12 research outputs found

    Identifikasi Gen Penyandi Protein A Bakteri Staphylococcus aureus Dari Susu Bovine Mastitis

    Get PDF
    The experiment to be done to show identification of encoding gene for bacterial protein A of Staphylococcus aureus. The first step of test was to prepare pure culture of Staphylococcus aureus. Milk samples were collected from mastitic cases at the afternoon milking time. Preparation of pure culture were confirmed by MS agar, hemolytic activity, catalase test and coagulase. The result showed that there was a encoding gene of bacterial protein A of Staphylococcus aureus with molecular size 110 bp. The characterization molecular weight of protein A was 55 kD. Key words: Staphylococcus aureus, Protein A, Mastitic Mil

    Preservation Effect of Grouper (Epinephelus sp) Fillet Against Survival of Anisakidae

    Get PDF
    This study was aimed to determine the effect of time and preservation method that the most effective in killing larvae Anisakidae, and still be able to maintain the quality post-preservation of fillet from three groups, combination of pickling with heating (50°C and 75°C ); pickling with cooling (ice and dry ice); and pickling with salting (dry salting and brine salting). This study was a laboratory experimental research carried out in four phases, phase identification, preservation, organoleptic test and protein test. The results can be concluded that the time of preservation and preservation methods affect the survival of anisakidae larvae. The most effective heating method preservation to kill the larvae Anisakidae was heating at temperature of 75°C compared to 50°C, for cooling the use of dry ice is more effective than ice, and for methods of salting with 25% concentration, brine salting and dry salting effective in killing larvae Anisakidae , The effect of the method preservation for the quality of fillets in organoleptic test still considered adequate and still can be accepted by the public. As for the protein test a slight decline of the fillet quality post-preservation.  Keyword : Preservation; Fillet of Grouper; Larva Anisakida

    Most Probable Number (MPN) Escherichia coli Dari Air Yang Digunakan Pedagang Makanan Di Sekitar Kampus Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

    Get PDF
    Changes of water quality can be affected by level of bacterial contamination in the water. one of bacteria that used as indicators of hygiene sanitary is escherichia coli. the purpose of this study was to measure the value of MPN of E. coli in the water used by food vendors around campus of veterinary medicine Faculty of Airlangga University. Ten water samples taken from ten food vendors. Most probable Number Method was used to determined the level E. Coli in contaminated water. the result of the study showed 8 samples contaminated with E. Coli with MPN Number ranges between 0 - 278 MPN/ml. This highest MPN value was sample A10 with value of 278 MPN/ml, while two sample s (A6 and A7) was 0 MPN/ml. keyword : Water, Escherichia Coli, MPN, Food, Food Vendor

    ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GEN PENYANDI PROTEIN A SEBAGAI FAKTOR VIRULENSI DARI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA KASUS MASTITIS SAPI PERAH

    Get PDF
    Mastitis adalah keradangan pada ambing dan umumnya berdampak paling jelek pada peternakan sapi perah yang terkait dengan masalah ekonomi dan produktivitas ternak. Penyakit tersebut tidak dapat diberantas tetapi dapat diturunkan angka kejadiannya dengan manajemen yang balk pada peternakan sapi perah tersebut. Mastitis menyebabkan kerugian ekonomi pada petani dengan beberapa jalan; hasii susu yang menurun, kualitas susu menjadi jelek atau terkontaminasi dengan anibiotika yang mengakibatkan produknya tidak dapat dijual, adanya biaya pengobatan, tingginya angka pengafkiran dan kadang-kadang mengakibatkan kematian. Susu yang diproses dalam industri juga merugi disebabkan oleh masalah kandungan antibiotika dalam susu yang dapat menurunkan kandungan kimiawi susu dan kualitas susu dari sapi perah penderita mastitis. Pemahaman tentang epidemiologi dari Staphylococcus aureus yang meliputi sumber penularan, alur penularan dan faktor resiko menghasilkan sistem pengendalian mastitis yang balk dengan agen penyakit Staphylococcus aureus di beberapa peternakan. Hal panting dari pengendalian Staphylococcus aureus adalah menyadari bahwa bakteri ini ditularkan dari sapi ke sapi selama proses pemerahan. Langkah higienis selama waktu pemerahan menurunkan perpindahan bakteri dari sapi ke sapi yang berdampak penurunan intramammary infection (IMI) yang baru. Tetapi hanya dengan sistem higienis pemerahan saja tidak cukup baik untuk pengendalian penyakit ini. Dengan tambahan pengobatan pada waktu kering dan khususnya pengafkiran bagi yang terinfeksi kronis diperlukan untuk menurunkan IMI oleh Staphylococcus aureus. Pengetahuan yang detail tentang bakteri Staphylococcus aureus akan memperoleh gambaran bahwa pemberantasan pada scat ini masih belum memungkinkan, khususnya adanya Staphylococcus aureus yang memproduksi beberapa faktor virulensi. Jadi investigasi dalam tingkat biologi molekuler harus dilakukan untuk pemecahan masalah mastitis. Pada penelitian ini digunakan 98 sampel sapi perah yang diambil susunya untuk diperiksa angka prevalensi mastitis pada Peternakan Nongkojajar. Dari sampel susu mastitis dilakukan identifikasi bakteri Staphylococcus aureus yang meliputi bentuk mikroskopis kokus bergerombol, sifat hemotisis tipe (3, katalase (+), koagulase (+) dan Gram (+). Karakterisasi biologi molekuler Staphylococcus aureus dengan mempergunakan pendekatan gen penyandi protein A dengan metode PCR, ekspresi gen protein A dengan metode SDS-PAGE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data prevalensi mastitis sapi perah dari peternakan sapi perah Nongkojajar dengan angka prevalensi 82,7%. Dengan pendekatan genotipik memakai bobot molekul gen penyandi protein A didapatkan gen penyandi dengan BM 110 bp. Hasil ekspresi dari gen penyandi protein A ditemukan dengan BM 55 kD

    Analisis Struktur Protein dan Penentuan Protein Immunogenik Viral Nervous Necrosis: Pencarian Prophy-Laxis Untuk Pencegahan Tingginya Mortalitas Kerapu Epinephelus fuscogutattus

    Get PDF
    Fish Nodavirus berbentuk icosahedral, tidak mempunyai envelope dengan diameter rata-rata 25 nm atu dengan kisaran 20-34 nm. Inti electron berukuran 13-21 nm, dikelilingi oleh lapisan jemih 5 nm. Virion terikat dengan membrane oleh endoplasmic reticulum atau bebas didalam sitoplasma, mungkin ada dalam susunan paracrystaline (Glazebrook et al., 1990 ; Breuil et ai, 1991; Block et al., 1991; Boonyaratpalin et al., 1996; Grotmol et al., 1997). Fish Nodavirus sekarang diklasifikasikan kedalam genus Betanovirus yang masuk kedalam Nodaviridae (Ball et al., 2000) yang berbeda dengan nodavirus dari insek ialah alphanodavirus. Nama virus secara resmi adalah barfin flounder nervosu necrosis (BFNNV), Dicentrarchus labrax encephalitis virus (DIEV), Japanese flounder nervous necrosis virus (JFNNV), Lates carcarifer encephalitis virus (LcEV), redspotted grouper nervosu necrosis virus (RGNNV), striped jack nervosu necrosis virus (SJNNV) and tiger puffer nervous necrosis virus (TPNNV). Selanjutnya dua nama sementara adalah Atlantic halibut nodavirus (AHNV) dan Malabar grouper nervous necrosis virus (MGNNV). Kematian kerapu disebabkan oleh VNN setelah konfirmasi dengan PCR dan vaksinasi dengan whole cell virus proteksi yang didapatkan adalah 29 persen. Vaksinasi dilakukan selama 45 hari dimulai pasa saat ikan berusia 30 hari dan diakhiri usia 80 hari. Selama vaksinasi kerapu diberi pakan Artemia salina sampai akhir penelitian. Kualitas air selama peneitian berlangsung adalah oksigen terlarut adalah 5 - 6 ppm, suhu 27 - 29°C, salinitas 31 - 32 ppm dan pH air 7,3 - 7,5. Kualitas air seperti ini sudah cukup baik untuk mendukung kehidupan ikan dan organime air lain. VNN juga tidak menular terhadap ikan yang hidup di air payau (bandeng) dan beberapa ikan air tawar (Iele, koi, koki, mujair, nila). PI berada pada kisaran normal ialah 5.8-9.2 dan berat molekul coat protein adalah 32-95 kDa

    Egg Drop Syndome ‘ 76

    Get PDF
    Egg drop syndrome ‘ 76 adalah suatu penyakit viral yang menyerang unggas terutama ayam dan itik. Kejadian penyakit egg drop syndrome ’76 ditemukan pertama kali oleh Van Eck di Belanda pada tahun 1976. Penyebab penyakit egg syndrome ’76 adalah adenovirus ungags yang dapat mengaglutinasikan erythrocyte ayam, termasuk dalam golongan DNA-virus. Virus penyebab EDS ’76 tahan terhadap ether, chloroform serta relative tahan pada pH 5.0 – 9.0 dan suhu udara antara 4 dereajad – 50 derajad celcius

    PETA RESISTENSI ANTIBIOTIKA KUMAN PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH DI WILAYAH KERJA KUD DADI JAYA PURWODADI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

    No full text
    Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi mastitis klinis dan sub klinis, jenis kuman penyebab mastitis, mengetahui antibiotika yang efektif yang dapat digunakan dalam pengobatan dan pengendalian mastitis secara tepat, serta untuk membuat peta kejadian mastitis dan resistensi kuman penyebabnya pada sapi perah di wilayah kerja Koperasi Unit Desa (KUD) Dadi Jaya, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Penelitian menggunakan sample susu dari 301 kwartir ambing yang berasal dari 76 ekor sapi perah, di 10 desa wilayah kerja KUD Dadi Jaya. Penentuan kasus mastitis sub klinis berdasarkan Californian Mastitis Test (CMT) dan mastitis klinis berdasarkan gejala klinis yang tampak. Penilaian kondisi hygiene dan sanitasi pemeliharaan sapi perah dilakukan dengan pengumpulan data kuestioner dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara langsung dengan peternak sapi perah. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif. Prevalensi mastitis klinis yang teramati 2,6 % dan mastitis sub klinis 42,11 % dari 76 ekor sapi perah yang diuji dengan California Mastitis Test. Sebanyak 28,24 % (85 sample) dari 301 sample susu kwartir menunjukkan basil uji CMT positif. Hasil isolasi dan identifikasi penyebab mastitis pada sapi perah adalah Staphylococcus spp. sebesar 13,3 %, Streptococcus spp. sebesar 5,3 %, E. coli 5,3 Hasil uji resistensi dari 23 isolat kuman penyebab mastitis terhadap 5 macam antibiotika menunjukkan Oxytetracyclin sangat efektif untuk Streptococcus spp. (100 %) dan E. coli Coliform (100 %), Cloxacillin dan Erythromycin mencapai efektifitas 90 % untuk Staphylococcus spp., serta Amphycillin, Cloxacillin dan Oxytetracyclin masing-masing hanya mencapai 50 % untuk E.coli. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak dan pengamatan langsung di kandang menunjukkan hampir secara keseluruhan peternak belum melakukan cara pengelolaan petemakan sapi perah yang memenuhi standar hygiene dan sanitasi yang minimal

    PENINGKATAN MUTU PROSES BELAJAR MENGAJAR MATA KULIAH ZOONOSIS MELALUI PEMBERIAN BAHAN AJAR DAN MEDIA AUDIOVISUAL

    Get PDF
    Mata Kuliah Zoonosis (MK Zoonosis) di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga merupakan salah satu mata kuliah wajib yang diberikan pada semester VIII dengan beban 2 SKS. MK Zoonosis pada Semester Genap 2005/2006 diberikan dalam 13 kali tatap muka perkuliahan dan empat kali evaluasi, meliputi Quiz-1, Ujian Tengah Semester (UTS), Quiz-2 dan Ujian Akhir Semester (UAS), serta dua kali tugas terstruktur dalam kelompok 10 – 12 orang mahasiswa setiap kelompok. Beberapa topik perkuliahan yang diberikan antara lain pendahuluan yang meliputi definisi dan klasifikasi zoonosis, serta organisasi international terkait seperti organisasi kesehatan hewan dunia (OIE), organisasi kesehatan dunia (WHO) dan organisasi pangan dunia (FAO); kemudian diberikan pula penyakit zoonotik yang sedang mewabah dan diawasi (Sapi Gila dan Flu Burung), serta penyakit zoonotik yang disebabkan oleh chlamydia, virus, jamur, bakteri dan parasit. Metode perkuliahan pada MK Zoonosis pada Semester Genap 2005/2006 dilaksanakan dengan berbagai perbaikan dalam penyajian perkuliahan, antara lain dengan materi presentasi menggunakan Power Point dengan bahasa Inggris, serta pemberian tugas terstruktur dalam kelompok 10 – 12 orang mahasiswa dalam setiap kelompok. Selain itu, telah disusun Bahan Ajar MK Zoonosis yang diharapkan dapat diterbitkan pada bulan Januari 2007 sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar pada semester genap 2006/2007. Penyajian perkuliahn MK Zoonosis dengan menggunakan program Power Point membuat perkuliahan menjadi lebih hidup, karena pengenalan penyakit zoonosis bias divisualisasikan dengan animasi walaupun masih sangat sederhana. Hal tersebut membuat mahasiswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti perkuliahan, terlihat dari hasil pooling questioner yang menunjukkan angka kepuasan mahasiswa diatas 70. Berdasarkan pengolahan hasil evaluasi menggunaka tujuh grade, diperoleh nilai mahasiswa dengan skala nilai A sampai dengan E, dengan jumlah mahasiswa yang mencapai nilai mata Kuliah Zoonosis khususnya nilai A, B, C dan D tahun ajaran 2005/2006 lebih banyak dibandingkan tahun ajaran 2004/2006. Berbeda halnya dengan nilai yang lain (AB, BC, C dan D) tahun 2005/2006 masih lebih unggul. Walaupun kemampuan kelas pada tahun ajaran 2005/2006 homogen, terlihat dari standard deviasi yang rendah (5,8), namun ternyata rata-rata kelas pada tahun ajaran 2005/2006 makin menurun, hal ini bisa disebabkan oleh kemampuan mahasiswa tahun 2004/2005 berbeda dengan mahasiswa tahun 2005/2006, selain itu kemungkinan juga karena sebagaian besar perkuliahan yang disajikan dalam bahasa Inggris

    Gambaran Resistensi Antibiotika Kuman Salmonella sp yang Diisolasi dari Daging Sapi

    No full text
    The aim of the study was to determine Salmonella sp susceptibility to antibiotic. Samples were obtained from beef then were isolated and identified of Salmonella sp due to it’s characteristic of rod shape, Gram-negative, black coloni on BSA medium, and the ability to produce alkalis - base, gas and H2S in TSIA medium, and Citrat positive. Seven isolates out of 21 samples were identified as Salmonella sp. The Antibiotica susceptibility was than tested by disk diffusion method according to Kirby-Bauer using 10 antibiotic disks as follows: Ampicillin, Ciprofloxacin, Chloramphenicol, Cloxacillin, Erythromycin, Gentamycin, Nalidixic Axid, Oxytetracycline, Penicillin and Tetracycline. The result showed that: 100 % Salmonella sp isolates were susceptible to Gentamycin and Ciprofloxacin; 42,8% were intermediate to Chloramphenicol, 28,5% were intermediate to Nalidixic Axid; and only 14,3% were susceptible to chloramphenicol, Nalidixic Axid, Oxytetracycline and Tetracycline; while it were 100% Resistance to Ampicillin, Cloxacilline, Erythromycin and Penicilline; 85,7% were resistant to Oxytetracycline and Tetracycline; 57,2% were resistant to Nalidixic Axid and 42,8% were resistance to Chloramphenicol. Keywords : Salmonella sp, beef shank, susceptibility test

    PETA RESISTENSI ANTIBIOTIKA KUMAN PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH DI WILAYAH KERJA KUD DADI JAYA PURWODADI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi mastitis klinis dan sub klinis, jenis kuman penyebab mastitis, mengetahui antibiotika yang efektif yang dapat digunakan dalam pengobatan dan pengendalian mastitis secara tepat, serta untuk membuat peta kejadian mastitis dan resistensi kuman penyebabnya pada sapi perah di wilayah kerja Koperasi Unit Desa (KUD) Dadi Jaya, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Penelitian menggunakan sample susu dari 301 kwartir ambing yang berasal dari 76 ekor sapi perah, di 10 desa wilayah kerja KUD Dadi Jaya. Penentuan kasus mastitis sub klinis berdasarkan Californian Mastitis Test (CMT) dan mastitis klinis berdasarkan gejala klinis yang tampak. Penilaian kondisi hygiene dan sanitasi pemeliharaan sapi perah dilakukan dengan pengumpulan data kuestioner dengan cara pengamatan lapangan dan wawancara langsung dengan peternak sapi perah. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif. Prevalensi mastitis klinis yang teramati 2,6 % dan mastitis sub klinis 42,11 % dari 76 ekor sapi perah yang diuji dengan California Mastitis Test. Sebanyak 28,24 % (85 sample) dari 301 sample susu kwartir menunjukkan basil uji CMT positif. Hasil isolasi dan identifikasi penyebab mastitis pada sapi perah adalah Staphylococcus spp. sebesar 13,3 %, Streptococcus spp. sebesar 5,3 %, E. coli 5,3 Hasil uji resistensi dari 23 isolat kuman penyebab mastitis terhadap 5 macam antibiotika menunjukkan Oxytetracyclin sangat efektif untuk Streptococcus spp. (100 %) dan E. coli Coliform (100 %), Cloxacillin dan Erythromycin mencapai efektifitas 90 % untuk Staphylococcus spp., serta Amphycillin, Cloxacillin dan Oxytetracyclin masing-masing hanya mencapai 50 % untuk E.coli. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak dan pengamatan langsung di kandang menunjukkan hampir secara keseluruhan peternak belum melakukan cara pengelolaan petemakan sapi perah yang memenuhi standar hygiene dan sanitasi yang minimal
    corecore