19 research outputs found

    FENOMENA BUNUH DIRI DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL

    Get PDF
    Abstract The phenomenon of suicide from mental disorder as the most common causes, symptoms that occur a range of psychiatric conditions of distress. This includes the mental condition of despair, loneliness, anxiety, depression, and it is a lot happening in the Gunungkidul Regency. Descriptive research approach of case study method with the informants specified in purposive sampling, data collection techniques, namely the observation at the site of the suicide incident, interviews with a variety of Government such as police informants related, Office and NGOs are important in the prevention of suicide. The results of the research on the phenomenon of suicide themselves as a human tragedy often occurs in Gunungkidul, perpetrators of the suicide based on gender men more than women. The perpetrators of the most outcome of chronical diseases suicide and depression. Depression is a result of the loss of jobs, insufficient family needs, divorce, infidelity in marriage. While the perpetrators of suicide in older results from chronic illness and loneliness due to the loss of a family member. Almost all of the suicide scene was quiet conditions at home, it can be in the bedroom, bathroom, kitchen means that home is where the most widely as a place to commit suicide. This type of suicide in Gunungkidul tend to egoistik, a person committing suicide because it feels itself a larger importance than social interests.   Keywords: Suicide, a phenomenon, the human traged

    Solidaritas sebagai Strategi Survival Anak Jalanan: Study Kasus di Lempuyangan Yogyakarta

    Full text link
    Jumlah anak jalanan bertambah setiap hari dan mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di negara–negara yang miskin dan berkembang terutamanya di benua amerika, asia dan afrika. Sampai saat ini, jumlah anak jalanan yang pasti di seluruh dunia masih tidak diketahui secara pasti, tetapi unicef (2003) mengestimasi bahwa ada sekurangnya sekitar 100 juta orang. Publikasi artikel oleh railway children (2009), menunjukkan India mempunyai jumlah anak jalanan yang paling banyak di dunia ini dengan mencatatkan jumlah sekurangnya 18 juta orang. Di negara-negara amerika latin terdapat 40 juta anak jalanan

    Harapan dan Realitas Inovasi Nilai Kesetaraan Gender pada Era Otonomi Daerah

    Full text link
    Selama kurun waktu satu dasa warsa diberlakukannya Undang-Undang No 23 tahun 2004 mengenai Penghapusan Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga, ternyata masih terjadi kekerasan. Pada tahun 2011 seiring diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah, tercatat 189 peraturan daerah yang dinilai diskriminatif terhadap perempuan. Oleh sebab itu perlu disusun model difusi dan inovasi egalitas gender, untuk menyebarluaskan nilai kesetaraan gender dalam kehidupan keluarga. Dari hasil penelitian terungkap pelaksanaan difusi dan inovasi meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, namun belum sepenuhnya mengubah sikap para responden untuk mengadopsi nilai-nilai egalitas gender dalam kehidupan keluarganya. Hal ini terjadi karena masih kentalnya budaya patriarkhi di lokasi penelitian, dan belum berfungsinya peraturan pemerintah yang mengatur diberlakukannya UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga No 23 Tahun 2004

    Community-Based Disaster Mitigation: Knowledge and Social Capital in Reducing the Impact of Disaster

    Get PDF
    The National Disaster Management Agency reported that 383 out of 514 districts/municipalities throughout Indonesia are prone to natural disasters. Social capital is seen as one of the community strengths in disaster mitigation strategies. This study examined the model of community-based disaster mitigation, the level of knowledge and the social capital of the communities in disaster-prone areas in Semarang Municipality and Situbondo District. This study employed a mixed-methods approach, interviewing 120 respondents. We found that men had better knowledge of disaster mitigation than women. The involvement of men in awareness-raising about disaster mitigation activities was also higher than women. As a result, women are more vulnerable during a disaster. This study also found a variation in community understanding regarding disaster mitigation and social capital in the two locations. Respondents in Semarang, which is an urban community, reported a lower level of knowledge on disaster mitigation and social capital. Respondents from Situbondo reported higher social capital in four dimensions, including trust, norms, values, and networks. The geographical location and culture likely explain the variation. This reflects that urban areas are more vulnerable than rural areas in disaster mitigation. Keywords: community knowledge, disaster, mitigation, social capita

    PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA MELALUI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI SURABAYA

    No full text
    Pemahaman masyarakat tentang Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) berhasil apabila pemerintah memberikan informasi yang jelas mengenai dampak napza melalui sosialisasi di lingkungan  masyarakat. Sosialisasi IPWL di lingkungan  masyarakat sebagian sudah dilaksanakan, mengenai tempat dan proses rehabilitasi dan pelaksanaan edukasi tentang napza secara lengkap dari para konselor atau volunteer yang diturunkan. Dengan ikut membantu pemerintah mensosialisasikan hal tersebut, diharapkan memberikan perubahan positif bagi sebagian masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang dilaksanakan di Surabaya dengan 60 responden. Hasil penelitian banyak masyarakat yang belum mengetahui fungsi dari IPWL sebagai lembaga yang menangani orang yang kecanduan napza.  Pengetahuan sangat besar pengaruhnya dalam memberi rangsangan untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan termasuk terhadap keberadaan lembaga pencegahan napza. Masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi menganggap penting nilai kesehatan. Kemudian Jenis Pekerjaan dan Penghasilan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk berpartisipasi karena masyarakat dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu kegiatan tertentu. Kata Kunci: Pemahaman- Masyarakat- Napza- Wajib Lapor The community's understanding of the Institution of Report Obligation Recipient (IPWL) such as health centers or hospitals. IPWL is successful if the government provides clear information about the impact of drugs through socialization in the community. Some socialization of IPWL in the community has been carried out, regarding the place and process of rehabilitation and the implementation of complete education about drugs from counselors or volunteers who have been sent down. By helping the government to socialize this, it is expected to provide positive changes for some people. This study uses descriptive research methods carried out in Surabaya with 60 respondents. The results of the study were many people who did not yet know the function of IPWL as an institution that handles people who are addicted to drugs. Knowledge is very influential in giving stimuli to participate in health services including the existence of drug prevention institutions. Higher educated people consider the value of health important. Then the type of work and income influences the desire of the community to participate because the community with a certain level of work will be able to spend more or not even spend the time to participate in a particular activity

    HARAPAN BARU BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS MELALUI IMPLEMENASI PROGRAM DESAKU MENANTI DI KOTA PADANG

    No full text
    abstrak   Kehidupan di kota dengan lapangan pekerjaan  dan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia menjadi daya tarik penduduk perdesaaan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.  Kondisi kota menjadi faktor pendorong  dan faktor penarik penduduk perdesaan. Program Desaku Menanti adalah program penanganan gelandangan dan pengemis di perkotaan yang komprehensif dan mengedepankan keterpaduan dalam rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis dilakukan secara terpadu berbasis desa. Penelitian ini dengan penelitian kuantitatif, dimana peneliti mengumpulkan dan menganalisis data tentang Implementasi Program Desaku Menanti, mengintegrasikan temuan, dan menarik kesimpulan secara inferensial. mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh, mengintegrasikan temuan dengan t- test untuk mengetahui dampak implementasi yang dirasakan penerima manfaat Program Desaku Menanti. Lokasi penelitian desaku Menanti di Kota Padang sebagai studi. Hal tersebut karena pertama kali program desaku menanti yang berada di luar Pulau Jawa, bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Padang. Kata Kunci: gelandangan, pengemis,desa,harapan . abstract Life in the city with jobs and various facilities and infrastructure available is an attraction for rural residents to get a better life. The condition of the city becomes a push factor and a pull factor for the rural population. My Village Waiting Program is a comprehensive program of handling homeless and beggars in urban areas and promoting integration in social rehabilitation of homeless and beggars carried out in an integrated village-based manner. This research is a quantitative research, where researchers collect and analyze data about the Waiting for My Village Program Implementation, integrate findings, and draw conclusions inferentially. collecting and analyzing the data obtained, integrating the findings with the t-test to determine the impact of the implementation felt by beneficiaries of the Waiting Village Program. The research location of Menanti village in Padang City as a study. This is because the first time my village program is waiting outside Java, in collaboration with the Padang City Social Service. Keywords: homeless, beggar, village, hope

    Dampak sosial dan psikologis korban inses

    No full text
    Dampak psikologis yang dialami korban antara lain : gangguan perilaku seksual, trauma yang parah/kegoncangan kejiwaan (murung, menangis, mengucilkan diri, takut, pulang larut malam, sering melamun, berdiam diri, dan ingin bunuh diri), mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, tidak percaya pada orang lain, dan mengalami depresi. Untuk penanganan korban incest perlu dilakukan konseling (termasuk konseling untuk keluarga dan komunitas), guna penguatan mental dan psikis korban. Disamping konseling, juga penguatan mental dan psikis korban. Disamping konseling, juga dilakukan pendampingan sehingga korban tidak merasa sendirian dalam menghadapi permasalahannya. Selain itu juga diperlukan koordinasi dan kerjasama yang intens antara keluarga, masyarakat, lembaga penyedia layanan dan pemerintah sampai persoalannya terselesaikan

    Analisis terhadap Masterplan Penanganan Anak Jalanan

    No full text
    Fenomena anak-anak jalanan merupakan salah satu masalah di daerah yang memerlukan perhatian sendiri, permaslahan anak-anak tersebut berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, keterlantaran, kekerasan, diskriminasi, dan pekerja anak. Pemerintah Kabupaten Sleman, DIY, berupaya menangani anak jalanan melalui masterplan yang disusun melalui assessment, focus group discussion dengan berbagai pemangku kepentingan ,dan studi banding untuk mendapatv model penanganan anak jalanan yang tepat. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan anak jalanan, pemangku kepentingan peduli anak jalanan (pemerintah dan LSM),dan pendamping anak jalanan. Tujuan dari masterplan penanganan anak jalanan di Kabupaten Sleman agar dapat menangani masalah dan mengatasi anak jalanan secara menyeluruh, berkesimbungan, terpadu, dan panduan bagi satuan kerja pemerintah daerah dan lembagi peduli anak yang terlibat dalam melakukan perlindungan anak sehingga memiliki presepsi yang sama dalam menangani permasalahan anak jalanan

    Kekerasan Terhadap Anak Marginal Di Perkotaan

    No full text
    Anak-anak yang berasal dari pekerja anak yang terpinggirkan, anak jalanan, karena kemiskinan, ketidakberdayaan atau perselisihan keluarga marjinal. Tidak ada yang baik orang tua karena kematian atau fungsi keluarga tidak dapat menyebabkan anak menjadi korban kekerasan. Eksploitasi anak diperburuk dengan adanya kekerasan fisik atau emosional terhadap anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena kekerasan. Metode penelitian deskriptif kualitatif untuk menginterpretasikan data dan berbicara sesuai dengan situasi yang terjadi dalam, sikap dan pandangan yang terjadi di masyarakat. Melakukan penelitian tentang populasi marginal, berjumlah 60 anak, mengumpulkan data melalui wawancara dan panduan wawancara. Anak-anak perkotaan yang terpinggirkan yang menjadi korban kekerasan akan mengalami trauma fisik atau psikisnya. Mereka yang pernah mengalami kekerasan di masa lalu berpotensi melakukan kekerasa

    Implementasi program asistensi sosial penyandang disabilitas dan dampak terhadap keterpenuhan kebutuhan dasar

    No full text
    Masalah disabilitas berat tidak dapat direhabilitasi dan penyandang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, dan mandi, sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Mereka tidak mampu dan tidak memiliki sumber penghasilan tetap baik dari mereka sendiri maupun dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar. Keluarga menjadi landasan bagi kehidupannya karena mereka tidak dapat mengakses layanan utama seperti program perawatan kesehatan dan distribusi permakanan, karena hambatan fisik. Bantuan pemerintah diharapkan dapat mengurangi beban keluarga untuk mengasuh dan merawat anggota yang menyandang disabilitas. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan pengamatan (observasi) dan wawancara dengan penerima manfaat. Data yang dilakukan dari 40 orang sebagai sampel dari 445 pria dalam program bantuan untuk cacat berat di Makassar. Data dianalisis dengan menggunakan reduksi, penyajian data, dan penyimpulan. Hasil penelitian dari program bantuan sosial untuk penyandang disabilitas berdampak pada pemenuhan kebutuhan dasar penyandang disabilitas berat. Implementasi program dapat diketahui untuk penyandang disabilitas berat dikatakan kurang efisien dala hal waktu dan jumlah dana karena tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari bagi penerima manfaat. Harus dilakukan setiap bulan dan tidak terlambat dalam memberikan bantuan. Namun demikian bantuan dapat dikatakan efektif, karena berdampak positif bagi penerima manfaat mengingat bahwa penerima manfaat program adalah penyandang disabilitas, ternyata memiliki perubahan lebih baik yang ditandai dengan keterpenuhan kebutuhan makanan, penambahan gizi, dan peningkatan kesehatan
    corecore