7 research outputs found

    Chemical Compounds and Decomposition Process from Four Species Leaf Litter As a Source of Organic Matter Soil in Anggori Education Forest, Manokwari

    Get PDF
    Decomposition is a simple change of physical and chemical processes by soil microorganisms—the rate of decomposition process influenced by climate and litter quality factors. Litter content of chemical compounds is essential to determine the litter's quality so that it can be estimated the decomposition process. Leaves litter of Magnolia tsiampacca, Intsia bijuga, Cinnamomum cullilawan, and Aglaia sp., were collected and analyzed for their chemical compounds. Based on lignin and nitrogen content (L/N) value, Cinnamomum cullilawan have the fastest decomposition process. On the contrary, Intsia bijuga has low litter quality, so that has the slowest decomposition process. However, it has the lowest lignin content and high polyphenol content. Our research found that four observed species were able to be used as sources of soil organic matter, although the litter quality is relatively low

    Toleransi Tanaman Porang (Amorphophallus Oncophyllus Prain.) Terhadap Jenis Dan Intensitas Penutupan Tanaman Penaung

    Full text link
    Toleransi tanaman terhadap naungan berat dapat dicapai apabila tanaman memiliki mekanisme penangkapan dan penggunaan cahaya secara efisien. Pertumbuhan tanaman porang di bawah naungan dibatasi oleh ketersediaan cahaya sehingga akan memengaruhi laju fotosintesis yang berdampak pada produksi biomassa dan produktivitas umbi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi tanaman porang terhadap perbedaan jenis dan intensitas penaungan tanaman penaung. Penelitian dirancang dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Jenis tegakan penaung sebagai petak utama (main plot), yaitu Jati, Akasia dan Ekaliptus, terbagi menjadi 3 (tiga) sub-plot intensitas penaungan, yaitu rendah (0-22%), sedang (23-44%), dan tinggi (>45%) anak petak dengan jumlah ulangan sebanyak 3 kali. Hasil menunjukkan bahwa ketiga jenis tanaman penaung memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman porang. Jenis tumbuhan penaung berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman porang karena sumbangan kualitas tempat tumbuh melalui seresah. Jenis akasia menyumbang seresah dan kualitas tanah yang lebih baik dibanding jenis tanaman penaung ekaliptus dan jati

    Membangun Pemahaman Masyarakat tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Konservasi Melalui Kegiatan Penyuluhan di Kampung Soribo

    Get PDF
    Hutan di Kampung Soribo merupakan hutan alam yang dapat diakses oleh masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya bagi kebutuhan hidupnya. Aktivitas pemanfaatan dapat bersifat positif dan negatif, maka diperlukan kegiatan penyuluhan bagi masyarakat di Kampung Soribo. Penyuluhan menggunakan metode ceramah dan bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pengelolaan sumberdaya hutan berbasis konservasi di Kampung SoriboKegiatan penyuluhan diikuti 30 orang masyarakat dan diawali dengan sambutan dari Kepala Kampung Soribo. Selanjutnya, pemaparan materi oleh tim penyuluh. Kegiatan penyuluhan ini dapat membuka pemahaman masyarat bahwa sumberdaya hutan yang ada di sekitar Kampung Soribo sangat penting bagi kehidupannya. Hal ini terlihat dari hasil kegiatan yang diketahui bahwa 88,2% dapat memahami materi penyuluhan secara baik sedangkan 11,8% kurang memahami secara baik. Oleh sebab itu perlu didukung dengan pengelolaan yang baik terutama pengelolaan hutan yang berbasis pada konservasi

    Chemical Compounds and Decomposition Process From Four Species Leaf Litter as A Source of Organic Matter Soil in Anggori Education Forest, Manokwari

    Full text link
    Decomposition is a simple change of physical and chemical processes by soil microorganisms—the rate of decomposition process influenced by climate and litter quality factors. Litter content of chemical compounds is essential to determine the litter's quality so that it can be estimated the decomposition process. Leaves litter of Magnolia tsiampacca, Intsia bijuga, Cinnamomum cullilawan, and Aglaia sp., were collected and analyzed for their chemical compounds. Based on lignin and nitrogen content (L/N) value, Cinnamomum cullilawan have the Fastest decomposition process. On the contrary, Intsia bijuga has low litter quality, so that has the slowest decomposition process. However, it has the lowest lignin content and high polyphenol content. Our research found that four observed species were able to be used as sources of soil organic matter, although the litter quality is relatively low

    ADAPTASI MORFOLOGI DAN FISIOLOGI TANAMAN PORANG (Amorphophallus oncophyllus Prain.) TERHADAP VARIASI INTENSITAS CAHAYA DAN JENIS PENAUNG

    No full text
    Konjac (Amorphophallus oncophyllus Prain.) is one kind of food crops that have a high tolerance for shaded environments. The growth and productivity of konjac could be disturbance while not in accordance with optimal growing conditions. The research was conducted in community forest Nglanggeran, Gunung Kidul, plantation forest Wanagama I, and controlled environments (nursery). Field and laboratory research was conducted during three months, including the measurement of environmental factors, morphological and physiological characters of konjac. Data analysis using analysis of variance (ANOVA), regression and correlation. Results showed that light intensity factors significantly affect to the morphological and physiological responses of konjac in nursery, while in the community forest Nglanggeran no real affect. Light intensity range of 45-70% was optimal light intensity for growth and productivity of konjac. In addition, physiological response of konjac in the light intensity 45-70% was increased chlorophyll content, but the numbers of leaf stomata between open and shaded area relatively insignificant. However, the efficiency of storage root production of konjac at high light intensity (open area) was relatively larger than shaded area. Negative correlation was shown by leaf area and tuber dry weight in shaded and open areas. In contrast to the plantation forest in Wanagama I, stands factors more significantly affect to the growth and productivity of konjac, than light intensity. The growth and productivity under acacia stands relatively better than teak and eucalyptus. In addition, the content of chlorophyll and efficiency of storage root production under acacia stands were relatively higher, but the numbers of leaf stomata was relative not significantly different between teak, acacia and eucalyptus. Positive correlation was shown by leaf area and tuber dry weight of konjac under teak stands, otherwise negative correlation was shown under acacia and eucalyptus stands

    Kontribusi Agroforestri Herbal terhadap Penerimaan Tunai Masyarakat Lokal di Sekitar Manokwari Utara (Studi Kasus di Kampung Bremi, Nyoom I, dan Lebau)

    Full text link
    Sistem agroforestri merupakan pengelolaan lahan dan  system pemanfaatan yang mengkobinasikan tanaman kehutan dan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan komposisi pemanfaatan tanaman herbal dan tanaman hutan dengan tujuan memperoleh dan meningkatkan pendapatan ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan di distrik Mnokwari Utara dengan focus pada tiga kampung antara lain Bremi, Nyoom  I, and Lebau dengan menggunakan metode studi kasus melalaui teknik pengamatan. Hasil penelitian memperihatkan bahwa tercatat ada 6 (enam) spesies tanaman herbal yang didominasi oleh serai (Cymbopongon nardusi)  dan kunyit (Curcuma longa), sedangkan tanaman non herbal tercatat sebanyak 12 (duabelas) spesies yang didominasi oleh pisang (Musa sp)  dan cabe (Capsicum annum). Berdasarkan komponen penyusun agroforestry lahan kebun yang dikembangkan oleh masyarakat tergolong Agrisilviculture dengan pola tanam acakcampur (random mixture) dan trees along border pada system perladangan berpindah (shifting cultivation). Penerimaan tunai yang diperoleh masyarakat lokal pada agroforestry berkisar antara Rp. 10.597 – Rp. 36.684 dengan rata-rata Rp. 13.043 (kk/Thn), sedangkan non herbal berkisar antara Rp. 1.465.937 – Rp. 1.549.677(kk/ Thn) dengan rata-rata Rp. 1.489.173 (kk/ Thn). Tanaman herbal memberikan kontribusi terhadap penerimaan tunai masyarakat yaitu berkisar antara -0,71-2,37% dengan rata-rata 0,85%

    Karbon Tersimpan (C-Stock) di Lantai Hutan Arboretum Fakultas Kehutanan Unipa

    Full text link
    Arboretum Fakultas Kehutanan Unipa memiliki biomasa lantai hutan, nekromasa, dan serasah dan karbon yang terkandung di dalam tanah. Studi tentang karbon hutan yang tersimpan perlu dilakukan secara berkala untuk memberikan dugaan kemampuan sumberdaya hutan. Penelitian ini menunjukkan jumlah total biomasa lantai hutan di arboretum sebesar 760,4 g/m2 yang mana kontribusi terbesar berasal dari jenis tegakan plot Podocarpus amara yakni 150.8 g/m2. Sementara total nekromasa untuk limbah kasar sebesar 5034.8 g/m2 dengan kontribusi terbesar dari plot tegakan Podocarpus amara yakni 694 g/m2. Total nekromasa halus dan akar halus sebesar 1736.8 g/m2 dengan kontribusi terbesar dari plot tegakan Dracontomelum dao yakni 216,4 g/m2. Carbon tersimpan pada lantai hutan di lokasi arboretum adalah sebesar 31,5 tons/Ha, dimana nekromaa kasar memberikan kontribusi tertinggi sebesar 23,16 ton/Ha, kemudian diikuti dengan nekromasa halus dan akar halus sebesar 4,93 ton/Ha dan tumbuhan bawah sebesar 3.41 tons/Ha. Total karbon tersimpan cenderung berkurang secara signifikan dengan total pengurangan proporsi sekitar 85% dari 202,7 t/Ha di tahun 2010 menjadi 31,5 t/Ha di tahun 2020.    &nbsp
    corecore