9 research outputs found

    Televisi Mendidik Karakter Bangsa: Harapan dan Tantangan

    Get PDF
    Pendidikan karakter merupakan upaya menanamkan kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bersikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma serta akhlak mulia. Oleh karena itu, diperlukan pembiasaan, keteladanan, dan lingkungan yang kondusif baik di keluarga, sekolah, masyarakat, serta dukungan exposure media massa khususnya televisi. Kepala sekolah, guru, orangtua, dan masyarakat dituntut menjadi teladan bagi generasi muda. Namun, pembiasaan dan keteladanan dalam berperilaku sehari-hari tidak mudah. Media televisi dengan berbagai karakteristiknya optimis dapat meminimalisir kendala tersebut. Televisi merupakan media massa yang paling digemari. Televisi juga dapat mendramatisasi dan memotret realitas kehidupan sehari-hari di masyarakat dalam bentuk audio visual. Realitas tersebut merupakan penghayatan dan penanaman ajaran agama, keanekaragaman budaya bangsa, kearifan lokal, kekayaan alam, kehidupan sosial kemasyarakatan, pengembangan kreativitas, termasuk sejarah perjuangan bangsa dan cerita-cerita rakyat. Format sajian dapat mengoptimalkan konsep drama, sinetron, atau kisah nyata. Penokohan dan setting lokasi menggambarkan wilayah Indonesia dengan mengakomodir keragaman budaya, suku, agama, dan lingkungan lokal. Untuk mewujudkan harapan ini peran masyarakat sangat penting dalam mempengaruhi stasiun televisi untuk menyiarkan acara yang mendidik. Begitu pula diperlukan komitmen dan kebijakan pemerintah, serta kepedulian swasta dalam menanamkan pendidikan karakter melalui televisi

    Pengembangan Kompetensi Penyuluh Pertanian Berbasis Media Massa

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intensitas pemanfaatan media massa, kesesuaian substansi media massa dengan kebutuhan penyuluhan, dan pengaruhnya terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Media massa yang dimaksudkan adalah koran, majalah, buku, radio, televisi, dan internet. Penelitian ini dilakukan dengan metode survai terhadap penyuluh pertanian PNS padi di kabupaten Karawang dan penyuluh sayuran di kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Sampel diambil secara random sebanyak 170 orang. Hasil analisis deskriptif diketahui secara umum intensitas pemanfaatan media massa adalah rendah. Secara khusus intensitas pemanfaatan media: koran, buku, radio, dan internet dalam kategori sangat rendah. Pemanfaatan majalah dalam kategori sedang, dan hanya intensitas pemanfaatan media televisi dalam kategori tinggi walaupun substansinya kurang sesuai dengan kebutuhan penyuluhan. Melalui analisis regresi berganda diketahui bahwa media massa yang berpengaruh terhadap kompetensi penyuluh adalah majalah yang substansinya sesuai dengan kebutuhan penyuluhan, mudah diakses, dan dilakukan secara kontinyu. Di sisi lain, intensitas pemanfaatan media televisi yang tinggi memiliki potensi sebagai media yang dapat digunakan untuk peningkatan kompetensi penyuluh

    Model Posdaya dalam Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

    Get PDF
    Tulisan ini bertujuan mengkaji solusi dalam mengatasi masalah tersebut melalui model Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Teori-teori yang digunakan mengacu pada teori Perubahan sosial dan teori pemberdayaan masyarakat. Dengan kompleksnya masalah yang dihadapi kelompok masyarakat hard rock tersebut, penuntasan wajar 9 tahun perlu dilakukan melalui upaya pemberdayaan keluarga dalam wahana Posdaya. Posdaya merupakan forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan delapan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Pengembangan Posdaya tidak harus membuat lembaga baru dalam masyarakat, tetapi dapat mengoptimalkan yang ada melalui aktivitas pemberdayaan. Posdaya menjadi wahana diskusi dalam memecahkan permasalahan sehari-hari, khususnya kendala kendala penuntasan wajar 9 tahun secara bersama antara anak, orang tua, dan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensi/peran masing-masing. Posdaya juga mampu membangun kembali kearifan lokal dan modal sosial. Pada akhirnya Posdaya tidak hanya memecahkan masalah pendidikan, akan tetapi juga masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya. Oleh karena itu penuntasan wajar 9 tahun perlu kerja sama lintas departemen di bawah koordinasi Menkokesra, terutama sektor pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan, bersama pemerintah daerah dan masyarakat

    Membangun Media Massa Publik dalam Menanamkan Pendidikan Karakter

    Get PDF
    Dalam era informasi, penanaman pendidikan karakter perlu dilakukan melalui media massa publik. Exposuremedia massa yang dikuasai swasta seringkali diwarnai kepentingan ideologi, pemilik (owner), serta keuntungan finansial. Oleh karena itu, diperlukan media massa publik yang memiliki idealisme untuk mengutamakan kepentingan masyarakat. Bentuknya yaitu Koran Publik, Majalah Publik, Radio Publik, Televisi Publik, dan Web/Portal Publik. Untuk dapat menanamkan pendidikan karakter, substansi media massa publik perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakter sasaran, distribusinya dilakukan secara kontinyu, mudah diakses atau dimanfaatkan oleh sasaran, serta dikemas dalam format yang menarik dan mampu bersaing dengan media massa swasta. Substansi media ini dituntut dapat mendorong dan menciptakan masyarakat pembelajar, menjadi inspirasi, mencerdaskan, serta memberikan contoh keteladanan dalam membangun karakter bangsa. Untuk merealisasikan media massa publik dapat dikembangkan dari lembaga yang ada, misalnya RRI, TVRI, atau kantor berita Antara dengan cara mensinergikan dengan potensi yang dimiliki kementerian atau lembaga-lembaga lainnya baik dalam aspek: substansi, infrastruktur, SDM, dan aspek lainnya

    Model PAUD Posdaya sebagai Alternatif Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Masyarakat

    Get PDF
    Partisipasi masyarakat dalam mensukseskan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting. Pos Pemberdayaan Masyarakat (Posdaya) merupakan forum komunikasi dan wahana pemberdayaan masyarakat di tingkat akar rumput. Pembentukan Posdaya tidak harus membentuk kelembagaan baru tetapi dapat menguatkan dan menyatukan kelembagaan yang telah ada melalui berbagai kegiatan pemberdayaan. Begitu pula Model PAUD Posdaya dikembangkan dengan cara membentuk PAUD baru dan menguatkan PAUD yang telah ada. Model PAUD Posdaya menjadi kuat karena menyatukan dan menselaraskan berbagai kelembagaan masyarakat dalam wahana Posdaya. Kelembagaan masyarakat tersebut misalnya: Bina Keluarga Balita, Posyandu, Bina Keluarga Remaja, PKK, Koperasi, Kelompok Usaha (UKM), Kelompok Lansia, Kelompok Masjid, Kelompok Arisan, Orsos, dan kelompok masyarakat lainnya. Kelompok masyarakat tersebut menyatu dalam wahana Posdaya guna mensukseskan PAUD sesuai potensi dan perannya masing-masing. Keunggulan lainnya adalah partisipasi masyarakat menjadi meningkat melalui berbagai kegiatan pemberdayaan, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan, keagamaan maupun bidang lainnya yang ada dalam wahana Posdaya

    Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga Sebagai Model Pengabdian Masyarakat Di Perguruan Tinggi

    Get PDF
    The Tridharma of higher education and colleges have directed university to care about problems in society, including through devotion to the community activities. Posdaya Thematic KKN is a community service model that focuses on empowering families and communities, especially in aspects of education, health, entrepreneurship, and environment. Through KKN students are put into life within the community in shaping the institute or expand existing social institution to become a Posdaya. Through this Posdaya students with the community identify problems and mobilize all the potential that exists for the advancement of society. Students can synergize and implement what they have learnt into community live, practice their carefulness, leadership, cooperation dan learn local wisdom and the values and norms of society. Posdaya thematic KKN is a system that needs preparation, execution, coaching, mentoring, monitoring and evaluation and as well as continually follow-up activities. The implementation of KKN also encourages coordination, advocacy, and collaboration with relevant parties including the private sectors through their Corporate Social Responsibility (CSR) programs

    Lingkungan sebagai Media Pembelajaran dan Pengaruhnya terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intensitas pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Penelitian menggunakan metode survai terhadap penyuluh pertanian PNS di kabupaten Karawang dan kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Sampel diambil secara random sebanyak 170 orang. Hasil analisis deskriptif diketahui secara umum pemanfaatan media lingkungan sebagai media pembelajaran adalah rendah. Rendahnya pemanfaatan ini terutama terjadi dalam dimensi intensitas mengamati lingkungan alam dan lingkungan USAha pertanian, sedangkan pendalaman inovasi mandiri dalam kategori sedang. Hasil analisis regresi diketahui bahwa pemanfaatan media lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap kompetensi penyuluh adalah intensitas pendalaman inovasi mandiri. Oleh karena itu perlu upaya ā€œGerakan Belajar dengan Lingkunganā€ melalui langkah-langkah nyata dalam mendorong penyuluh pertanian untuk belajar dengan lingkungan di tempat tugasnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemanfaatan media lingkungan terhadap peningkatan kompetensi pada profesi lain, seperti guru, dosen, dan profesi lainnya

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam Pemanfaatan Media

    Get PDF
    A long side the community changes and demands, the competency of agricultural extension agents should beincreased by means of learning process. This learning process is not merely taken place within formal education butalso by means of the utilization of a variety of media whether they are mass media, programmed media, orenvironmental media. The present study was to analyze the media utilization intensity, and the dominant factorsinfluence their media utilization intensity. The study used explanatory research method on 170 agricultural extensionagents who work within paddy farmer area (Karawang) and within vegetable farmer area (Garut). Samples frompaddy farmer area were taken by using random sampling technique, while those from vegetable farmer area weretaken by using census method. Then data verification was conducted toward 206 farmers who were the clients of theagricultural extension agents. Data collection was conducted during February to April 2009. Data were analyzedusing descriptive technique and regression analysis. The result of the study showed that the extent of mediautilization tended to be at a low level. Several dominant factors influenced their media utilization
    corecore