4 research outputs found

    Dialektika Islam dan Budaya: Studi Kasus Problematika Islam dan Permasalahan Sosial Politik

    Get PDF
    Tulisan ini akan mengkaji bagaimana penyelarasan pemahaman atas dalil-dalil (dogma normatif) Islam sebagai agama dan ajaran yang sempurna pada era kekinian melalui dialektika dengan budaya dan kondisi tatanan sosial kekinian. Dan bagaimana formulasi reinterpretasi sikap beragama pemeluk agama Islam di Indonesia dalam rangka membumikan Islam yang bukan sekedar menjadi agama bagi pemeluknya, juga sebagai ajaran hidup untuk manusia. Untuk mengupas pembahasan ini, penulis menggunakan teori Internalisasi, Obyektivikasi, dan Eksternalisasi oleh Berger dan Luckman. Teori tiga proses konstruksi sosial ini dianggap penting, karena khususnya di Indonesia, Islam bukan saja menjadi agama, tetapi sudah menjadi agama yang membudaya. Hasil kajian ini menemukan bahwa problematika fenomena keagamaan yang kian dinamis di era kekinian menuntut Islam sebagai agama yang mencakup nilai-nilai universal hadir sebagai solusi. Tetapi masih banyak pemeluk agama Islam yang mengalami gagal paham dalam menghadirkan Islam sebagai solusi. Bahkan, menghadirkan wajah Islam sebagai sebuah masalah baru. Berimbas dari kontestasi antar kelompok/golongan/aliran/madzhab internal agama Islam, juga dengan pemeluk agama lain, yang sama-sama mengusung ego kebenaran masing-masing. Teori Konstruksi Sosial Berger menawarkan pembentukan ulang formulasi Islam yang terbarukan dan ramah terhadap perubahan budaya dan problematika; 1) Internalisasi; sebuah proses penguatan keyakinan (Iman) akan kebenaran yang dibawa oleh teks-teks normatif agama Islam. 2) Obyektivikasi; sebuah proses interaksi Islam sebagai agama, juga sebagai ilmu pengetahuan dengan kondisi sosial budaya pemeluknya.  3) Eksternalisasi. Sebuah proses penghasilan sikap dan tindakan yang selalu ramah dengan keragaman budaya lokal, tetapi juga tak sepenuhnya lepas dari teks normatif agama

    Interaksi Sosial antar Pemeluk Agama di Madinah Era Nabi Muhammad Saw Perspektif Kajian Hadis

    Get PDF
    The interaction between human beings, regardless of the differences, is a necessity. Also interaction and intercommunication between religious communities is no exception in this contemporary era. However, there are various narratives that are quite discriminatory in Islam which can be used as a basis for discriminating against and hating followers of other religions. Whereas in the early era of Islam, especially in the era of Medina, the Prophet Muhammad (PBUH) had interacted with followers of other religions, especially Jews, Christians, Magi (majusi), and Pagans. Even Medina before the Prophet's era was a fairly plural area in terms of belief and religion. This paper is written by asking questions (1) how was the social interaction at the beginning of the Prophet Muhammad in Medina from the perspective of hadith, and (2) what is the “basic idea” contained in the hadith narrations that recorded social interactions in Medina during the era of the Prophet Muhammad? The results of the research in this paper found that there were social interactions between religious communities that were quite intense and in the principle of helping each other and obeying the Prophet Muhammad as a leader. The basic idea in the hadith narrations that record social interactions at that time is that the Prophet Muhammad SAW punished or attacked people of other religions because of their disobedience and disobedience, not solely because of their beliefs.[Interaksi antar umat manusia, apapun perbedaannya, adalah hal yang niscaya. Tak terkecuali interaksi antar umat beragama di era kontemporer ini. Namun terdapat berbagai narasi yang cukup diskriminatif dalam agama Islam yang bisa dijadikan dasar untuk bertindak diskriminatif dan membenci pemeluk agama lain. Padahal pada era awal Islam, terutama pada era Madinah, Nabi Muhammad SAW telah berinteraksi dengan umat pemeluk agama lain, terutama Yahudi, Nasrani, Majusi, dan kaum Pagans. Bahkan Madinah sebelum era Nabi adalah daerah yang cukup plural dari sisi kepercayaan dan agama. Makalah ini ditulis dengan mengajukan pertanyaan (1) bagaimana interaksi sosial pada masa awal Nabi Muhammad di Madinah dalam perspektif hadis, serta (2) ide dasar apa yang terkandung dalam riwayat-riwayat hadis yang merekam interaksi sosial di Madinah pada era Nabi Muhammad SAW? Hasil penelitian dalam makalah ini menemukan bahwa terdapat interaksi sosial antar umat beragama yang cukup intens dan dalam prinsip saling membantu serta menaati Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin. Ide dasar pada riwayat-riwayat hadis yang merekam interaksi sosial pada masa tersebut adalah Nabi Muhammad SAW menjatuhkan hukuman atau menyerang umat beragama lain dikarenakan perilaku mereka yang tidak menaati serta membangkang, bukan semata-mata karena keyakinan yang mereka anut.

    SDGs and Islamic Studies: Fiqh Muamalat, Sustainable Development, and Maqashid Asy-Syari’ah

    Get PDF
    Sustainable development Goals (SDGs) are a form of development, or even a further form of the Millennium Development Goals (MDGs). The SDGs, which contain 17 Goals and 169 Targets, are a global action plan for the next 15 years (effective from 2016 to 2030), to end poverty, reduce inequality and protect the environment. This discourse on SDGs is a global discourse, Muslims, as a part of the global order, are also part of this discourse. In the SDGs discourse as a global discourse, the SDGs need to be studied through Islamic studies. This paper tries to portray how the SDGs are studied through Islamic studies, especially in relation to the scientific discipline of fiqh. This study is considered necessary because fiqh is often considered as something final and sacred, while the SDGs are something “new” and dynamic. This paper tries to find a meeting point between fiqh as an Islamic study, and the SDGs as a global discourse. The results in this paper show that fiqh, as a scientific discipline, also has future-oriented dimensions through empirical evidence in classical fiqh literature and empirical evidence in the form of developing a methodology for finding Islamic law (fiqh). In addition, SDGs can be proposed as the main theme for the benefit of mankind as a benchmark and measuring instrument to measure the level of achievement of Maqashid Ash-Shari'ah in the contemporary era

    PEMANFAATAN DANA HAJI DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF MAQĀṢID ASY-SYARĪ‘AH

    Get PDF
    Animo masyarakat muslim Indonesia dalam melaksanakan ibadah haji yang sangat tinggi mengakibatkan penumpukan daftar tunggu yang sangat panjang. Penumpukan daftar tunggu ini disertai dengan akumulasi dana BPIH setiap jamaah sebesar Rp. 25.000.000,- yang dikumpulkan dalam rekening BPKH. Potensi Dana Haji hingga kini tercatat lebih dari 90 Triliun rupiah. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji dan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji adalah payung hukum pengelolaan keuangan haji. Pengelolaan Keuangan Haji diwarnai oleh gagasan pemanfaatan Dana Haji untuk investasi infrastruktur di Indonesia, dan gagasan ini menuai kontroversi. Pemanfaatan Dana Haji yang begitu besar perlu ditinjau melalui perspektif Maqāṣid asy-Syarī„ah, guna mengukur sejauh mana pemanfaatan Dana Haji di Indonesia sejalan dengan tujuan-tujuan syariat. Begitu juga dengan gagasan pemanfaatan Dana Haji untuk investasi infrastruktur perlu ditinjau dalam perspektif Maqāṣid asy-Syarī„ah. Dua topik inilah yang menjadi rumusan masalah utama dalam penelitian ini. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang meneliti data-data dari bahan pustaka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah statute approach. Sumber data yang digubakan adalah data laporan pemanfaatan Dana Haji dan bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki otoritas, juga menggunakan bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Sedangkan metode analisa yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Dana Haji yang selama ini telah dilakukan melalui penempatan pada sektor SBSN belum mencapai Maqāṣid asy-Syarī„ah. Keterlambatan terbentuknya BPKH termasuk dalam faktor belum tercapainya Maqāṣid asy-Syarī„ah dalam Pengelolaan Keuangan Haji. Menggerakkan seluruh potensi keuangan dalam pemanfaatan Dana Haji di Indonesia menempati posisi Maqāṣid Parsial dalam Pengelolaan Keuangan Haji. Menggerakkan potensi keuangan pemanfaatan Dana Haji dapat dilakukan dengan melakukan investasi Dana Haji pada sektor infrastruktur nasional. Temuan secara teoritik adalah, teori The Evolution of Maqāṣid asy-Syarī„ah Jasser Auda, perlu dikembangkan kembali dengan cara dikerucutkan hingga pada tingkat Maqāṣid Cabang. Hal ini perlu dilakukan karena teori tersebut dirasa masih kurang operasional dan kurang aplikatif
    corecore