257 research outputs found

    Studi Skema Proteksi Adaptive Over Current pada Jaringan Distribusi dengan Pembangkit Tersebar Menggunakan Genetic Algorithm

    Full text link
    Dengan berkembangnya renewable energy, seperti energi matahari , energi angin dan air untuk kedepannya akan menjadi sumber energi yang bersih yang mampu menambah daya listrik. Saat ini pembangkit tenaga listrik pada umumnya menggunakan sumber energi batu bara, gas dan minyak bumi sebagai sumber energi utama untuk menghasilkan listrik. Pembangkit-pembangkit tersebut ditinjau dari segi lokasi mempunyai jarak yang sangat jauh dengan pusat beban sehingga biaya untuk membangun sistem distribusi memerlukan biaya yang cukup mahal. Oleh karena di perlukan suatu pembangkit yang tersebar yang lokasinya dekat dengan pusat beban yaitu dengan menambah pembangkit dari renewable energy. Penambahan pembangkit pada jaringan distribusi akan mempengaruhi koordinasi proteksi pada rele arus lebih sehingga diperlukan adanya suatu sistem yang adaptif untuk menangani permasalahn tersebut. Dengan adanya sistem yang adaptif tersebut diharapkan mampu mendeteksi keadaan pembangkit tersebar (distributed generator) apakah tersambung dengan jaringan ataupun tidak. Dengan terdeteksinya distributed generator ke sistem jaringan distribusi pengaturan koordinasi rele akan otomatis berubah sesuai dengan setting rele yang diharapkan

    Comparative analysis of maternal and fetal outcome in meconium stained amniotic fluid and clear liquor in primigravida

    Get PDF
    Background: The present study was undertaken to evaluate the significance of MSAF and its fetal outcome in parturients.Methods: A total of 121 pregnant women who had completed more than 37 weeks of gestation with live singleton pregnancy, spontaneous onset of labor and at term with adequate pelvis were included in the study. All (121) low risk primigravida with MSAF were studied to identify maternal and fetal outcome and compared with equal number of cases with clear amniotic fluid. Meconium stained cases were clinically classified into two groups- thin (54 cases) and thick (67 cases). MSAF on spontaneous or artificial rupture of membranes were monitored with fetal heart rate abnormality, 1- and 5-minutes Apgar score, NICU admissions and neonatal complications as outcome variables.Results: Overall incidence of meconium staining of AF during labour was 7.71%. The common fetal heart rate abnormalities i.e. bradycardia was seen in 36% in MSG. Apgar score of less than 7 was observed in MSG at 5 minutes in 5% of cases, in thick group. Major neonatal complication was birth asphyxia in MSG (18.18%) that was more in thick MSG (14.87%). MAS were observed in 6 cases in thick and 4 cases in thin meconium stained cases. NICU care was required in 18% cases in MSG and in control group it was required in 7% cases. Neonatal morbidity was more in newborn with thick meconium group (52%) compared to thin meconium group (20%).Conclusions: The present study confirmed that meconium staining of amniotic fluid adversely influences the fetal outcome

    Analisa Arc Flash pada Sistem Kelistrikan di PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Sidoarjo

    Full text link
    Arc Flash adalah total energi yang dilepaskan ketika terjadi gangguan hubung singkat. Energi akan dilepaskan melalui udara mengalir ke fasa lain, netral atau mengalir ke tanah. Ketika pekerja yang tidak dilengkapi alat pelindung diri berada di dekat dengan Arc Flash, maka akan menyebabkan cedera serius dan bahkan kematian. Berdasarkan standar IEEE 1584-2002 yang mengatur tentang analisa bahaya busur api pada sistem tegangan rendah dan menengah, pengguna dapat dengan mudah menentukan batas keamanan untuk para pekerja. Menurut rekomendasi standar IEEE perhitungan arus hubung singkat selalu memperhatikan kontribusi arus gangguan dari generator, motor induksi dan sinkron. Besar kecilnya energi arc flash dapat ditentukan dari beberapa sudut pandang. Diantaranya ialah nilai energi arc flash akan besar apabila dihitung dengan menggunakan arus bolted three phase fault, sedangkan dari sudut arc clearing time yang didapat dari waktu dimana arus gangguan saat itu terjadi akan menghasilkan nilai energi busur api yang lebih rendah. Untuk mengurangi atau menurunkan nilai dari arc clearing time ini banyak metode yang digunakan, diantaranya adalah melakukan resetting koordinasi proteksinya seperti yang dilakukan dalam tugas akhir ini. Untuk hasil yang didapat pada tugas akhir ini adalah pada tipikal 1 nilai insiden energi tertinggi 31.576 cal/cm2 turun menjadi 10.764 cal/cm2 , pada tipikal 2 nilai insiden energi tertinggi 30.387 cal/cm2 turun menjadi 16.8 cal/cm2, pada tipikal 3 nilai insiden energi nya mengalami penurunan yaitu dari 30.513 cal/cm2 menjadi 15.94 cal/cm2

    EOAODV: Routing Protocol for Cognitive Radio Network

    Get PDF
    Cognitive Radio (CR) technology provides promising and a new solution to improve the spectrum utilization. In recent years, cognitive radio technology (CR) has been proposed to allow unlicensed secondary users (SUs) to opportunistically access the channels unused by primary users (PU). This paper focuses on designing Enhancement of Opportunistic Ad-hoc On Demand Distance Vector (EOAODV) routing protocol that uses shortest distance, Expected Transmissions Count (ETC) and residual energy as a parameter to select the most reliable link and the next forwarding node. The selection of route in the network by the traditional AODV is based on hop count. It is proposed to achieve a gain of Opportunistic Routing (OR) with AODV for cognitive radio wireless sensor networks (CRWSN) to improve its efficiency. In the OR work the nexthop node selection was based on only Expected Transmission Count (ETC). In this case if the same node is selected as nexthop for many times, energy of that node is drained and node may be dead. To overcome this problem, a technique is contributed that is energy based nexthop selection ie. EOAODV. The ETC is computed based on the quantized value of RSSI of the links with residue energy in the forwarding node. Using ETC the reliable link is computed and stored in routing table. The packets are tranmitted to the destination using channel details and the next hop, available in the routing table. The next hop selection is based on high energy in the nodes, shortest distance and least ETC

    Donut Shaped Ultra wideband Antenna for Cognitive Radio Application

    Get PDF
    In the last few decades there have been significant use of Cognitive radio and UWB technologies. These technologies are used for efficient use of Spectrum for short range wireless communications. In 2002, FCC has released a wideband of 7.5 GHz (From 3.1GHz to 10.6GHz) as unlicensed to use it . UWB antennas proves to be a suitable candidate for spectrum sensing in cognitive radio and in UWB transceiver. Since antenna dimensions are frequency dependent, designing an antenna for wideband is a tough job. This paper discusses the gradual techniques to obtain ultra wide bandwidth (2.23GHz-11.4GHz) from narrowband patch antenna. Also the various antenna parameters of proposed antenna design and its simulated results are analysed

    Analisa Arc Flash pada Sistem Kelistrikan di PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Sidoarjo

    Get PDF
    Arc Flash adalah total energi yang dilepaskan ketika terjadi gangguan hubung singkat. Energi akan dilepaskan melalui udara mengalir ke fasa lain, netral atau mengalir ke tanah. Ketika pekerja yang tidak dilengkapi alat pelindung diri berada di dekat dengan Arc Flash, maka akan menyebabkan cedera serius dan bahkan kematian. Berdasarkan standar IEEE 1584-2002 yang mengatur tentang analisa bahaya busur api pada sistem tegangan rendah dan menengah, pengguna dapat dengan mudah menentukan batas keamanan untuk para pekerja. Menurut rekomendasi standar IEEE perhitungan arus hubung singkat selalu memperhatikan kontribusi arus gangguan dari generator, motor induksi dan sinkron. Besar kecilnya energi arc flash dapat ditentukan dari beberapa sudut pandang. Diantaranya ialah nilai energi arc flash akan besar apabila dihitung dengan menggunakan arus bolted three phase fault, sedangkan dari sudut arc clearing time yang didapat dari waktu dimana arus gangguan saat itu terjadi akan menghasilkan nilai energi busur api yang lebih rendah. Untuk mengurangi atau menurunkan nilai dari arc clearing time ini banyak metode yang digunakan, diantaranya adalah melakukan resetting koordinasi proteksinya seperti yang dilakukan dalam tugas akhir ini. Untuk hasil yang didapat pada tugas akhir ini adalah pada tipikal 1 nilai insiden energi tertinggi 31.576 cal/cm2 turun menjadi 10.764 cal/cm2 , pada tipikal 2 nilai insiden energi tertinggi 30.387 cal/cm2 turun menjadi 16.8 cal/cm2, pada tipikal 3 nilai insiden energi nya mengalami penurunan yaitu dari 30.513 cal/cm2 menjadi 15.94 cal/cm2

    Penyimpanan Tempe Dengan Metode Modifikasi Atmosfer (Modified Atmosphere) Untuk Mempertahankan Kualitas Dan Daya Simpan

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui komposisi O2, CO2 dan N2 optimum yang dalam penyimpanan tempedengan metode modifikasi atmosfer dan mengetahui kualitas dan masa simpan tempe dalam penyimpanan denganmodifikasi atmosfer dengan kemasan yang terpilih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan dua faktorial yaitu pengaruh perlakuan konsentrasi udara (O2:CO2 : N2 : 0%: 30%:70%), (O2:CO2 : N2 : 5%:30%:65%), (O2:CO2 : N2 : 10%: 30%: 60%, (O2:CO2 : N2 : 15%: 30%:55%),(O2:CO2 : N2 : 20%: 30%:50%) dankemasan PP (Polyprophylen) dan PE (Polyethylen). Hasil penelitian menunjukkan penyimpanan tempe dengan metodemodifikasi atmosfer dengan perlakuan konsentrasi udara dan kemasan memberikan pengaruh pada kadar air, tekstur,derajat putih, pH dan total kapang. Semakin tinggi konsentrasi udara semakin tinggi kadar air, tekstur, pH dan totalkapang. Sedangkan kadar air, tekstur, derajat putih, pH dan total kapang semakin menurun seiring masa penyimpanan.Komposisi O2,CO2, dan N2 optimum yang diperlukan dalam penyimpanan tempe dengan metode modifikasi atmosferadalah untuk kadar air, derajat putih, pH, tekstur, dan total kapang pada konsentrasi pada 15% O2:30% CO2:55% N2 dankemasan yang terbaik adalah kemasan PE (Polietylen)

    Evaluasi Koordinasi Proteksi Akibat Penambahan Pembangkit dan Rekonfigurasi Jaringan di Joint Operation Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ), Tuban

    Full text link
    Joint Operation Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java adalah sebuah kerjasama dua Perusahaan besar berskala Internasional yang sedang melakukan eksplorasi di Indonesia Untuk meningkatkan produksi pada Central Processing Area (CPA) ditambahkan dua pembangkit dengan daya 4X600HP, 4.16kV. Dengan penambahan beban dan pembangkit muncul permasalahan pada sistem kelistrikannya, yaitu sering terjadi padam total (blackout) pada saat terjadi gangguan, sehingga kontinuitas daya terganggu. Melalui tugas akhir ini dilaksanakan evaluasi koordinasi proteksi pada Joint Operation Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java yang tepat dalam mendeteksi dan mengisolir gangguan sehingga tidak mengganggu sistem yang berjalan dan mencegah kerusakan peralatan listrik. Dari hasil plot koordinasi kurva arus waktu kondisi existing dapat diketahui bahwa terdapat misscoordination dan overlaping. Melalui hasil analisis dan perhitungan manual direkomendasikan penyetelan pick up rele arus lebih dan penyetelan grading time rele. Rele yang perlu disetel ulang adalah rele arus lebih gangguan fasa (overcurrent relay) dan rele arus lebih gangguan tanah (ground fault relay). Setting rele dengan penambahan pengaman pada rele 88. Dengan memakai konfigurasi stand alone harus ditambahkan trafo sebesar 4 MVA pada sisi outgoing generator centaur 2 sehingga dapat digunakan data Load Flow & Short Circui

    Investigation of Electron Contamination on Flattened and Unflattened Varian Clinac iX 6X and 15X Photon Beam Based on Monte Carlo Simulation

    Get PDF
    The aim of this study was to characterize electron contamination of a flattened (FF) and an unflattened (FFF) Varian Clinac iX 6X and 15X photon beams using Monte Carlo (MC) simulation. EGSnrc MC technique was used to model the flattened and unflattened head and simulate dose distribution of 6X and 15X of FF and FFF photon beam in water phantom. The materials and geometrical data of FF linac were provided by Tan Tock Seng Hospital (TTSH) Singapore. The FFF linac was modeled by removing the flattening filter component in the FF linac. Phase space files were scored after flattening filter and in the phantom surface. The phsp files were analyzed to characterize the particles produced by the linac head using BEAMDP. The contaminants contribute around 1 % and 2 % in the phsp1 for flattened and unflattened beams, respectively. The photons are scattered in small-angle in the range of 0 – 4o. The contaminant electron contributes up to one hundredth compared to the photons. The increase of field area affects the increase in contaminants and penumbra width due to the increasing number of particle scattered out of the field area. The unflattened beam affects the increase in the number of electron contamination and surface dose. The penumbra width of the flattened beams was smaller than the unflattened beams for the same field size and energy
    • …
    corecore