7 research outputs found

    Pemanfaatan Ruang Terbuka melalui Community Garden Sebagai Media Pembelajaran yang Terintegrasi dengan Intrakurikuler Sekolah Dasar

    Get PDF
    Kondisi Ruang Terbuka di lingkungan sekolah yang belum mendukung fungsi edukasi dan sosial bagi siswa menjadi kendala untuk mewujudkan pendidikan lingkungan yang terintegrasi dengan kegiatan intrakurikuler sekolah. Program PKM bertujuan untuk memberikan solusi berupa optimasi penggunaan RT sekolah melalui community garden sebagai media pembelajaran siswa terhadap lingkungan yang terintegrasi dengan intrakurikuler sekolah. RT sebagai media pembelajaran dapat menciptakan nuansa baru dalam proses belajar. Metode pelaksanaan PKM terbagi menjadi tiga tahapan yaitu, (1) Melakukan perencanaan analisis kebutuhan; (2) Mengimplementasikan program optimasi penggunaan melalui kebun komunitas sebagai media pembelajaran yang terintegrasi dengan intrakurikuler sekolah; (3) melakukan monitoring terhadap program PKM dan melakukan penyuluhan terkait kebun komunitas. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa RT dapat dioptimalkan melalui kebun komunitas, juga sebagai media pembelajaran siswa terhadap lingkungan. Pelaksanaan PKM diharapkan dapat mendukung terciptanya pendidikan lingkungan yang terintegrasi dengan kegiatan intrakurikuler sekolah dan mewujudkan lingkungan sekolah yang berkualitas serta sebagai pondasi untuk menciptakan generasi yang peduli lingkungan.Kondisi Ruang Terbuka di lingkungan sekolah yang belum mendukung fungsi edukasi dan sosial bagi siswa menjadi kendala untuk mewujudkan pendidikan lingkungan yang terintegrasi dengan kegiatan intrakurikuler sekolah. Program PKM bertujuan untuk memberikan solusi berupa optimasi penggunaan RT sekolah melalui community garden sebagai media pembelajaran siswa terhadap lingkungan yang terintegrasi dengan intrakurikuler sekolah. Adapun metode pelaksanaan PKM terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu (1) Melakukan perencanaan analisis kebutuhan; (2) Mengimplementasikan program optimasi penggunaan melalui kebun komunitas sebagai media pembelajaran yang terintegrasi dengan intrakurikuler sekolah; dan (3) melakukan monitoring terhadap program PKM serta melakukan penyuluhan terkait kebun komunitas. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa RT dapat dioptimalkan melalui kebun komunitas, juga sebagai media pembelajaran siswa terhadap lingkungan. Pelaksanaan PKM ini diharapkan dapat mendukung terciptanya pendidikan lingkungan yang terintegrasi dengan kegiatan intrakurikuler sekolah dan mewujudkan lingkungan sekolah yang berkualitas serta sebagai pondasi untuk menciptakan generasi yang peduli lingkungan

    Program Kemitraan Masyarakat: Pembuatan Identitas Merek dan Pembinaan Penerapan Branding untuk Meningkatkan Penjualan Usaha Mikro Kuliner Kupat Tahu Padalarang di Kecamatan Batujajar

    Get PDF
    This community partnership program aims to develop the Kupat Tahu Padalarang business in Kecamatan Batujajar, Jawa Barat by building a business brand identity, personal branding, excellent service, and good customer communication. The survey was conducted to obtain information on brand awareness, business conditions, and customer satisfaction before and after the program was implemented. The creation of a business brand identity starts with creating logo, banner, product packaging, employee uniforms, and structuring the business environment. Personal branding itself is created through the development of excellent service and good and friendly customer communication. Business brands that have been created have also been registered to protect business actors from imitating them. The brand is a capital that can be developed by business actors to be used in promotion on social media in order to increase business brand equit

    Cultural Innovation in Indonesia as a Development of the Creative Economy

    Get PDF
    Culture is a part of life that regulates the norms and habits of society. Culture takes two forms: material culture and non-material culture. Through the Creative Economy Agency, the creative economy has been promoted as one of the new pillars of the Indonesian economy. This study aims to analyze the culture-based creative industry as an option for advancing the creative economy in Indonesia. This study applies the theory of economic development by Joseph Alois Schumpeter to emphasize the creativity of entrepreneurs in using existing production factors to support economic activity. Data was collected from secondary data related to the cultural and creative economy. The results show that the creative industry in Indonesia has emerged as the answer to the creative economy system and has also shown rapid development. Practically, in Indonesia, abundant opportunities exist for a culture-based creative economy, spanning various sectors such as arts and tourism, awaiting innovation by industry actors. Government facilitation and increasing engagement from individuals further support this burgeoning creative landscape, aligning with the Ministry of Tourism and Creative Economy/Tourism and Creative Economy Agency’s  mission to bolster Indonesia's economy by 2030 through successful synergy between government and industr

    THE ROLE OF ENTREPRENEURIAL ORIENTATION IN BUILDING THE COMPETITIVE ADVANTAGE OF COFFEE SHOP

    No full text
    The increasing impact of covid-19, especially in the economic sector, has caused the government to impose a new policy called the new normal. This policy is expected to be able to restore business activities, including coffee shop businesses in the Bandung region, Indonesia. It is hoped that this new normal, sooner or later, will re-rotate the wheels of the economy. This current study aims to (1) identify the level of entrepreneurial orientation and competitive advantage of coffee shop business actors in Bandung in this new normal era, and (2) measure the role of entrepreneurial orientation in building competitive advantage. This research employed the quantitative method. The non-probability sampling with a purposive sampling technique was used to collect data from 100 respondents who were asked to fill in a questionnaire containing the Likert scale. The data were then processed by SPSS and analyzed using descriptive analysis, correlation analysis, regression analysis, coefficient determination analysis, and hypothesis testing. The results indicate that the entrepreneurial orientation and competitive advantage of coffee shop business actors in Bandung in this new normal era are at a “high” level, and entrepreneurial orientation has a significant role in building competitive advantage by 51.7%.

    Penempatan Produk pada Drama Korea terhadap Minat Pembelian Produk

    Get PDF
    Pemasar melihat pertumbuhan industri film saat ini sebagai peluang untuk mempromosikan produk mereka. Namun, banyak orang yang kesal dengan iklan di televisi saat menonton acara favorit mereka dan banyak yang memilih untuk beralih ke saluran TV lain ketika iklan itu muncul. Akibatnya, perusahaan merasa kurang efektif untuk menjual produk mereka di sela-sela acara TV. Penelitian ini mencoba menjelaskan kejadian tersebut dengan memanfaatkan konsep penempatan produk. Dengan semakin populernya drama Korea, beberapa perusahaan mulai memanfaatkannya sebagai sarana untuk mempromosikan produknya melalui penempatan produk. Berdasarkan theory of planned behavior (TPB), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penempatan produk dalam drama Korea terhadap minat beli. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sebanyak 413 responden dengan kuesioner dan diukur dengan Structural Equation Model pada aplikasi SMART PLS. Penelitian ini menunjukkan Simpati mendapat persepsi paling positif dan sikap memiliki pengaruh paling signifikan terhadap minat beli

    Peremajaan Merek Melalui Redesign Logo Usaha & Kemasan Wajit Cililin

    No full text
    Intense competition, uncertain market conditions, and social and lifestyle factors are often the reasons why a brand must always keep up with the times, either by changing some aspects of the brand partially or totally. Brands that experience stagnation or even losses have to be decided whether to be dismissed or retained. If the choice is maintained, then brand rejuvenation can be an alternative. Brand rejuvenation is an attempt to bring a brand that can’t make money into money-making with new positioning. Our partners, Wajit Cililin craftsman, have started their business decades ago. Since the business was founded, not many changes and innovations have been made in terms of supply so that partners are currently experiencing a phase of stagnation in their business. For this reason, the team offers a solution, namely a brand rejuvenation assistance program. The output of this program, in addition to the report, is also in the form of a scientific article, a scientific poster, and registration of intellectual property rights in the form of partners’ brands. Specifically, this program will produce logo and packaging designs for partners, to the point that the packaging is ready to use according to the design plan. The program consisted of a series of activities begins with a pre-survey to see the latest conditions of partners, personal interviews with potential partners to raise priority needs for which solutions will be made, literature studies to enrich to theoretical foundations of packaging design, surveys to get the preference of consumers, packaging design, packaging production process and evaluation of consumer perceptions of the logo and packaging that has been made.Persaingan yang ketat, kondisi pasar yang tidak menentu, dan faktor sosial maupun gaya hidup sering menjadi alasan mengapa sebuah merek harus selalu mengikuti perkembangan zaman, baik dengan mengubah beberapa aspek merek sebagian atau secara total. Merek yang mengalami stagnansi atau bahkan kerugian harus dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu diberhentikan atau dipertahankan. Jika pilihannya adalah dipertahankan, maka peremajaan merek dapat menjadi salah satu alternatifnya. Peremajaan merek adalah upaya untuk membawa merek yang tidak bisa menghasilkan uang menjadi dapat menghasilkan uang dengan positioning baru.  Mitra merupakan pengrajin wajit Cililin yang sudah memulai usahanya sejak puluhan tahun yang lalu. Sejak usaha mulai berdiri, tidak banyak perubahan dan inovasi yang dilakukan dari segi penawaran sehingga saat ini mitra mengalami fase stagnansi pada usahanya. Untuk itu tim menawarkan alternatif pemecahan solusi yaitu pendampingan peremajaan merek. Luaran dari kegiatan PKM kali ini disamping laporan PKM, juga berupa artikel ilmiah, poster pada SePa Polban dan pendaftaran HAKI berupa merek para mitra. Secara spesifik kegiatan PKM ini akan menghasilkan rancangan logo dan kemasan, hingga kemasan yang telah siap dipakai sesuai dengan hasil rancangan. Adapun rangkaian kegiatan PKM ini diawali dengan pra survey untuk melihat kondisi terkini mitra, wawancara personal dengan calon mitra untuk mengangkat prioritas kebutuhan yang akan dibuatkan solusinya, studi pustaka untuk memperkaya dasar-dasar teori mengenai perancangan kemasan, survey untuk mendapatkan selera konsumen dan calon konsumen, perancangan desain kemasan, proses produksi kemasan serta evaluasi persepsi konsumen terhadap logo dan kemasan yang telah dibuat
    corecore