ekor cecak, tampak  sel darah merah akibat perlukaan dan sel darah heterofil yang berperan mem-fagositosis sel dan jaringan yang mati, serta munculnya sel fibroblast. Sel fibroblast ini yang akan berperan dalam pembentukan jaringan baru. Pada hari kelima tampak pembentukkan pembuluh darah dan otot yang baru, serta pada hari kesepuluh terjadi pembentukkan lapisan sel epitel dan epidermis. Tahap regenerasi hari pertama sampai hari kesepuluh merupakan tahap penyembuhan luka. Setelah luka tertutup,mulai terjadi pertumbuhan berbagai jaringan di bawah epidermis. Kata kunci: regenerasi jaringan, histologi, ekor, cecak (Hemydactylus platyurus
    corecore