36 research outputs found

    Reducing barriers to open science by standardizing practices and realigning incentives

    No full text
    Open science can accelerate the pace of research and contribute to a more equitable society. However, the current culture of scientific research is not optimally structured to promote extensive sharing of a range of outputs. In this policy position paper, we outline current open science practices and key bottlenecks in their broader adoption. We propose that national science agencies create a digital infrastructure framework that would standardize open science principles and make them actionable. We also suggest ways of redefining research success to align better with open science, and to incentivize a system where sharing various research outputs is beneficial to researchers

    BEBERAPA CATATAN MENGENAI : SPERMATOZOA, REPRODUKSI SEKSUALITAS

    Get PDF
    Quo vadis . . . amicus ?" Teringat kembali pada mula saya tiba kembali di tanah air tercinta pada tahun 1974, setelah selesai menunaikan tugas belajar di luar negeri. Pada waktu itu di dalam hati kecil saya timbullah berbagai pertanyaan ke mana¬kah saya harus arahkan ilmu yang baru saya peroleh sehingga dapat berman¬faat bagi perkembangan ilmu kedokteran melalui Alma Mater tercinta ini, sehingga dapat berguna bagi masyarakat. Quo vadis andrologia ...? Sudah pada saatnyakah Andrologi dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia di mana pada saat itu Andrologi ini juga baru mulai dikenal di Eropa ? Di Eropa, Andrologi pada saat itu belum juga dikenal secara luas dan merupakan new emerging health siences di dalam jajaran Ilmu ilmu Kedokteran yang lain ? Pada tahun 1975 untuk pertama kalinya terselenggara Kongres Andrologi Internasional yang Pertama dan diresmikannya Commite Internacional De Andrologia atau C.I.D.A. di Barcelona. Berkat dorongan dan bimbingan para mantan Dekan Fakultas Kedokteran dan Rektor pada masa itu sampai sekaran
    corecore