42 research outputs found
KARAKTERISTIK EKSTRAK SERBUK GERGAJIAN KAYU TEMBESU (Fagraea fragrans), RENGAS (Gluta renghas) DAN MEDANG (Litsea sp.) SEBAGAI LARVASIDA LALAT RUMAH (Musca domestica)
Sawdust extract contains polar compounds that act as insecticides such as saponin, tanin, phenolic, anthraquinones, steroids dan triterpenes. Some of these components are toxic to larvae. Therefore, it is necessary to research the potential of extracts from sawdust as a natural insecticide against house flies (Musca domestica). This study aims to analyze the characteristics and effectiveness of the sawdust extract of Tembesu wood (Fagraea fragrans), rengas (Gluta renghas), medang (Litsea sp.) as larvacides of house flies (M. domestica). The analysis of this research was analyzed using descriptive statistical variables. The main variables observed were the mortality rate of flies and extract levels of extracts of F. fragrans, G. renghas, and Litsea sp. Preliminary results showed that the powder moisture content of Litsea sp., F. fragrans and G. renghas ranged from 12-15%. The yield of the extracts of Litsea sp., F. fragrans and G. renghas was around 2%. G. renghas extract had the most significant mortality at a concentration of 9% and 10% compared to other wood extracts.Keywords: ethanol extract, F. fragrans, G. Renghas, larvacide, Litsea sp.Abstrak Ekstrak serbuk gergaji mengandung senyawa polar yang bertindak sebagai insektisida seperti saponin, tanin, fenolik antraquinon, steroid dan triterpen. Beberapa komponen ini beracun bagi larva. Oleh karena itu, perlu untuk meneliti potensi ekstrak dari serbuk gergaji sebagai insektisida alami terhadap lalat rumah (Musca domestica). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan efektivitas ekstrak serbuk gergaji kayu tembesu (Fagraea fragrans), rengas (Gluta renghas), medang (Litsea sp) sebagai larvasida lalat rumah (M. domestica). Penelitian ini dianalisis menggunakan variabel statistik deskriptif. Variabel utama yang diamati adalah tingkat mortalitas lalat dan kadar ekstrak F. fragrans, G. renghas, dan Litsea sp. Hasil awal menunjukkan bahwa kadar air ekstrak Litsea sp., F. fragrans dan G. renghas berkisar antara 12-15%. Hasil ekstrak Litsea sp., F. fragrans dan G. renghas adalah sekitar 2%. Ekstrak G. renghas memiliki angka kematian terbesar pada konsentrasi 9% dan 10% dibandingkan dengan ekstrak kayu lainnya.Kata kunci: ekstrak etanol, tembesu, rengas, larvasida, medang
SIFAT FISIS KAYU MEDANG SEREH BERDASARKAN POSISI BATANG DAN BAGIAN KAYU TERAS DAN QUBAL: Physical Properties of Citronella Wood Based on the Position of the Trunk and the Heartwood and Sapwood
ABSTRACT
Research on the introduction of medang wood is still limited, so it encourages to carry out research on types of medang wood such as the type of lemongrass medang wood which is a type of commercial wood from Jambi Province. One of the properties of wood that can be a reference in identifying lemongrass medang wood is the physical properties of wood based on the position of the trunk (base, middle and tip). This activity of identifying lemongrass medang wood will make it easier to identify the type of lemongrass medang wood with other types of medang wood. In addition, it will simplify the process of work and the purpose of using this type of wood. In connection with the above, this study was conducted which aimed to determine the physical properties of lemongrass medang wood in the position of the trunk (base, middle and end) and the heartwood and qubal. The physical properties of wood for fresh moisture content in heartwood at the base have the highest value of 84.43%, but have the lowest density and specific gravity values of 0.62 g / cm3 and 0.55. Based on the position of the wood in the trunk, the wood at the base has the lowest volume development and depreciation values of 9.75% and 10.50%. Timber at the end position has the highest development and depreciation values of 11.81% and 11.94%. The position of the wood on the trunk has an influence on fresh moisture content and volume development but does not affect the type of wood.
Keywords: heartwood, medang wood, physical properties, position of the trunk, sapwood
ABSTRAK
Penelitian mengenai pengenalan kayu medang masih terbatas, sehingga mendorong untuk melaksanakan penelitian mengenai jenis kayu medang seperti jenis kayu medang sereh yang merupakan jenis kayu komersial dari Provinsi Jambi. Salah satu sifat kayu yang dapat menjadi acuan dalam mengidentifikasi kayu medang sereh ini adalah sifat fisis kayu berdasarkan posisi batang (pangkal, tengah dan ujung). Kegiatan identifikasi kayu medang sereh ini, maka akan mempermudah dalam pengenalan jenis kayu medang sereh dengan jenis kayu medang lainnya. Selain itu, akan mempermudah proses pengerjaan dan tujuan penggunaan jenis kayu tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui sifat fisis kayu medang sereh pada posisi batang (pangkal, tengah dan ujung) dan bagian kayu teras dan qubalnya. Sifat fisis kayu untuk kadar air segar pada kayu teras di bagian pangkal memiliki nilai tertinggi yaitu 84,43%, akan tetapi memiliki nilai kerapatan dan berat jenis terendah yaitu 0,62 g/cm3 dan 0,55. Berdasarkan posisi kayu dalam batang, kayu pada bagian pangkal memiliki nilai pengembangan dan penyusutan volume terendah yaitu 9,75% dan 10,50%. Kayu pada posisi ujung memiliki nilai pengembangan dan penyusutan tertinggi yaitu 11,81% dan 11,94%. Posisi kayu pada batang memiliki pengaruh terhadap kadar air segar dan pengembangan volume akan tetapi tidak berpengaruh terhadap tipe kayu.
Katakunci: kayu medang, posisi batang, qubal, tera
Sifat Kimia Kayu Medang Sereh Berdasarkan Bagian Kayu dan Posisi Batang: Chemical Properties of Medang Sereh Wood Based on Wood and Log Position
ABSTRACT
The other properties of medang sereah (Litsea sp.) wood that need to be identified are the chemical properties of wood based on the part (terrace and sapwood) and the position of the trunk (base, middle, and end). The purpose of identifying the nature of this lemongrass medang wood will facilitate the introduction of lemongrass medang wood types with other types of medang wood. In addition, it will facilitate the process of working and the purpose of using these types of wood further according to their characteristics because the identification of wood properties is an initial process in determining the allocation of wood utilization. The levels of holocellulose, alpha-cellulose, hemicellulose in the core have relatively greater levels than the sapwood. The hemicellulose content at the base has a relatively higher value compared to the end and middle of the medang citronella log. The lignin content of the sapwood part has a lower tendency compared to the terrace. The results of the analysis also showed that the wood at the end of the trunk had a fairly high lignin content compared to the base of the trunk.
Keywords: Litsea sp., wood position, wood chemical, terrace and sapwood
ABSTRAK
Sifat kayu medang sereh lainnya yang perlu diidentifikasi yaitu sifat kimia kayu berdasarkan bagian (teras dan gubal) dan posisi batangnya (pangkal, tengah, dan ujung). Tujuan mengidentifikasi sifat kayu medang sereh ini, maka akan mempermudah dalam pengenalan jenis kayu medang sereh dengan jenis kayu medang lainnya. Selain itu, akan mempermudah proses pengerjaan dan tujuan penggunaan jenis kayu tersebut lebih lanjut sesuai karakteristiknya karena identifikasi sifat kayu merupakan suatu proses awal dalam menentukan alokasi pemanfaatan kayu. Pengujian komponen kimia mengacu pada standar ASTM. Kadar holoselulosa, alpha-selulosa, hemiselulosa bagian teras memiliki kadar relatif lebih besar dibandingkan bagian gubal. Kadar hemiselulosa pada bagian pangkal memiliki nilai yang relatif lebih tinggi daibandingkan bagian ujung dan tengah batang kayu medang sereh. Kadar lignin bagian gubal memiliki kecenderungan lebih rendah dibandingkan dengan bagian teras. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kayu dibagian ujung batang memiliki kadar lignin yang cukup tinggi dibandingkan bagian pangkal batang.
Kata kunci: medang sereh, posisi batang, kimia kayu, bagian teras dan guba
Utilization of Wood Vinegar as a Natural Preservative for Sengon Wood (Falcataria moluccana Miq.) against Fungal Attack (Schizophyllum commune Fries)
Most wood supplied from forests currently has a low level of durability and vulnerable to wood-destroying organisms attacks. Sengon wood (Falcataria moluccana Miq.) is classified as low durable class wood (class IV-V); hence wood preservation is needed to protect from the attacks of wood-destroying organisms. One of the eco-friendly materials that can be used for wood preservation is wood vinegar. This study aims to analyze the influence of wood vinegar from tembesu (Fagraea fragrans) and rengas (Gluta renghas) on the durability of sengon wood against Schizophyllum commune Fries fungus. The results showed that wood parts and types of wood vinegar significantly affected preservative retention, absorption, penetration, and weight loss. Some of the chemical compounds contained in tembesu and rengas wood vinegar can inhibit the growth of fungi: (1) acetic acid (CAS) ethylic acid, (2) 2-propanone, 1-hydroxy- (CAS) acetol, (3) phenol, 2-methoxy- (CAS) guaiacol, and (4) phenol (CAS) izal. Preservation of wood using tembesu and rengas wood vinegar with a concentration of 70% could increase the resistance of sengon wood and improve sengon wood’s durability into very resistant (durability class I) against S. commune fungus attacks.Keywords: Falcataria moluccana, wood durability, wood parts, wood vinega
KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH AKASIA (Acacia mangium Willd.) DAN KULIT KELAPA MUDA (Cocos nucifera L.): Characteristics of Particle Board from Mixed Waste of Acacia (Acacia mangium Willd.) and Coconut Shell (Cocos nucifera L.
The aim of this research is to make an effort to utilize forestry waste, in the form of harvesting waste of acacia (Acacia mangiumWilld.) and coconut shells (Cocos nucifera L.) into particle boards by considering the evaluation of the value of particle board characteristics, both physical and mechanical characteristics in accordance with standards JIS A 5908-2003.This study used a factorial analysis where the first factor was the composition of the raw material for acacia: coconut (100: 0, 60:40, 50:50, 40:60 and 0:100). While the second factor is the provision of pretreatment on particles (cold soak, hot soak and without immersion).This analysis was carried out in a completely randomized design (CRD) with three repetitions.The results showed that the composition of the raw materials had a significant effect on the value of water content, water absorption, modulus of rupture and modulus of elasticity.The pretreatment had a significant effect on the thickness swelling, water absorption, modulus of rupture and modulus of elasticity. Meanwhile, the interaction of these two factors has a significant effect on the internal bond value, modulus of rupture and modulus of elasticity.Based on the results, it is known that only the density parameters that meet the JIS A 5908-2003 standard, the moisture content and thickness development parameters have not met the standards, while the mechanical characteristics of the particle board have not met the standards.Overall particle board with the composition of acacia raw material: young coconut 60:40 and heat soaking pre-treatment can produce good quality particle board
KEANEKARAGAMAN JENIS POHON PADA TIPE EKOSISTEM HUTAN HUJAN TROPIS DATARAN RENDAH DI HUTAN KAMPUS UNIVERSITAS JAMBI MENDALO
Hutan kampus Universitas Jambi Mendalo merupakan salah satu hutan alam sekunder tua yang merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah (Lowland Tropical Rain Forest) yang memiliki keanekaragaman hayati cukup tinggi. Hingga saat ini data keanekaragaman jenis pohon di Hutan Kampus Universitas Jambi Mendalo masih belum tersedia secara lengkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis pohon yang tumbuh di Hutan Kampus Universitas Jambi Mendalo dengan tahapan suksesi berupa hutan alam sekunder tua pada tipe ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Kampus Universitas Jambi Mendalo, Desa Mendalo Darat, kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Inventarisasi menggunakan teknik eksplorasi dengan intensitas sampling 100% (sensus), dengan mengambil sampel vegetatif (daun, dan ranting) dan bila ditemukan diambil pula sampel generatif (buah dan Biji) dari setiap jenis pohon yang dijumpai untuk selanjutnya dibuat menjadi sampel herbarium yang akan dikirim ke Herbarium Bogoriense Bogor. Hasil dari penelitian, didapat 105 spesies pohon berdiameter di atas 10 cm yang tergolong pada 56 genus dan 35 famili meliputi beberapa famili bernilai ekonomi dan konservasi tinggi yaitu : Dipterocarpaceae (Shorea sp., Hopea mengarawan), Lauraceae (Litsea sp., Alseodaphne sp.) ,dan Thymeleaceae (Aquillaria malaccensis)
Identifikasi Makroskopis dan Mikroskopis Kayu Medang Sereh Berdasarkan Bagian Batang : Macroscopic and Microscopic Identification of Lemongrass Medang Wood Based on Stem Section
ABSTRACT
Some aspects that can be a reference in identifying lemongrass wood include anatomical structure (macro and micro properties) based on the trunk (base, middle and end). The results of research identifying the anatomical properties of lemongrass wood on various parts of the trunk provide conclusions of anatomical structure for the macroscopic structure characteristics of lemongrass wood in general do not differ between the position of the base, middle and end and the terrace and sapwood, namely giving the heartwood color brown, has a striped pattern, a rather smooth texture, a smooth tactile effect, somewhat shiny, has a smell like lemongrass or telon oil, the hardness is rather hard and heavy. The microscopic structural characteristics of lemongrass medang wood in the position of lemongrass medang logs (base, middle and tip) show that in general wood fibers experience an increase in length from pith to leather. Based on testing the quality of wood fiber for pulp and paper use which includes fiber length, Runkle Ratio, Muhlstep Ratio (MR), Felting Power (FP), Flexibility Ratio (FR) and Coefficient of Rigidity (CR) that lemongrass wood fiber is included in quality class III. Quality class III is a class of wood fiber that has tear firmness, rupture resistance and low tensile firmness.
Keywords: macroscopic, microscopic, medang wood, position of the trunk
ABSTRAK
Beberapa aspek yang dapat menjadi acuan dalam mengidentifikasi kayu medang sereh ini adalah meliputi struktur anatomi (sifat makro dan mikro) berdasarkan bagian batangnya (pangkal, tengah dan ujung). Hasil penelitian identifikasi sifat anatomi kayu medang sereh pada berbagai bagian batang memberikan kesimpulan struktur anatomi untuk ciri struktur makroskopis kayu medang sereh secara umum tidak berbeda antara posisi pangkal, tengah dan ujung dan bagian teras dan gubalnya yaitu memberikan warna kayu terasnya coklat, mempunyai corak bergaris-garis, tekstur agak halus, kesan raba halus, agak mengkilap, mempunyai bau seperti bau sereh atau minyak telon, kekerasan agak keras dan berat. Â Ciri struktur mikroskopis kayu medang sereh secara pada posisi batang kayu medang sereh (pangkal, tengah dan ujung) menunjukkan bahwa secara umum serat kayu mengalami penambahan panjang dari empulur hingga menuju kulit. Berdasarkan pengujian kualitas serat kayu untuk penggunaan pulp dan kertas yang meliputi panjang serat, Runkle Ratio, Muhlstep Ratio (MR), Felting Power (FP), Flexibility Ratio (FR) dan Coeffisien of Rigidity (CR) bahwa serat kayu medang sereh masuk ke dalam kelas mutu III. Kelas mutu III merupakan kelas serat kayu yang memiliki keteguhan sobek, ketahanan pecah dan keteguhan tarik yang rendah.
Kata kunci: medang sereh, posisi batang, makroskopis, mikroskopi
Identifikasi Pohon Induk Dan Pembangunan Pembibitan Spesies Unggulan Lokal Di Tahura Sultan Thaha Syaifuddin
Taman Hutan Raya (Tahura) merupakan salah satu bentuk Kawasan Perlindungan Alam (KPA) yang bertujuan sebagai tempat mengkoleksi tumbuhan dan atau hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Provinsi Jambi mempunya lima Taman Hutan, salah satunya adalah Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin. Kayu Bulian (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn.) merupakan salah satu tumbuhan endemik yang berada di dalam kawasan Tahura Sultan Thaha Syaifuddin yang menjadi ciri khas dari keberadaan Tahura Sultan Thaha Syaifuddin. Keberadaan kayu bulian ini sudah mulai langka karena beberapa faktor salah satunya adalah terjadinya kebakaran hutan. Perlu upaya menyelamatkan spesies lokal unggulan bulian dari ancaman berkurangnya pohon indukan bahkan kepunahan serta penyediaan bahan tanaman berupa bibit bulian untuk kegiatan rehabilitasi. Untuk mengatasi hal tersebut sangat diperlukan upaya identifikasi terhadap pohon induk dan pembangunan pembibitan spesies unggulan lokal bulian sebagai upaya penyelamatan keberadaan bulian yang tersisa. Dampak kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah mitra telah memiliki peningkatan pengetahuan dan pemahaman terkait menjaga keberadaan Tahura Sultan Thaha Syaifuddin dalam menjaga kelestarian ekosistem, teknik identifikasi jenis-jenis lokal unggulan dan pembuatan bibit jenis-jenis lokal unggulan terutama bulian yang menjadi jenis spesifik yang terdapat di Tahura Sultan Thaha Syaifuddin
Perspektif Stakeholder Terhadap Sustainability Program TB di Kota Semarang
ABSTRAK Latar Belakang: Missing case TB di Indonesia tahun 2017 mencapai 36%. Case Notification Rate (CNR) Kota Semarang ditahun 2017 mengalami kenaikan pesat sebesar 328 per 100.000 penduduk dengan Success Rate (SR) sebesar 80,38%, masih dibawah target nasional. Dukungan pendanaan terbesar pembiayaan program TB Kota Semarang tahun 2017 dari donor sebesar 71% sedangkan APBD hanya mencapai 29%. Strategi penanggulangan TB di Kota Semarang mengacu pada RAD untuk kesinambungan Program TB. Ancaman sustainability Program TB terkait stabilitas pendanaan yaitu akan berakhirnya dana donor serta belum pernah dilakukanya monev RAD. Hal ini yang melatarbelakangi pentingnya mengetahui perspektif stakeholder terhadap sustainability Program TB di Kota Semarang.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perspektif stakeholder terhadap kapasitas sustainability terkait dengan stabilitas pendanaan dan strategi pembiayaan Program TB di Kota Semarang.Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan pendekatan kualitatif. Penelitian menggunakan purposive sampling dengan subjek penelitian berjumlah 21 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan analisis data dilakukan dengan content analysis.Hasil Penelitian: Temuan ini mengungkap stabilitas pendanaan untuk keberlanjutan program telah terlihat dari peningkatan alokasi APBD dan sebaran alokasi pendanaan ditingkat kecamatan. Pandangan negatif terkait belum konsistensi RKA dinkes dengan RAD TB dan adanya gap antara kebutuhan Program TB dengan ketersedian anggaran. Pandangan optimis kesinambungan pendanaan sebagai program prioritas, sedangkan pesimis disebabkan ketergantungan pada donor tinggi dan belum dilakukan monev pelaksanaan RAD TB. Strategi pengumpulan dana lebih focus pada sumber pendanaan pemerintah sedangkan strategi penganggaran dengan melakukan advokasi menjadi program prioritas dan penerbitan Perda TB. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukan stakeholder optimis telah terbentuk stabilitas pendanaaan meskipun tanpa dasar pelaksanaan fungsi monev. Strategi pengumpulan dana dengan mengoptimalkan APBD, memanfaatkan BOK dan integrasi ke sistem JKN. Strategi penganggaran memerlukan advokasi, penyusunan perencanaan efektif dan efisensi serta penguatan regulasi melalui Perda TB. Kata Kunci: Perspektif Stakeholder;Stabilitas Pendanaan; Sustainability; Program TB