15 research outputs found

    Analisis Dampak Intrusi Air Laut Terhadap Airtanah di Pulau Koral Pramuka, DKI Jakarta

    Get PDF
    Abstrak Pulau Koral Pramuka merupakan salah satu pulau yang memiliki fungsi strategis sebagai Ibukota Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pembangunan yang terus berlangsung untuk mendukung fungsi sebagai ibukota sekaligus sebagai tujuan wisata menjadikan pertumbuhan penduduk tinggi dan kebutuhan akan sumberdaya air terus meningkat. Kondisi demikian dapat menyebabkan ancaman intrusi air laut menjadi semakin tinggi karena jumlah pengambilan airtanah akan semakin bertambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak intrusi air laut terhadap airtanah di Pulau Koral Pramuka. Metode yang digunakan adalah analisis daya hantar listik (DHL) airtanah serta perbandingan ion klorida dan ion karbonat dalam airtanah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai DHL, kandungan ion klorida dan bikarbonat yang diambil dari sampel airtanah. Sampel diambil secara sistematis berdasarkan grid berukuran 100 meter x 150 meter. Total sampel airtanah adalah sejumlah 23 sampel. Hasil kajian menunjukkan bahwa 15 sampel airtanah menunjukkan bahwa intrusi telah berpengaruh cukup besar terhadap airtanah, sedangkan 8 sampel menunjukkan bahwa intrusi telah berpengaruh besar terhadap airtanah di Pulau Koral Pramuka.AbstractPramuka Cay, one of the islands in Kepulauan Seribu Regency, Jakarta, has a strategic role as the capital district. The constant development, which aims to support the functions as a capital district and a tourist destination, persistently increases population growth and, at the same time, demand for water resource. This condition may intensify the threats of seawater intrusion as it induces a higher groundwater withdrawal. This research aimed to identify the impact of seawater intrusion on groundwater in Pramuka Cay using electrical conductivity (EC) analysis and comparison analysis of the chloride and bicarbonate ions in the groundwater. The research data, including EC and the concentration of chloride and bicarbonate ions, were obtained from groundwater samples. The 23 samples were selected systematically from 100x150 m2 grids. The analysis of 15 samples found a rather significant impact of seawater intrusion on groundwater, whereas the test results on the remaining 8 samples showed that seawater intrusion had affected the groundwater in Pramuka Cay considerably.

    ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER KARST DENGAN UJI PERUNUTAN DAN PEMETAAN GUA

    No full text
    Characteristics of karst hydrogeology is important to support future management planning. However, the passage in the karst area are not all accessible due to various obstacles such as narrowing the passage so that humans can not enter it and there is a cave hall full of water, so the definition of karst hydrogeological system is difficult to do. This research was conducted in Pindul Cave and its surroundings located in District Karangmojo, Gunungkidul Regency. The objectives of this research are: (1) to analyze the hydrochloric test of tracing from branching of Pindul Cave system, (2) to know the morphometry of Tanding Cave as a new branching of Pindul Cave system. The method used in this study using survey methods that are divided into several stages include the preparation stage, field work stages, and post-field stage. The preparation stage includes selection of research sites and site selection for injection of tracer substances. The field work stage includes the installation of fluorometer in Pindul Cave, injection of tracer substance in Kedungbuntung sinking stream, and Tanding Cave mapping. Post-field stage is hydrochemical analysis of grading test and data processing of cave mapping. The results showed that: (1) there was a connectivity between the Kedungbuntung and Pindul Cave sinks which was detected for the first time 408 minutes after injection of tracer substances and from the hydrochemograph showed several peaks indicating the flow breaker, (2) from the Tanding Cave mapping that the length of the aisle is 375.9 meters, the cave volume is 17781.9 m3, the average diameter of the cave hall is 6.9 meters

    Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

    No full text
    Inventarisasi sumberdaya air termasuk di dalamnya potensi mataair di kawasan karst merupakan hal yang penting. Keterbatasan sumber air permukaan menjadikan mataair memiliki peranan yang penting dalam penyediaan air bersih di kawasan karst. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi karakteristik dan pola pemanfaatan mataair di daerah tangkapan air sistem Goa Pindul di Kabupaten Gunungkidul. Data yang dibutuhkan meliputi lokasi mataair, debit mataair dan pemanfaatan mataair di lokasi kajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, debit terukur mataair di sekitar daerah tangkapan sistem Pindul antara 3,02 liter/detik sampai dengan 63 l/detik dan mataair di sekitar daerah tangkapan sistem Goa Pindul dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, meliputi irigasi, mandi, dmencuci dan air minum

    URGENSI PENGELOLAAN KAWASAN KARST GOA PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, GUNUNGKIDUL

    No full text
    Goa Pindul adalah salah satu wisata andalan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Konflik sosial yang terjadi akibat koordinasi dan peran pemerintah yang masih minim menyebabkan situasi pariwisata yang kurang kondusif dalam pengembangan wisata yang berkelanjutan. Selain itu, karakteristik unik kawasan karst yang dipengaruhi oleh perkembangan pelorongan akibat proses pelarutan dan sistem allogenik mengharuskan pengelolaan yang berwawasan bencana dengan membuat sistem pemantauan banjir, early warning system dan emergency response system untuk pengurangan risiko bencana yang mungkin terjadi di Kawasan Wisata Goa Pindul

    HIDROSTRATIGRAFI DAN DAMPAKNYA PADA KEMUNCULAN MATAAIR DI SUB-SISTEM PANGGANG, KAWASAN KARST GUNUNGSEWU, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

    No full text
    Sub-sistem Panggang di Kawasan Karst Gunungsewu di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bagian dari tinggian Gunungsewu yang berada di bagian paling barat. Zona ini secara hidrogeologi dicirikan dengan kemunculan mataair di sepanjang perbatasan dengan Graben Bantul, mataair epikarst dan mataair yang muncul di wilayah kepesisiran yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Namun demikian, dibandingkan dengan sub-sistem lain di Gunungsewu, Sub-sistem Panggang merupakan salah satu zona yang paling sedikit dilakukan kajian ilmiah khususnya terkait dengan kondisi hidrogeologinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi stratigrafi akuifer di wilayah Sub-sistem Panggang dan kaitannya dengan kemunculan mataair pada perbatasan dengan Graben Bantul. Penelitian dilakukan di wilayah sekitar Mataair Guntur yang terletak di Desa Girijati, Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. Data stratigrafi diambil dengan pendugaan geofisika menggunakan Geosonar. Titik-titik Geosonar didesain membentuk transek yang secara morfologi memotong Mataair Guntur mulai dari atas (puncak perbukitan) sampai dengan bagian bawah (lereng Escarpment Graben Bantul). Hasil analisis menunjukkan bahwa Mataair Guntur muncul karena jalur sungai bawah tanah terpotong oleh topografi. Pemotongan ini terjadi pada Patahan Opak yang terletak di bagian utara Karst Gunungsewu Sub-sistem Panggang. Hal ini didukung dari hasil interpretasi yang menunjukkan bahwa lapisan gamping di bawah Mataair Guntur setebal 127 – 182 meter. Hal ini menunjukkan bahwa mataair ini tidak muncul oleh kontak batuan

    The hydrogeological mapping of the southwestern part of Serang Regency, Banten, Indonesia

    No full text
    The development of Serang City as the central government of Banten Province leads to persistently increasing demand for clean water in the area and its surroundings. This study aimed to perform the hydrogeological mapping of the southwestern part of Serang Regency. The study area covered four districts, namely Baros, Padarincang, Paburuan, and Ciomas. These four districts are the clean water source of Serang City that also functions as a buffer zone designed for the development of freshwater fishery and wetland agriculture. Hydrogeological mapping in the study area is expected to be one of the inputs in planning the use of water resources. The method used in this research included analyses of drill data, geophysical measurement results, the findings of previous studies, hydrological map scale 1:250000, and geological map scale 1:100000, as well as geomorphological mapping and field survey. This research produced six classes of hydrogeological units that covered areas with scarce groundwater productivity up to those with high groundwater productivity

    PEMETAAN HIDROGEOLOGI WILAYAH BARAT DAYA KABUPATEN SERANG, BANTEN, INDONESIA

    No full text
    Perkembangan wilayah Kota Serang sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten menyebabkan semakin banyaknya kebutuhan air bersih di lokasi tersebut dan wilayah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan hidrogeologi wilayah di bagian barat daya Kabupaten Serang. Keempat wiayah ini selain menjadi sumber air bersih bagi Kota Serang juga menjadi wilayah penyangga yang direncanakan sebagai wilayah pengembangan perikanan air tawar dan pertanian lahan basah. Lokasi penelitian meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan Padarincang, Kecamatan Pabuaran dan Kecamatan Ciomas. Pemetaan hidrogeologi di lokasi kajian diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam perencanaan penggunaan sumberdaya air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis data bor, hasil pengukuran geofisika, hasil penelitian sebelumnya, peta hidrogeologi skala 1:250.000, analisis geologi skala 1:100.000, pemetaan geomorfologi dan survei lapangan. Hasil penelitian menghasilkan enam kelas satuan hidrogeologi yang meliputi wilayah dengan produktivitas airtanah langka sampai dengan wilayah dengan produktivitas airtanah tinggi

    The hydrogeological mapping of the southwestern part of Serang Regency, Banten, Indonesia

    No full text
    The development of Serang City as the central government of Banten Province leads to persistently increasing demand for clean water in the area and its surroundings. This study aimed to perform the hydrogeological mapping of the southwestern part of Serang Regency. The study area covered four districts, namely Baros, Padarincang, Paburuan, and Ciomas. These four districts are the clean water source of Serang City that also functions as a buffer zone designed for the development of freshwater fishery and wetland agriculture. Hydrogeological mapping in the study area is expected to be one of the inputs in planning the use of water resources. The method used in this research included analyses of drill data, geophysical measurement results, the findings of previous studies, hydrological map scale 1:250000, and geological map scale 1:100000, as well as geomorphological mapping and field survey. This research produced six classes of hydrogeological units that covered areas with scarce groundwater productivity up to those with high groundwater productivity

    Analysis of Cavities Characteristics in the Semar - Kiskendo Caves System, Jonggrangan Karst Area, Kulon Progo, Indonesia

    No full text
    The Kiskendo Cave System is a system that has many benefits, including as a tourist site and water source. One of the systems in the upstream of Kiskendo Cave is the Semar-Kiskendo Caves system. This system is estimated to greatly affect the condition of the Kiskendo cave system because it is connected to the allogenic river which contributes to recharge from outside Jonggrangan Karst Area. The purpose of this research was 1) to find out the characteristics of the Semar Cave cavities and 2) to analyze the connectivity and characteristics of cavities in the Semar - Kiskendo Caves system. This research employed a survey method by mapping the cave to answer the first problem and conducting a tracer test of underground river stream to answer the second problem. The results showed that the Semar Cave cavity that could be mapped was 158.2 meters long, the total volume of the cave was 1,220.6 m3, and the average diameter of the cave cavity was 2.8 meters. The results of second study using the tracer test showed the connection between Semar Cave and the underground river in Kiskendo Cave, and the cavities had a characteristic of a single conduit which was sufficiently developed

    ANALISIS KONEKTIVITAS DAN KARAKTERISASI PELORONGAN DENGAN UJI PERUNUTAN PADA MATAAIR EPIKARST SUB-SISTEM PANGGANG, KAWASAN KARST GUNUNGSEWU

    No full text
    Sub-sistem hidrogeologi Panggang merupakan salah satu sub-sistem di Kawasan Karst Gunungsewu yang terletak di paling barat. Karakter mataair yang berkembang di sub-sistem ini adalah mataair epikarst dengan debit yang tidak terlalu besar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konektivitas antara sungai bawah tanah Kalinangka dan Mataair Guntur yang terletak di Desa Girijati, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul. Sistem ini merupakan bagian dari Sub-sistem Hidrogeologi Panggang, Kawasan Karst Gunungkidul. Analisis konektivitas dilakukan dengan uji perunutan dengan larutan tinopal dan fluorometer. Injeksi tinopal dilakukan di Sungai Bawah Tanah Kalinangka, sedangkan fluorometer sebagai pencatat diletakkan di Mataair Guntur. Hasil yang diperoleh terdapat konektivitas antara mata air Guntur dengan Sungai Bawah Tanah (SBT) Kali Nangka yang berjarak 1,3 km dengan durasi perjalanan 5 jam setelah penuangan larutran tinopal. Karakterisasi pelorongan berdasarkan pada breaktrought curve menunjukkan lorong yang berupa single conduit yang sudah sangat berkembang
    corecore