18 research outputs found

    Data Description and Epigraphy of Tin Plate Inscriptions in the Southern Sumatra

    Get PDF
    Sepanjang Kawasan pesisir Timur Sumatera Bagian Selatan mulai dari Jambi hingga ke Sumatera Selatan merupakan daerah lahan basah yang mengandung berbagai peninggalan masa lalu. Peninggalan tersebut berupa bekas perahu, manik-manik, tembikar, terakota, dan bahkan prasasti logam baik itu berbahan timah maupun tembaga. Prasasti berbahan timah merupakan data artefaktual yang relatif banyak ditemukan. Sejumlah prasasti berbahan timah di kawasan tersebut merupakan data yang penting untuk dikaji menggunakan metode Epigrafi. Metode ini meliputi deskripsi dimensi bentuk, unsur bahan penyusun, analisis tekstual isi prasasti, dan penafsirannya. Media tulis pada timah menjadi hal yang lazim ketika bahan baku batu atau jenis logam lain tidak banyak tersedia di wilayah tersebut. Timah yang digunakan kemungkinan berasal dari daerah Timur, yaitu daerah Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan lainnya. Berdasarkan analisis X-Ray Fluorescence (XRF), tercatat timah yang digunakan merupakan jenis timah putih murni dengan kode Sn dan hanya sedikit mengandung timah hitam Pb. Aksara yang digunakan dalam sejumlah data prasasti timah tersebut yaitu aksara yang diidentifikasikan sebagai aksara Sumatra Kuno, aksara Ulu/Ka-Ga-Nga, aksara Jawi, dan aksara Arab. Berdasarkan hasil kajian epigrafi, isi yang terkandung dalam prasasti-prasasti timah tersebut Sebagian besar merupakan teks mantra-mantra. Teks mantra diperkirakan diberikan oleh seorang dukun atau orang pintar dalam bidang ilmu gaib dengan tujuan keselamatan saat berada di dalam daerahnya sendiri maupun di luar daerah mereka. Along the Eastern coast of Southern Sumatra, from Jambi to South Sumatra is a wetland area that contains various relics from the past. Relics from the past include boat wrecks, beads, pottery, terracotta, and metal plate inscriptions made of tin and copper. Tin plate inscriptions are relatively common artifactual data found. Several tin plate inscriptions in the area are essential data to be studied using the Epigraphic method. This method includes a description of the form dimensions, the elements of the constituent materials, textual analysis of the contents of the inscription, and interpretation. Tin-based writing material became familiar when the raw materials for stone or other metals were not widely available in the area. From the X-Ray Fluorescence (XRF) analysis, it is known that the tin used was pure white tin with the code Sn and only a small amount of Pb or lead. The tin material used may have come from the East, i.e., Bangka Island, Belitung Island, Singkep Island, and others. Based on the epigraphic study, the contents of the tin plate inscriptions are mostly texts of spells. A shaman has likely written the spell text for salvation purposes. The scripts used in the tin plate inscription data were identified as Old Sumatran, Ulu/Ka-Ga-Nga, Jawi, and Arabic

    NASKAH ULU TANDUK KERBAU: SEBUAH KAJIAN FILOLOGI

    Get PDF
    Written tradition in South Sumatra was developed, from the seventh century AD to the present with a discovery of script artifacts. Begins from Sanskrit, Malay Arabic, ulu, Java, and Latin. The issues of this research is how the description and the content of the ulu script. The aim is to describe and discover the ulu script. The filology method was used in this research. The Script made from buffalo horn with black colored which still intact. The script was written on the horn told about a ceremony was conducted by slaughter of two buffaloes were attended by the ruler and traditional leaders. The ceremony was held at seven in the morning on the 18th Rabiul Awal.Tradisi tulis di Sumatera Selatan terus berkembang, mulai dari abad VII Masehi hingga saat ini dengan ditemukannya artefak berbentuk tulisan. Mulai Sanskerta, Arab Melayu, ulu, Jawa, dan Latin. Masalah penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi dan isi naskah ulu tersebut. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan dan mengetahui isi naskah tersebut. Metode filologi yang digunakan dalam penelitian ini yang menyajikan edisi teks menggambarkan fisik naskah yang akan diteliti. Naskah ulu berbahan tanduk kerbau berwarna hitam masih dalam keadaan utuh dan kokoh. Naskah ulu yang ditulis di atas tanduk ini menceritakan tentang sebuah upacara yang dilaksanakan dengan menyembelih dua ekor kerbau yang dihadiri oleh para pembesar dan tokoh adat. Upacara tersebut dilaksanakan pada pukul tujuh pagi tanggal 18 Rabiul Awal

    Naskah Kuno “Kaghas 1 Suku Semidang”: Sebuah Kajian Kritik Sumber

    Get PDF
    Abstract. Ancient Manuscript “Kaghas 1 Semidang Tribe”: A Critical Source Study. Inscriptions and ancient Ulu script are found in South Sumatra and since 2009 an inventory has been carried out. The condition of these local inscriptions and manuscripts is generally well preserved and treated specially in the storage process and is a hereditary legacy that must be preserved. These ancient inscriptions and manuscripts are still widely owned by the community because they contain instructions or life guidelines for their children and grandchildren. This ancient manuscript is made of halim tree bark in the shape of sheets that are folded in rectangles similar to an accordion or an ancient book. The problem to be resolved is a review of source criticism of the ancient manuscripts of the Kaghas 1 Semidang tribe. The goal to be achieved is to examine the text from the point of view of source criticism by using the analytical description method. The script used is the Ulu script using the Pagaralam or Pasemah dialect. This manuscript contains Islamic teachings related to local genius or assimilation between the teachings of Islam and the culture of the Pasemah area.   Abstrak. Prasasti dan naskah kuno beraksara Ulu sangat banyak ditemukan di wilayah Sumatra Selatan dan sejak tahun 2009 telah dilakukan inventarisasi. Kondisi prasasti dan naskah lokal tersebut secara umum terawat dan diperlakukan khusus dalam proses penyimpanannya dan merupakan warisan turun-menurun yang harus dijaga. Prasasti dan naskah kuno tersebut masih banyak dimiliki oleh masyarakat karena berisikan petunjuk atau pedoman hidup bagi anak cucu mereka. Naskah kuno ini terbuat dari kulit kayu pohon halim berbentuk lembaran yang dilipat-lipat segi empat mirip alat musik akordeon atau sebuah buku zaman dahulu. Permasalahan yang akan diselesaikan yaitu tinjauan kritik sumber terhadap naskah kuno kaghas 1 Suku Semidang. Tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk menelaah naskah tersebut dari sudut pandang kritik sumber dengan menggunakan metode deskripsi analisis. Aksara yang digunakan adalah aksara Ulu dengan menggunakan bahasa Melayu dialek Pagaralam atau Pasemah. Naskah ini memuat ajaran Islam terkait dengan local genius atau asimilasi antara ajaran Agama Islam dan budaya daerah Pasemah

    MASUK DAN BERKEMBANG AGAMA HINDU DALAM PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT NUSANTARA

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses masuk dan perkembangan agama Hindu terhadap pengaruhnya pada sistem kepercayaan masyarakat Nusantara. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan bantuan studi pustaka yang diperoleh melalui review buku, jurnal, catatan, dan berbagai macam laporan keterkaitan dengan penelitian ini. Proses masuk dan berkembangnya agama Hindu tidak terlepas dari empat teori yang kemukakan oleh para ahli, melalui teori Waisya, Ksatria, Brahmana, dan Arus Balik. Awal keberadaan Hindu pertama kali di Kerajaan Kutai abad IV M. Mulai menyebar pada Kerajaan Tarumanegara abad V M, Kerajaan Sriwijaya abad VIII M (Kota Kapur), Kerajaan Bali abad IX M. Persebaran agama Hindu yang semakin meluas memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap sistem kepercayaan masyarakat Nusantara. Agama Hindu diasimilasikan dengan kebudayaan Nusantara, sehingga kepercayaan animisme dan dinamisme tetap berkembang pada kehidupan masyarakat. Sistem pelaksanaan agama Hindu mengikuti kaidah-kaidah pedoman dari India, namun kepercayaan roh nenek moyang tetap diyakini oleh masyarakat Nusantara

    Tradisi Islam dalam prasasti dan naskah Ulu di wilayah Pasemah, Sumatera Selatan, Indonesia

    Get PDF
    Ulu is a script developed in the southern part of Sumatra. The origin of the word ulu interpreted as upstream of a river or a highland. Ulu scripts are no longer used in the present era. Nevertheless, this paper examines the Islamic tradition in the Pasemah area based on the contents of Ulu manuscripts and inscriptions. The research objective is to discover the Islamic tradition in the contents, while the research purpose is to identify the influence of Islamic tradition towards the content. The research method includes data processing (source study, interview, and literature study), description of scale, origin, owner, state or condition, language, variation of characters, transliteration, translation, interpretation, synthesis, and data presentation. The result shows that the contents of Ulu manuscripts and inscriptions have intensely been influenced by Islamic tradition. The influence of Islam in Ulu manuscripts or inscriptions can also be comprehended from the public opinion towards it, categorized as profane, semi-sacred, and sacred.Aksara Ulu merupakan aksara yang berkembang di daerah Sumatra Bagian Selatan. Asal kata ulu berarti hulu sungai atau dataran tinggi. Aksara Ulu sudah tidak digunakan lagi pada masa sekarang. Meski demikian, tulisan ini mengkaji tradisi Islam di wilayah Pasemah berdasarkan isi prasasti dan naskah beraksara Ulu. Tujuan penelitian yakni mengetahui tradisi Islam di dalam isi prasasti dan naskah. Sasaran penelitian yakni mengidentifikasi seberapa besar peranan tradisi Islam dalam mempengaruhi isi dari prasasti dan naskah. Metode penelitian meliputi pengolahan data (penelusuran sumber, wawancara, studi pustaka), deskripsi ukuran, asal, pemilik, keadaaan atau kondisi, bahasa, variasi aksara, transliterasi, terjemahan, penafsiran, sintesis, dan penyajian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi prasasti dan naskah Ulu secara kuat dipengaruhi oleh tradisi Islam. Pengaruh agama Islam dalam naskah atau prasasti beraksara Ulu juga dapat dilihat dari pandangan masyarakat terhadap naskah dan prasasti yakni profan, semi sakral, dan sakral

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.20 No.1 Tahun 2015

    Get PDF
    Jurnal terbitan bulan Mei ini terdiri dari enam tulisan, yang berdasarkan kronologi data yang digunakan beraal dari masa prasejarah sampai masa kolonial. Adapun topik yang ditulis juga menampilkan variasi yang berbeda, yaitu berkaitan dengan seni, geologi, naskah, maritim dan teknologi

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.22 No.1 Tahun 2017

    Get PDF
    Seluruh artikel yang dimuat di dalam terbitan Volume 22 No. 1 bulan Mei tahun 2017 ini melingkupi kajian arkeologi yang dibahas dari berbagai sudut. Tulisan dari M. Fadhlan S. Intan membahas tentang tinggalan arkeologi di kawasan Air Sugihan tepatnya di situs Banyu Biru. Situs Banyu Biru memiliki jejak-jejak sejarah perkampungan yang sangat panjang tetapi belum jelas apakah permukiman ini merupakan suatu kelanjutan dari permukiman masa prasejarah atau bukan. Diketahui juga bahwa pemukiman ini bertahan sampai abad ke-11 Masehi. Setelah itu tidak jelas mengapa wilayah Air Sugihan ini ditinggalkan. Tulisan dari Heri Purwanto membahas tentang patirthan di Kabupaten Gianyar. Tulisan ini berusaha untuk melihat perubahan fungsi patirthan pada masa lalu dengan fungsinya pada masa sekarang. Purwanto menguraikan patirthan pada masa lalu memiliki kesinambungan fungsinya dengan patirthan pada masa sekarang. Namun demikian, terdapat penambahan fungsi pada masing-masing patirthan itu yang turut pula ia uraikan di dalam tulisannya. Aryandini Novita pada terbitan kali ini membahas tentang etnis Melayu yang ada di Pulau Bangka. Tulisannya menitikberatkan pada persebaran pemukiman Melayu berdasarkan tinggalan arkeologis di Pulau Bangka. Dengan menggunakan data arsitektur bangunan, peta, dan data sejarah maka dapat diperoleh gambaran umum tentang etnis Melayu di pulau ini. Pada terbitan kali ini Wahyu Rizky Andhifani membahas tentang aksara ulu-an yang menggunakan kulit kayu sebagai media untuk menulis. Naskah yang merupakan koleksi dari ibu Nelly Herawati tersebut bercerita tentang tata -cara bercocok tanam, mantra-mantra atau rajah yang digunakan dalam berburu atau bercocok tanam, dan himbauan untuk berhati-hati. Tulisan dari Sarjiyanto membahas tantangan yang dihadapi arkeologi dalam era modern. Arkeologi menurutnya tetap bisa ikut berperan dalam membangun identitas bangsa apabila mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi yang berkembang dewasa ini

    Jurnal Arkeologi Siddhayatra Vol.13 No.2 Tahun 2008

    Get PDF
    Dalam terbitan kali ini Aryandini Novita mengungkapkan Potensi Tinggalan arkeologi bawah air di Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan Wahyu Rizky Andhifani membahas tentang ajaran agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya berdasarkan Prasasti Talang Tuo. Sejarah Palembang pasca Sriwijaya: Kesinambungan dan permasalahannya dikemukakan oleh Retno Purwanti. Kristantina Indriastuti membahas kajian pemukiman situs masa Hindu Buddha di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi analisis Sumberdaya Lahan. Terakhir, Arca-arca penjaga dari kompleks percandian Bumiayu dibahas oleh Sondang M Sirega

    KARAKTERISTIK AKSARA PAKPAK BERDASARKAN SUMBER TERTULIS DI DAIRI DAN PAKPAK BHARAT, SUMATERA UTARA

    Get PDF
    The Pakpak ethnic group occupy two areas in North Sumatra, namely Dairi and Pakpak Bharat, and speak a language with its own set of characters called the Pakpak script. This study discusses the Pakpak script characteristics and writing materials, and provides a compiled description of the Pakpak community in the past based on written sources. The purpose of this study is to determine the characteristics of the Pakpak script and provide a historical description of the ethnic group based on written sources. This study uses the exploratory inductive reasoning model. Results show that the Pakpak and Batak scripts share similar characteristics. Stones and tree barks were the two main media on which the script was written. Based on historical records, the Pakpak people practiced animism with a unique burial system in which corpses were burned and the ashes were then placed in stone grave containers called perabuen. The livelihood system of the Pakpak community was dominated by rice farming. There was also a social system consisting of permangmang (the “oldest” clan) and persinabul (the “younger” clan), each of which had to respect each other and obey the existing rules
    corecore