9 research outputs found

    Bathymetry Mapping Using Landsat 8 Multyspectral Data of Bangsring Coastal Area

    Get PDF
    The bathymetry map provides information of the seafloor's profile that has diverse in structures, shapes, and topography. Nowadays remote sensing technology becomes more prevalent because it is one of the most effective and efficient methods for bathymetric mapping. This research was aimed to analyze the depth estimation from image processing of Landsat 8 satellite, and measured the water depth using an echosounder. The results showed that the depth of the water in Bangsring was between 0.39 meter and 96.05 meter, and the bathymetric profile continued to decrease with increasing distance. The coefficient determination (R2) and the coefficient correlation (R) were 0.81 and 0.90 respectively with error mean was 19.05%. Based on results, Landsat 8 satellite is suitable and recommended to be used to extract for bathymetric information

    Distribution and Contamination Status of Heavy Metals in the Surface Sediments along Western Coast of Bali Strait, Banyuwangi

    Get PDF
    This study attempted to analyze the distribution and contamination status of heavy metals (Cu, Fe and Zn) along western coast of Bali Strait in Banyuwangi, East Java. Bali Strait is one of the many straits in Indonesia with high fisheries activities that could potentially contributed to high heavy metal pollution. There were five sampling areas from the north to south: Pantai Watu Dodol, Pantai Kalipuro, Ketapang Port, Pantai Boom and Muncar as the fish landing area. Heavy metal pollution in these locations comes from many different activities such as tourism, fish capture and fish industry and also domestic activities. Contamination factor (CF), geo-accumulation index (Igeo) and enrichment factor (EF) of each heavy metal were calculated to obtain contamination status of the research area. The concentrations of Fe were observed the highest (1.5-129.9 mg/kg) followed by Zn (13.2-23.5 mg/kg) and Cu (2.2-7.8 mg/kg). The distribution of Cu, Fe and Zn showed variability among the sampling locations in which high concentrations of Cu and Zn were higher in Ketapang Port, whereas high concentration of Fe was high in almost all sampling locations. According to the pollution index, contamination factors of Cu, Fe and Zn were low (CF < 1 and Igeo < 1). However, high index of EF (> 50) showed high influence of the anthropogenic activities to the contribution of the metals to the environment. This could also because of the high background value used in the calculation of the index due to the difficulties in finding background value from the sampling areas.Keywords: heavy metals, pollution index, contamination factor, geo-accumulation index, Bali Strai

    Analisis Kesesuaian Lahan Dan Daya Dukung Kawasan Untuk Wisata Snorkeling Dan Rekreasi Pantai Di Pantai Kutang, Kabupaten Lamongan

    No full text
    Kabupaten Lamongan ditetapkan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Jawa Timur oleh Pemerintah Jawa Timur (Wijayanto & Suryono, 2013). Hal ini dikarenakan Kabupaten Lamongan mempunyai destinasi wisata yang menarik dan memiliki bentangan pantai yang memanjang dari barat ke timur di wilayah pantai utara Jawa Timur. Pada tahun 2015, Pantai Kutang mendapat dukungan pembangunan dari pemerintah daerah setempat berupa pembibitan karang untuk mendukung potensi wisata bahari di Pantai tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekosistem karang di Pantai Kutang masih memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam kegiatan wisata snorkeling. Jika tidak sesuai dengan penilaian Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) akan dilakukan pengkajian ulang berupa kegiatan wisata lainnya seperti wisata bahari kategori rekreasi pantai. Hal ini dilakukan sebagai alternatif pengelolaan wisata di Pantai Kutang. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Daya Dukung Kawasan (DDK) di Pantai Kutang Kecamatan Labuhan Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi secara langsung. Pengambilan data terumbu karang menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT) dan pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara in situ dan ex situ. Kemudian hasil persentase tutupan terumbu karang akan dianalisis kriteria tutupannya menggunakan baku mutu Core Map (2017). Data terumbu karang digunakan sebagai salah satu parameter pendukung analisis kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling. Kesesuaian wisata bahari dianalisis menggunakan matriks Indeks Kesesuaian Wisata (IKW). Sedangkan untuk kualitas perairan akan dianalisis menggunakan baku mutu Kementerian Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 untuk wisata bahari. Kemudian Analisis Daya Dukung Kawasan (DDK) digunakan untuk mengetahui penilaian daya dukung berdasarkan jenis kegiatan dari penggunaan lahan di Pantai Kutang. Berdasarkan hasil analisis kualitas perairan di Pantai Kutang didapatkan hasil bahwa parameter yang kurang mendukung terhadap kualitas perairan untuk wisata bahari, yaitu oksigen terlarut atau DO karena <5 mg/L yaitu sebesar 4.37 mg/L dan kecerahan perairan. Kadar oksigen yang rendah di perairan ini diduga erat kaitannya dengan aktivitas mikro organisme dalam menguraikan zat organik menjadi zat anorganik yang menggunakan oksigen terlarut. Kecerahan di Pantai Kutang tidak sesuai diakibatkan keruhnya perairan. Sedangkan parameter kualitas perairan lainnya seperti suhu, bau, lapisan minyak, sampah, salinitas dan pH sesuai berdasarkan baku mutu Kepmen LH. Pada hasil pengamatan terumbu karang, didapatkan hasil bahwa persentase tutupan karang di Pantai Kutang untuk dijadikan wisata snorkeling adalah sebesar 11.35%. Persentase tutupan karang hidup sangat mempengaruhi hasil analisis indeks kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling. Hasil analisis IKW snorkeling di Pantai Kutang sebesar 0.71 dan termasuk dalam kategori Sangat Tidak Sesuai (N) untuk dijadikan sebagai spot wisata snorkeling. Maka dari itu dilakukan pengkajian ulang untuk wisata kategori lainnya sebagai alternatif pengelolaan wisata di Pantai Kutang, sehingga didapatkan hasil IKW kategori rekreasi pantai saat keadaan surut adalah sebesar 2,39 yang termasuk dalam kategori Sesuai (S2). Sedangkan dalam keadaan pasang IKW sebesar 1.79 dan termasuk dalam kategori Tidak Sesuai (S3). Berdasarkan analisis DDK di Pantai Kutang, didapatkan hasil bahwa di Pantai Kutang bisa dimanfaatkan sebagai rekreasi pantai karena dapat menampung sebanyak 953 orang dalam keadaan surut dan 20 orang dalam keadaan pasang

    Literature Review : Analisis Kandungan Mikroplastik pada Kerang Hijau (Perna viridis)

    No full text
    Mikroplastik merupakan salah satu jenis plastik yang dapat ditemukan di perairan dan memiliki potensi untuk mencemari perairan khususnya biota yang ada di perairan tersebut. Biota yang rentan terhadap pencemaran mikroplastik adalah kelompok bivalvia. Kelompok bivalvia merupakan biota perairan yang hidup secara sesil dan mencerna makanannya dengan menggunakan prinsip filter feeder (menyaring larutan). Salah satu spesies dari kelompok bivalvia adalah kerang hijau (Perna viridis). Kerang hijau merupakan komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat dan dapat kita temukan di daerah pesisir yang rentan terhadap pencemaran mikroplastik. Penelitian kandungan mikroplastik pada kerang hijau sudah dilakukan secara luas oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perlu adanya literature review (ulasan literatur) untuk mengetahui metode analisis kandungan mikroplastik pada kerang hijau juga mengetahui jenis dan kelimpahan mikroplastik, serta jenis-jenis polimer mikroplastik yang dapat terkandung dalam kerang hijau (Perna viridis). Literature review dilaksanakan dengan menggunakan metode traditional review atau narrative review. Artikel yang digunakan pada literature review berasal dari beberapa jurnal internasional dan jurnal nasional dengan minimal terbitan 10 tahun terakhir (>2011). Artikel tersebut diperoleh dengan menggunakan aplikasi pencarian melalui google cendekia. Hasil yang diperoleh dari literature review yaitu terdapat beberapa metode pengambilan sampel kerang di lapang (pengambilan langsung dengan menggunakan tangan dan pengambilan dengan menggunakan alat). Kemudian dilanjutkan dengan pra analisis yaitu proses mempersiapkan alat dan bahan. Selanjutnya ekstraksi mikroplastik dengan menggunakan larutan KOH 10% atau menggunakan larutan 30% untuk mendegradasi bahan organik. Tahap akhir yaitu mengidentifikasi jenis dan kelimpahan mikroplastik serta polimer mikroplastik pada kerang hijau (Perna viridis) dengan menggunakan FTIR. Jenis-jenis mikroplastik dikategorikan berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran. Bentuk : Fiber, Fragments, Film, Sphere, Flakes, Rods. Warna : Hitam, Cokelat, Biru, Merah, Orange, Hijau, Merah gelap, Biru Terang, Putih. Ukuran mengacu pada batas ukuran tertinggi sesuai dengan defenisi mikroplastik yaitu dibawah 5 mm. Kelimpahan yang ditemukan sangat bervariasi tergantung pada jenis satuan yang digunakan serta habitat dari kerang hijau tersebut. Jenis polimer yang paling dominan ditemukan pada kerang hijau adalah jenis polimer : Polystyrene, Polypropylene, dan Polyeste

    Struktur Vegetasi Mangrove pada Kawasan Ekowisata Mangrove Belawan Sicanang

    No full text
    Mangrove adalah ekosistem pesisir yang memiliki peranan penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan pesisir, melindungi pantai dari abrasi, dan menyediakan habitat bagi berbagai organisme laut. Namun, perubahan iklim, pembangunan pesisir, dan aktivitas manusia dapat mengancam kelestarian mangrove. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur vegetasi mangrove di kawasan ekowisata Mangrove Sicanang. Kawasan ekowisata mangrove Sicanang dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu ekosistem mangrove yang penting dan memiliki nilai ekologis serta nilai wisata yang tinggi. Penelitian ini akan fokus pada struktur vegetasi mangrove di kawasan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2022 hingga tanggal 24 November 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur vegetasi pada kawasan ekowisata mangrove Sicanang. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, seperti pengukuran tinggi, diameter pada mangrove. Data sekunder diperoleh dari literatur terkait dan data historis mengenai kawasan mangrove Sicanang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini survei dengan sampling menggunakan transek garis berplot dengan ukuran 1 x 1 m, 5 x 5 m, dan 10 x 10 m. Berdasarkan hasil penelitian pada kawasan ekowisata mangrove Sicanang memiliki struktur vegetasi yaitu pada stasiun 1 ditemukan jenis Rhizophora mucronata, pada stasiun 2 terdapat 2 jenis mangrove yaitu, jenis Avicennia marina dan jenis Rhizophora apiculate, pada stasiun 3 terdapat 2 jenis mangrove yaitu, jenis Rhizophora stylosa dan jenis Avicennia alba. Jenis mangrove yang memiliki nilai kerapatan, frekuensi, dominansi, dan INP tertinggi adalah jenis Rhizophora mucronata dan terendah adalah jenis Avicennia alb

    Hubungan Antara MHI (Mangrove Health Index) Dengan Estimasi Stok Karbon Pada Biomassa Mangrove Clungup Barat, Kabupaten Malang, Jawa Timur

    No full text
    Isu utama pada perubahan iklim akibat peningkatan suhu global adalah peningkatan kandungan gas CO2 di atmosfer. Salah satu cara untuk mengurangi kandungan gas CO2 di atmosfer adalah dengan metode carbon sequestration yaitu dengan menangkap karbon di atmosfer dan menyimpannya dalam vegetasi (biomassa). Hutan merupakan komponen utama cadangan karbon di ekosistem dunia. Salah satunya adalah hutan mangrove menjadi salah satu penyerap karbon yang intensif dan mempunyai peranan yang besar dalam siklus karbon dunia. Hutan mangrove juga memiliki potensi yang tinggi sebagai carbon sequestration dan mewakili 1% dari carbon sequestration global dan 14% di kawasan pesisir. Kawasan mangrove di CMC menjadi salah satu kawasan konservasi mangrove terbesar di Asia dan memiliki tingkat Kondisi Kesehatan yang baik selama masa rehabilitasinya. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2022 hingga Juli 2022 di Clungup Barat, Clungup Mangrove Conservation (CMC). Data yang diperoleh secara Stratified Random Sampling dengan mempertimbangkan strata Kondisi Kesehatan mangrove melalui klasifikasi awal dengan analisis citra satelit. Data primer yang diambil adalah data Tegakan mangrove, Kanopi dan DBH mangrove. Data tersebut sudah mewakili variabel untuk perhitungan MHI% dan Stok Karbon pada Biomassa mangrove dalam rumus MHI% dan rumus Allometrik. Wilayah penelitian berada di daerah Clungup Barat dengan membagi menjadi 15 Strata dalam klasifikasi awal citra Sentinel-2A untuk MHI%. Adapun pada penelitian ini menggunakan 2 analisis yaitu Analisis Korelasi dan Analisis Regresi untuk mengetahui hubungan antar variabel dan berapa besar pengaruh yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Kondisi Kesehatan Mangrove berdasarkan MHI% dan Estimasi Stok Karbon pada Above-ground Biomas, serta mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar keduanya. Kondisi Kesehatan Mangrove berdasarkan MHI% didapati Total dari 15 plot terdapat 4 plot Poor (1,2,7 dan 15), 10 Plot Moderate (3,4,5,6,8,9,10,11,12, dan 14) dan 1 plot Excellent yaitu plot 13. Spesies yang ditemukan yaitu Bruguiera gymnorrhiza, B. cylindrical, C. decandra, C. tagal, R. apiculata, R. mucronata, S. alba dan X. granatum. Nilai tertinggi dari Biomassa Mangrove berada di plot 6 sebesar 257,50 ton/ha. Sedangkan, biomassa terendah yang didapatkan berada di plot 12 sebesar 12,52 ton/ha. Nilai tertinggi dari Karbon Mangrove pada Biomassa berada di plot 6 sebesar 121,03 ton/ha. Sedangkan, nilai terendah yang didapatkan berada di plot 12 dengan nilai estimasi stok karbon sebesar 5,88 ton/ha. Hubungan antar MHI% dan Karbon tidak signifikan. Hasil koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.208, yang berarti keeratan hubungannya lemah. Adapun hasil nilai determinan yang diinterpretasikan sebagai besar persentase pengaruh MHI terhadap Estimasi Karbon sebesar 4,3%, sedangkan 95,7% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain

    Estimasi Stok Karbon Atas Permukaan pada Mangrove Menggunakan Citra Sentinel-1A dan Sentinel-2A di Kawasan Mangrove Hijau Daun, Pulau Bawean

    No full text
    Karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer yang menyebabkan suhu bumi semakin panas. Meningkatnya gas rumah kaca yang melebihi batas toleransi dapat mengancam keberlanjutan sistem kehidupan dengan perubahan iklim di bumi (Murdiyarso & Ambo-Rappe, 2022). Perubahan iklim tersebut di sebabkan oleh kenaikan gas karbon dioksida (CO2). Salah satu ekosistem yang berguna menanggulangi perubahan iklim yaitu ekosistem pesisir seperti mangrove dan lamun (Purnamasari et al., 2021). Karbon yang tersimpan dalam ekosistem vegetasi mangrove, lamun dan salt marshes disebut sebagai ‘blue carbon’ (Alongi et al., 2016). Mangrove sangat berpotensi untuk menyimpan stok karbon sehingga dapat mengurangi emisi gas CO2. Penginderaan jauh sangatlah berguna dan efektif dalam memantau perubahan tutupan serta stok karbon hutan mangrove sehingga dapat diketahui perubahan tutupan dan dapat diukur estimasi stok karbon mangrove berdasarkan kenampakan citra satelit (Cahyo et al., 2022). Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 31 Maret-4 April 2023 di Kawasan Mangrove Hijau Daun, Pulau Bawean. Beberapa data yang diambil diantaranya yaitu Diameter at Breast Height (DBH) pohon dan identifikasi spesies mangrove. Metode yang digunakan dalam pengambilan data lapang yaitu stratified random sampling sebanyak 33 plot dengan ukuran 10x10 m. Dilakukan penentuan titik menggunakan kriteria kerapatan NDVI. Pengukuran DBH dilakukan sesuai dengan pedoman English et al., (1997). Sedangkan, identifikasi berdasarkan Noor et al., (2006). Pengukuran biomassa dilakukan menggunakan persamaan allometrik dari masing-masing spesies. Estimasi stok karbon dihitung sesuai dengan pedoman Badan Standardisasi Nasional, (2011). Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sepuluh spesies mangrove sejati dalam plot penelitian dengan jumlah total sebanyak 806 tegakan. Rata-rata dari total keseluruhan biomassa dan stok karbon pada lokasi penelitian didapatkan hasil 213.51±166.49 MgB ha-1 dan 100.35±78.25 MgC ha-1 secara berurutan. Rentang nilai stok karbon mulai dari 9.63 MgC ha-1 hingga 294.7 MgC ha-1. Hasil dari uji normalitas data yaitu 0.144 yang menandakan data normal dan didapatkan persamaan regresi model tiga dengan persamaan y = - 498.016 + 632.140(NDI45) - 20.344(VV) - 16.975(VH). Persamaan tersebut mendapatkan hasil R2 sebesar 0.769 dan r sebesar 0.877. Hasil persamaan tersebut dilakukan pemodelan sehingga menghasilkan peta estimasi stok karbon dengan rentang 4.08 MgC ha-1 hingga 329.69 MgC ha-1 dengan rata-rata total keseluruhan stok karbon mencapai 101.59±58.90 MgC ha-1. Hasil dari nilai uji akurasi data lapang dengan peta estimasi stok karbon didapatkan hasil sebesar 6.27 MgC ha-1. Penelitian stok karbon mangrove ini masih tergolong dalam rentang minimal cadangan karbon tingkat nasional pada tipe hutan mangrove sekunder. Oleh karena itu diperlukan rehabilitasi dan pengawasan lebih lanjut terhadap Hutan Mangrove Hijau Daun sebagai cadangan stok karbon pada Pulau Bawean

    Estimasi Stok Karbon Atas Permukaan pada Mangrove Menggunakan Citra Sentinel-1A dan Sentinel-2A di Kawasan Mangrove Hijau Daun, Pulau Bawean

    No full text
    Karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer yang menyebabkan suhu bumi semakin panas. Meningkatnya gas rumah kaca yang melebihi batas toleransi dapat mengancam keberlanjutan sistem kehidupan dengan perubahan iklim di bumi (Murdiyarso & Ambo-Rappe, 2022). Perubahan iklim tersebut di sebabkan oleh kenaikan gas karbon dioksida (CO2). Salah satu ekosistem yang berguna menanggulangi perubahan iklim yaitu ekosistem pesisir seperti mangrove dan lamun (Purnamasari et al., 2021). Karbon yang tersimpan dalam ekosistem vegetasi mangrove, lamun dan salt marshes disebut sebagai ‘blue carbon’ (Alongi et al., 2016). Mangrove sangat berpotensi untuk menyimpan stok karbon sehingga dapat mengurangi emisi gas CO2. Penginderaan jauh sangatlah berguna dan efektif dalam memantau perubahan tutupan serta stok karbon hutan mangrove sehingga dapat diketahui perubahan tutupan dan dapat diukur estimasi stok karbon mangrove berdasarkan kenampakan citra satelit (Cahyo et al., 2022). Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 31 Maret-4 April 2023 di Kawasan Mangrove Hijau Daun, Pulau Bawean. Beberapa data yang diambil diantaranya yaitu Diameter at Breast Height (DBH) pohon dan identifikasi spesies mangrove. Metode yang digunakan dalam pengambilan data lapang yaitu stratified random sampling sebanyak 33 plot dengan ukuran 10x10 m. Dilakukan penentuan titik menggunakan kriteria kerapatan NDVI. Pengukuran DBH dilakukan sesuai dengan pedoman English et al., (1997). Sedangkan, identifikasi berdasarkan Noor et al., (2006). Pengukuran biomassa dilakukan menggunakan persamaan allometrik dari masing-masing spesies. Estimasi stok karbon dihitung sesuai dengan pedoman Badan Standardisasi Nasional, (2011). Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sepuluh spesies mangrove sejati dalam plot penelitian dengan jumlah total sebanyak 806 tegakan. Rata-rata dari total keseluruhan biomassa dan stok karbon pada lokasi penelitian didapatkan hasil 213.51±166.49 MgB ha-1 dan 100.35±78.25 MgC ha-1 secara berurutan. Rentang nilai stok karbon mulai dari 9.63 MgC ha-1 hingga 294.7 MgC ha-1. Hasil dari uji normalitas data yaitu 0.144 yang menandakan data normal dan didapatkan persamaan regresi model tiga dengan persamaan y = - 498.016 + 632.140(NDI45) - 20.344(VV) - 16.975(VH). Persamaan tersebut mendapatkan hasil R2 sebesar 0.769 dan r sebesar 0.877. Hasil persamaan tersebut dilakukan pemodelan sehingga menghasilkan peta estimasi stok karbon dengan rentang 4.08 MgC ha-1 hingga 329.69 MgC ha-1 dengan rata-rata total keseluruhan stok karbon mencapai 101.59±58.90 MgC ha-1. Hasil dari nilai uji akurasi data lapang dengan peta estimasi stok karbon didapatkan hasil sebesar 6.27 MgC ha-1. Penelitian stok karbon mangrove ini masih tergolong dalam rentang minimal cadangan karbon tingkat nasional pada tipe hutan mangrove sekunder. Oleh karena itu diperlukan rehabilitasi dan pengawasan lebih lanjut terhadap Hutan Mangrove Hijau Daun sebagai cadangan stok karbon pada Pulau Bawean

    Analisis Variasi Morfologi dan Molekuler Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dari PPP Pondokdadap Kabupaten Malang dan Pasar Ikan Pabean Surabaya

    No full text
    Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan ikan pelagis yang menjelajahi perairan terbuka terutama di wilayah Indo–pasifik. Ikan tongkol merupakan ikan yang umum diperjualbelikan di PPP Pondokdadap, Kab. Malang dan Pasar Ikan Pabean, Kota Surabaya. Ikan tongkol yang diperjualbelikan di PPP Pondokdadap umumnya ditangkap langsung oleh nelayan di Perairan Selatan Pulau Jawa, sedangkan yang diperjualbelikan di Pasar Ikan Pabean ditangkap di Perairan Utara Pulau Jawa. Di kedua laut tersebut terdapat perbedaan karakteristik perairan, oleh karena itu diperlukan analisis morfologi dan molekuler untuk mengetahui karakteristik ikan tongkol (E. affinis), apakah terdapat perbedaan secara morfologi dan molekuler dari PPP Pondokdadap Kab. Malang dan Pasar Ikan Pabean, Kota Surabaya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keragaman morfologi dan molekuler ikan tongkol (E. affinis) dari PPP Pondokdadap dan Pasar Ikan Pabean yang dapat menjadi referensi untuk manajemen penangkapan ikan tongkol terkait kebiasaan ikan dan untuk mengetahui apakah perbedaan lokasi dapat mempengaruhi keragaman morfologi dan molekuler ikan tongkol (E. affinis). Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2022 hingga bulan Oktober 2022. Sampel dikoleksi dari PPP Pondokdadap Kab. Malang dan Pasar Ikan Pabean Surabaya. Analisis morfologi menggunakan metode geometrik morfometrik dengan karakter morfometrik sebagai data penguat. Digunakan 11 landmark dan 7 karakter morfometrik. Geometrik morfometrik menggunakan software TpsUtil, TpsDig, MorphoJ dan dianalisis dengan metode PCA, CVA dan DFA. Analisis 7 karakter morfometrik menggunakan software SPSS dianalisis dengan metode independent T test dan DFA. Analisis Molekuler terbagi menjadi 4 tahapan, yaitu: ekstraksi DNA, amplifikasi DNA, elektroforesis, dan sekuensing. Ekstraksi DNA menggunakan metode chelex 10%. Amplifikasi menggunakan metode PCR dengan marker Gen COI menggunakan primer LCO1490-HCO2198 dengan dua pengulangan. Elektroforesis menggunakan 1% gel agarosa. Sampel dalam penelitian ini masih tahap juvenil dengan panjang cagak 23.3 – 27.8 cm. Analisis PCA dari kedua lokasi menunjukkan bentuk dominan yang berpengaruh terhadap perbedaan bentuk pada PC1 – PC4 yaitu tinggi badan, kepala, sirip anal, sirip dorsal, panjang cagak, pangkal ekor dengan variasi kumulatif sebesar 86.2% dan dari PPP Pondokdadap dengan variasi kumulatif sebesar 81.5% tidak signifikan karena nilai PC1 p 0,05). Hasil ekstraksi DNA didapatkan kurang murni dengan nilai rasio absorbansi 260/280 sebesar 1.51. Elektroforesis produk hasil PCR menunjukkan hasil belum berhasil. Pita genom terlihat samar dan hanya terlihat smear
    corecore