915 research outputs found

    Error Analysis On The Grammatical USAge Found In Hortatory Exposition Paragraphs By Eleventh Grade Acceleration Students At SMA Negeri 1 Lawang

    Get PDF
    Keywords: error analysis, error, hortatory exposition paragraphs, kinds of errors.English is one of International languages in this world. It plays an important role in every aspect of modern life such as education, politics,economics and science. In Indonesia, English becomes a subject of education inschools and universities. In the process of learning, Indonesian learners may make errors. It is natural because English and Indonesian have different grammatical rules.In this study, the researcher examines (1) the kinds of errors in the pre-testand post-test and (2) the differences result in the number of errors in the pre-test and post-test found in hortatory exposition paragraphs by acceleration students.The researcher uses descriptive qualitative approach and document analysis inorder to answer the research problems. In this research, the researcher classifiesthe errors based on Dulay\u27s theory. The data are 14 hortatory expositionparagraphs in the pre-test and 14 hortatory exposition paragraphs in the post-test made by eleventh grade acceleration students of SMA Negeri 1 Lawang. In data collection in the pre-test, the researcher provides writing with a topic provided and gave 90 minutes to finish their hortatory exposition paragraphs. The researcher gives a test again at least one month after pre-test to collect data for the post-test. The researcher gives the same topic and the students are asked to write a hortatory paragraphs with same topic in pre-test.The writer finds errors appear in various kinds of cases, such as omissionthat was divided into five. They were omission of article, omission of preposition,omission of noun/pronoun, omission of verb and omission of plural marker. Then, addition was divided into three. They were regularization, double marking and simple addition. Also misformation was divided into six. They were misformation of plural marker, misformation of verb, misformation of noun, misformation ofbe, misformation adjective and misformation of preposition. The last was misordering. The total number of errors is 190 errors in the pre-test and 144 errors in the post-test.The researcher suggests the next researcher who wants to conduct a similarresearch use another theory or the same theory and give not only one pre-test and post-test but also give more test to know the progress of the students deeply

    Pelaksanaan Perda Nomor 10 Tahun 2008 Dalam Menangani Pekerja Seks Komersial (Psk) Di Kabupaten Kendal (Studi Kasus Lokalisasi Alaska Desa Kalipuru Kecamatan Patean Kab.kendal)

    Full text link
    Social problem is an action which is inappropriate with mores in society and it can be harmful for many people. Social problem happens as there is a deviation in society and if there is no resolution to solve it, it will not create a piece in society. One of social problems in Kendal is prostitution. Prostitution is difficult to be solved, and in order to stop PSK is needed preventive, curative, and repressive steps. These steps are expected to decrease the growth of prostitution. The research method used in this study is qualitative approach which uses observation, interview, and library research to collect the data. The participants in this research are Kasi Penegakan Perda Satuan Polisi Pamong Praja Kendal regency, Kasi social service of rehabilitation in Kendal regency, leader of prostitution community in Alaska, and coordinator of peer educator in prostitution community in Alaska. The result of this research shows that in order to press the growth of prostitution in Kendal regency based on regional rules in Kendal regency number 10 year 2008 about the rehabilitation of prostitution, the implementation in Kendal regency is not effective yet as the implementation still gets policing movement. The rest of movements are conducted by social service in Central Java province. If prostitute cannot fulfill the punishment, the prostitute will be released by paying tax to the administrator. The recommendation which can be done for Kendal regency is increasing the quality of human resource in regional united worker (SKPD) which relates to implementation of regulation in Kendal regency number 10 year 2008 about the rehabilitation of prostitution and increasing the communication and coordination among regional united worker (SKPD)

    Heterogeneous decomposition of trichlorofluoromethane on carbonaceous surfaces

    Get PDF
    The interaction of trichlorofluoromethane with activated charcoal has been investigated by dynamic mass spectrometry up to 750 K. Prior physical adsorption, revealed in programmed desorption experiments, is followed by irreversible first-order decay with formation of nearly equimolar amounts of HCl above 550 K. This unexpectedly fast process has an apparent activation energy of only 59.4 kJ mol^(–1) and is demonstrably catalytic. The mechanism of Cl_3CF decomposition on carbon surfaces and its possible impact on atmospheric chemistry are discussed

    Dispersion de Radiacion y Transferencia de Calor en Espumas Plasticas: Conductividades Termicas a Partir de Espectros Infrarrojos = Radiation Scattering and Heat Transfer in Cellular Plastics: Thermal Conductivities from Infrared Spectra

    Get PDF
    The mechanism of radiative heat flow in cellular materials is analyzed in terms of their spectral properties in the infrared region. Specifically, it was found that commercial polystyrene foams having average cell diameters of 100-150 μm behave as optically dense scattering media up to about 8 μm. At longer wavelengths, i.e. in the region where black bodies display their maximum emissive power at ambient temperatures, the scattering coefficient a markedly decreases and the material becomes almost transparent above 50 μm. The behavior of σ in this critical region does not follow a simple λ^(-n) law, revealing that the process should be classified as Mie scattering. It is shown that from this information, encoded as an effective scattering coefficient, overall thermal conductivities can be actually derived by means of standard techniques dealing with energy transfer in scattering media. The physical basis for relating cellular structure and net heat flow in plastic foams is thereby established

    Manajemen Konflik Antarpribadi Pasangan Suami Istri Beda Agama

    Full text link
    PENDAHULUAN Fenomena peningkatan antar agama saat ini sedang marak terjadi diIndonesia, baik itu di kalangan masyarakat biasa maupun di kalangan artisibukota. Hal ini mendapat perhatian dari masyarakat karena menyangkut agamayang sangat sensitif. Sebagian masyarakat menentang perkawinan ini namun tidaksedikit pula yang menyetujuinya.Menurut Laswell (1987:51) perkawinan bukanlah hal yang mudahdilakukan pasangan beda agama dengan tetap menganut agamanya masingmasing.Perkawinan beda agama adalah penyatuan dua pola pikir dan cara hidupyang berbeda, dan perbedaan agama dengan pasangan dalam perkawinan banyakmenimbulkan permasalahan.Dalam perkawinan beda agama, adaptasi sangat perlu dilakukan. Karenapada saat pria dan wanita yang berbeda agama menikah, tentunya masing-masingmembawa nilai budaya, sikap, gaya penyesuaian dan keyakinan ke dalamperkawinan tersebut. Apalagi di dalam suatu perkawinan di mana kedua belahpihak yang memiliki agama berbeda rentan akan tingkat sensitifitas konflik yangcukup tinggi. Oleh karena itu pasangan suami istri dituntut untuk dapatmenyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh pasangannya yangkemungkinan besar dipengaruhi oleh agama yang dianutnya. Ditambah denganritual keagamaan yang dijalankan berbeda dengan ritual keagamaan yangdijalankan oleh pasangannya.Oleh karena itu dibutuhkan manajemen konflik yang tepat dan efektif bagipasangan beda agama guna meminimalisir konflik yang yang terjadi menyangkutperbedaan agama.Sidney Jourard dalam Teori Self Disclosure menawarkan konsepketerbukaan diri. Konsep ini memiliki arti bahwa di dalam hubunganinterpersonal yang ideal menghendaki naggota-anggota yang terlibat untukmengenal diri orang lain sepenuhnya dan membiarkan dirinya terbuka untukdikenal orang lain sepenuhnya (Littlejohn,1999:260). Penelitian ini jugamenggunakan Teori Adaptasi Antarbudaya (theory intercultural adaption) yangmengungkapkan bagaimana individu beradaptasi dalam berkomunikasi denganindividu yang berbeda budayanya. Teori ini berpendapat bahwa proses adaptasiadalah suatu cara untuk memenuhi suatu tujuan. Terakhir, RelationalMaintenances Theories juga digunakan dalam penelitian perkawinan antar agama.Teori ini menjelaskan bagaimana individu melakukan pemeliharaan hubunganyang mengacu pada sekelompok perilaku, tindakan dan yang individu gunakanuntuk mempertahankan tingkat relasi (kedekatan individu) yang diinginkan dandefinisi dari hubungan itu. Oleh karena itu, manajemen konflik ini menarik untukdipelajari bagaimana upaya-upaya dan pengelolaan konflik yang dilakukanpasangan beda agama yang hingga saat ini dapat mempertahankan keutuhanperkawinannya dengan tetap menganut agamanya masing-masing.PEMBAHASANPenelitian ini menguraikan tentang pengalaman pasangan suami istri bedaagama dan bagaimana pengelolaan konflik yang mereka lakukan dengan tetapmenganut agamanya masing-masing untuk mempertahankan keutuhanperkawinan. Berangkat dari asumsi bahwa sebagian pasangan beda agamacenderung mengalami konflik yang mendalam bahkan bisa menyebabkanperceraian. Ini dikarenakan adanya perbedaan yang sangat jelas diantarakeduanya, dimana adanya perbedaan pandangan, perbedaan keyakinan, perbedaannilai-nilai agama hingga hak pengasuhan anak.Oleh karena itu adanya pengelolaan konflik yang tepat dan efektif sangatdibutuhkan bagi pasangan beda agama guna meminimalisir konflik yang terjadimenyangkut perbedaan agama, dan ada beberapa strategi manajemen konflik yangdisesuaikan dengan situasi terjadinya konflik, yaitu : kompetisi (menguasai),penghindaran (menarik diri), kompromi (berunding), kolaborasi (menghadapi)dan akomodasi (melunak).Dalam menyelesaikan konflik yang menyangkut perbedaan agama, sebagianbesar informan mengkomunikasikan dengn cara saling membicarakan atauberkolaborasi dan berunding kepada pasangan guna menyelesaikan konflik,mereka bekerja sama dan mencari pemecahan yang memuaskan. Masing-masingpihak bersedia membuka diri sehingga menghindarkan dari perasaan tertekan danmasalah yang dipendam. Tetapi masih ada pula informan yang menyelesaikandengan cara menarik diri atau penghindaran. Mereka lebih memilih untukmengalah dan tidak ingin membicarakannya karena takut hal ini akanmenyinggung salah satu pihak. Penyelesaian dengan cara seperti ini tidak akanmemuaskan kedua belah pihak, karena pasangan tersebut tidak mendapatkan hasilseperti yang diharapkan.Penelitian ini melibatkan tiga pasang responden yang berbeda agamadengan usia perkawinan di atas sepuluh tahun. Lewat penelitian inimenggambarkan bagaimana pasangan dengan kondisi demikian berinteraksi,karena tidaklah mudah menikah dengan pasangan yang berbeda agamanya.Dengan wawancara mendalam, peneliti mengumpulkan informasi tentangpengalaman dan hambatan yang mereka alami setelah menikah dan pengelolaankonflik yang mereka lakukan guna mempertahankan keutuhan perkawinan.Pembahasan tentang penemuan-penemuan di atas menghasilkan tentangbeberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian yang telah dilaksanakan :1) Ketiga informan melakukan interaksi dengan beradaptasi dan salingmenyesuaikan perbedaan-perbedaan yang dimiliki pasangannya, sepertiperbedaan pandangan, perbedaan keyakinan dan tentu saja adat sertakebiasaan yang berbeda. Para informan bukan lagi membangun hubunganyang lebih intim tetapi tujuannya guna mempertahankan dan memeliharahubungan untuk meminimalisir konflik yang muncul karena masalahkonflik yang dihadapi pasangan beda agama cenderung lebih tinggi. Parainforman menjadikan perbedaan yang ada sebagai bentuk keragaman danproses pembelajaran, bukan sebagai jurang yang dapat memisahkanhubungan yang telah mereka bina.2) Adanya sikap keterbukaan, empati dan sikap saling mendukung sangatdibutuhkan pasangan suami istri beda agama. Dengan adanya keterbukaanpara informan dapat mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikiranmereka karena dua agama yang berbeda pastinya memiliki pandangan dankeyakinan yang berbeda pula. Namun, masih ada informan yang tidak mausaling terbuka kepada pasangannya, mereka kurang mampu untuk bisamengungkapkan diri, terutama yang menyangkut masalah agama. Merekajarang membicarakan masalah ini. Hal ini disebabkan masing-masingpihak takut jika ucapan-ucapan yang mereka katakan dapat menyinggungsalah satu pihak yang akhirnya berbuntut pada konflik. Berbeda dengandua informan lainnya (informan I dan informan III) dimana mereka selalubersedia menyediakan waktu untuk membicarakan hal-hal yang berkaitandengan perbedaan agama secara terbuka. Hal ini dilakukan untukmengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masing-masingpihak, dan bagaimana solusi terbaik bagi keduanya. Empati dan sikapmendukung ditunjukkan oleh ketiga informan di mana mereka salingbertoleransi kepada pasangannya. Misalnya dengan memberikankebebasan menjalankan ibadah agamanya dengan jalan berusahamenghormati jika pasangan sedang beribadah, ikut mengantar ke tempatibadah sampai dengan menyesuaikan acara keluarga dengan waktuberibadah. Atau di saat suami atau istri sedang berpuasa, mereka bersediamembangunkan dan ikut menemani sahur. Disini terlihat bahwa ketigainforman memiliki posisi yang setara dalam hal kebebasan beribadah.Adanya posisi yang setara antara suami dan istri beda agama inidiharapkan akan menciptakan suatu komunikasi yang efektif.3) Hambatan komunikasi yang terjadi pada ketiga informan, bukan faktoryang terlalu mempengaruhi dalam kehidupan perkawinan mereka. Hal inidikarenakan sejak awal informan telah mengetahui resiko yang terjadi jikamenikah beda agama. Hambatan muncul saat akan menikah di mana parainforman ingin tata cara agamanya lah yang dipakai dalam prosesperkawinan dan juga muncul di awal perkawinan dimana para informanmasih saling mempengaruhi untuk masuk agamanya.4) Komitmen-komitmen yang dibuat ketiga informan memberikan kontribusidalam membangun iklim komunikasi yang positif karena dengan adanyakomitmen tersebut mereka dapat meminimalisir konflik yang muncul padaperkawinan mereka. Seperti saat pemutusan agama anak, antara suamimaupun istri tidak ingin berebutan untuk mengasuh anak dalam halpemilihan agama. Pada informan I, anak-anak mengikuti agama suamidikarenakan sejak awal, sang anak bersekolah di sekolahan berbasisKatolik. Sang istri pun tidak mempermasalahkan bahwa Kenyatannyakedua anaknya mengikuti agama suami. Sedangkan pada informan IIsepakat jika nantinya sang anak ikut agama istri, dikarenakan suami seringdinas keluar kota yang berarti dirinya akan jarang berada di rumah. Lainlagi dengan informan III, dari awal suami sepakat menyerahkan hak asuhanak kepada istrinya.5) Konflik yang masih sering terjadi dalam rumah tangga informan berasaldari faktor internal yang melibatkan pasangan informan sendiri. Konfliktersebut menyangkut masalah ‘perbedaan agama\u27 di antara keduanyadimana mereka memiliki keinginan dan harapan yang berbeda diantarasuami istri, yang akhirnya hal itu berujung pada konflik.6) Dalam penyelesaian konflik yang menyangkut perbedaan agama, sebagianbesar informan mengkomunikasikan dengan cara saling membicarakan(berkolaborasi) dan berunding kepada pasangan guna menyelesaikanmasalah, mereka bekerja sama dan mencari pemecahan yang memuaskan.Masing-masing pihak bersedia membuka diri sehingga menghindarkandari perasaan tertekan dan masalah yang dipendam. Tetapi masih adainforman yang menyelesaikan dengan cara penghindaran. Mereka lebihmemilih untuk mengalah dan tidak ingin membicarakannya karena takuthal ini akan menyinggung salah satu pihak. Namun, penyelesaian dengancara seperti ini tidak akan bisa memuaskan kedua belah pihak, karenainforman tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan.7) Ketiga informan memandang perkawinan mereka sebagai suatu hal yangpositif. Adanya pro dan kontra dari masyarakat bukan sesuatu hal yangperlu dikhawatirkan. Namun informan melarang jika nantinya anak-anakmereka juga melakukan perkawinan beda agama seperti orangtuanya.PENUTUPDalam penelitian ini, pasangan beda agama seharusnya bisa saling terbukakepada pasangannya. Apa yang diinginkan dan dibutuhkan masing-masing pihakbisa saling diungkapkan dengan menggunakan kata-kata yang tidak menyinggungperasaan pasangan. Jika pasangan suami istri beda agama saling memahami danmenerima perbedaan yang mereka miliki, perbedaan tidak akan menjadisandungan bagi keduanya.Dalam mengelola konflik, khususnya konflik yang disebabkan olehperbedaan agama, diusahakan masing-masing pihak tidak saling menghindar,karena suatu saat masalah tersebut dapat muncul kembali dan permasalahannyaakan menjadi semakin besar. Sebaiknya konflik dihadapi dengan terbuka dengansaling mengungkapkan dan mendengarkan keinginan pasangan guna mencapaikesepakatan bersama, sehingga konflik menyangkut agama tidak menjadiancaman bagi kelangsungan rumah tangga mereka, melainkan berguna untuklebih meningkatkan kualitas hubungan suami istri beda agama

    Sistem Informasi Truecare CSR Telkom Berbasis Web Pada PT. Telekomunikasi Indonesia

    Get PDF
    TrueCare Information System Web-based Telkom CSR on Service Division PT. Telekomunikasi Indonesia. The results showed the application of Information Systems Customer Service Representative (CSR) to support the company in view of the technological and business concepts that are used to run its business processes through interactions with customers. The interaction that occurs between the customer and the company not only through service of course, but also through sales and marketing. In addition, the implementation of CSR Information Systems, supported by information systems and technology infrastructure as supporting its success. Broadly speaking, the application of Information Systems Customer Service Representative (CSR) can members an enhanced service to customers through existing developments, such as the standardization of patterns of Customer Service Representative (CSR), one stop service, utilization of information systems, and the development of service time due to time efficiency through a number of process automation services

    Higiene dan Sanitasi Nasi Tempe Penyet Pedagang Kaki Lima Jalan Karangmenjangan Surabaya

    Full text link
    Nasi tempe penyet is one of traditional favorite food in Surabaya. This menu is consisting of rice, fried tempe, fresh vegetables and chilli ketchup. The purpose of this research was to observe the hygiene of the food handlers, sanitation facility and hygiene of nasi tempe penyet. This was a descriptive research with cross sectional approach. There were 12 nasi tempe penyet street vendors at Karangmenjangan street, Surabaya who became respondent. Data collected using questionnaire and check list. There were several hygiene of the food handlers must be considered. They did not using apron and uniform. Conditions of sanitation facility did not meet the standard including the selling location, handling of garbage and grey water and also washing the cooking tools. In general food sanitation of nasi tempe penyet was good. The E. coli parameters were negative. The nasi tempe penyet street vendors at Karangmenjangan street need training about personal hygiene and food sanitation. They have to be relocated for minimized the risk of food contamination. Keywords: hygiene and sanitation, street vendors, nasi tempe penye
    • …
    corecore