16 research outputs found

    Penentuan Hidrokuinon Dalam Sampel Krim Pemutih Wajah Secara Voltammetri Menggunakan Screen Printed Carbon Electrode (SPCE)

    Get PDF
    Hydroquinone in whitening face cream has been banned since 2008, but is still found facial bleaching creams containing hydroquinone. Therefore, in this study have been developed voltammetric method for the determination hydroquinone in face whitening cream. This study has been carried out optimization of pH and measurement conditions. Optimizationof pH has been done in cyclic voltammetry, while the optimization of measurement carried out by differential pulse voltammetry. In this study, using a screen printed carbon electrode with a three electrode system. The results showed that the increase in pH causes a decrease in the anodic peak potential (Epa) of hydroquinone. The optimum conditions resulted at pH 2 in which the anodic current (Ipa) is the highest. The optimum condition resulted at high pulse 200 mV and scan rate at 15 mV/sec. The linear regression concentration is 1-100 μM, limit of detection is 0.015 μM and sensitivity is 0.0652 μM/µA. The results showed that the concentration of hydroquinone in the face whitening cream samples ranged from 0 to 0.02%DOI :http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v0i0.3145

    Pengaruh Ph dan Jumlah Kitosan Modifikasi pada Ekstraksi Fasa Padat Tembaga(i)tiosulfat

    Get PDF
    Kitosan modifikasi dapat digunakan sebagai fasa padat pada ekstraksi tembaga(I)tiosulfat. Efisiensi ekstraksi bergantung pada pH dan jumlah fasa padat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pH dan jumlah kitosan modifikasi terhadap efisiensi ekstraksi tembaga(I)tiosulfat. Modifikasi kitosan menggunakan senyawa TMAS (Trimetilamine Sulfur Trioxide) yang direaksikan dalam larutan Na2CO3. Pengaruh pH dipelajari pada kisaran pH 4-10 dengan kitosan modifikasi yang digunakan sebanyak 0,1 g. Pengaruh jumlah kitosan modifikasi dipelajari pada 0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25 g kitosan modifikasi. Ekstraksi dilakukan untuk mengekstrak 10 mL tembaga(I)tiosulfat 10 ppm baik pada pengaruh pH maupun pengaruh jumlah kitosan modifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pH dan jumlah kitosan modifikasi mempengaruhi efisiensi ekstraksi tembaga(I)tiosulfat. Efisiensi ekstraksi optimum diperoleh pada pH 6 dan peningkatan jumlah kitosan modifikasi sebanding dengan jumlah tembaga terekstrak

    Optimasi Pembuatan Biosensor Diazinon Menggunakan Enzim Alkalin Fosfatase di Permukaan Spce–kitosan

    Full text link
    Kinerja biosensor didasarkan pada reaksi hidrolisis diazinon menjadi O,O dietil fosforotioat, 2-isopropil-6-metil pirimidin-4-ol dan ion H+ yang dikatalisis oleh alkalin fosfatase (ALP). Kinerja biosensor dipengaruhi oleh ALP yang teramobil, luas permukaan elektroda dan metode amobilisasi enzim. Pada penelitian ini alkalin fosfatase diamobilkan pada membran kitosan-glutaraldehid di permukaan SPCE. Pengukuran diazinon dilakukan pada pH larutan 8,5 dengan ALP sebanyak 0,325; 0,650; 0,975; 1,30; 1,65 mg yang diamobilkan secara adsorpsi. Luas SPCE dipelajari pada 5 mm ´ 1,5 mm dan 7 mm ´ 1,5 mm. Tahap akhir adalah karakterisasi biosensor menggunakan metode amobilisasi adsorpsi dan ikatan silang. Hasil penelitian menunjukkan kinerja optimum diperoleh pada massa ALP amobil 1,65 mg secara ikatan silang, luas SPCE 5 mm ´ 1,5 mm, dengan kisaran konsentrasi (0,27 - 1,5) ppm, kepekaan 32,61 mV/ppm, dan batas deteksi 0,27 ppm

    Pengaruh Massa Organofosfat Hidrolase dan Luas Elektroda terhadap Kinerja Biosensor Konduktometri untuk Mendeteksi Residu Pestisida Klorpirifos dan Profenofos Berbasis Spce-kitosan

    Full text link
    Batas maksimum residu (BMR) dari profenofos dan klorpirifos pada buah-buahan dan sayuran, yaitu berturut-turut 0.05 – 0.5 mg/kg dan 0.05 – 0.1 mg/kg. Tujuan dari penelitian adalah pembuatan biosensor untuk mendeteksi profenofos dan klorpirifos. Penelitian mempelajari pengaruh massa Organofosfat hidrolase dan luas elektroda terhadap kinerja biosensor. Massa OPH dipelajari menggunakan massa 142 µg dan 177 µg yang diamobilkan pada elektroda SPC berbasis kitosan. Luas elektroda dioptimalisasi pada luas 3, 5 , dan 7. Biosensor dievaluasi menggunakan larutan profenofos dan klorpirifos pada konsentrasi 0 – 0.1 ppm dalam buffer tris-asetat pada pH 8,5. Hasil penelitian menunjukkan biosensor dengan OPH 177 µg menunjukkan kinerja yang lebih baik. Kepekaan biosensor lebih tinggi ditunjukkan oleh biosensor dengan luas elektroda 5 mm2 dengan kepekaan 93 µS/ppm and 174 µS/ppm berturut-turut untuk klorpirifos dan profenofos. Limit deteksi yang didapatkan adalah 0.05 ppm untuk klorpirifos dan 0.04 ppm untuk profenofo

    Pengaruh Konsentrasi Cetyltrimethylammonium Benzoat Dan Ph Larutan Terhadap Kinerja Elektroda Selektif Ion Benzoat Berbasis Screen Printed Carbon Electrode

    Full text link
    Benzoat merupakan bahan pengawet makanan dan minuman yang diperbolehkan pemerintah Indonesia. Tingkat maksimum benzoat dalam makanan dan minuman adalah 600-1000 ppm. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan elektroda ion selektif benzoat (ESI-benzoat). Desain dari ESI-benzoat berbasis pada Screen printed carbon electrode(SPCE). SPCE dilapisi oleh cetyltrimethylammonium benzoat (CTBz) di dalam kitosan. Oleh karena itu, penelitian ini akan dipelajari pengaruh konsentrasi CTABz dan pH terhadap kinerja ESI-benzoat. Kinerja ESI-benzoat ditunjukkan oleh bilangan Nernst , kisaran konsentrasi, batas deteksi, dan respon waktu. Pada penelitian ini, ESI-benzoat dibuat dari CTABz dalam kitosan adalah 0,5 %; 1 %; 1,5 %; 2 %; dan 2,5 % (b/v) dan pH yang dipelajari dari 4 hingga 9. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi CTABz dan pH berpengaruh terhadap kinerja ESI-benzoat. Konsentrasi CTABz dan pH yang optimum adalah 0,5% dan pH 8. ESI-benzoat mempunyai bilangan Nersnt sebesar 43,2 ± 0,27 mV / dekade pada kisaran konsentrasi benzoat 1x10-4 sampai 1x10-1 M (12,11 ppm sampai 12,110 ppm). Batas deteksi dari ESI-benzoat adalah 1,44 x10-4 M dan waktu respon 60 detik. Batas deteksi lebih rendah daripada tingkat maksimum benzoat dalam makanan dan minuman.

    Penentuan Kafein secara Amperometri Denyut Menggunakan Elektroda Karbon Screen-printed

    Get PDF
    Caffeine is usually used as an additive in drinks, foods and medicines. Caffeine has a negative effect on the human body so ithas a limited dose to consume. Amperometric detection can be used to measure caffeine by using SPCE. Determination of caffeine by amperometry can use single-pulse (SPA) and double-pulse (DPA). SPA applied detection potential 1,3 V (0,05 s) and has limit of detection 22 µM. DPA applied detection potential 1,3 V (0,05 s) and cleaning potential 0,35 V (0,1 s) and has limit of detection 0,9 µM. DPA was used to measure caffeine in sample of energy drinks and it concludes good accuracy

    Pemisahan Cu2+ Dan Cd2+ Menggunakan Silika-kitosan Sebagai Fasa Padat

    Full text link
    Ion Cu2+ dan Cd2+ dapat dipisahkan dengan menggunakan metode ekstraksi fasa padat (EFP). Pada penelitian ini digunakan silika-kitosan sebagai fasa padat dan EDTA sebagai eluen. Proses EFP ion Cu2+ dan Cd2+ menggunakan sistem kromatografi kolom. Faktor yang mempengaruhi ekstraksi ion Cu2+ dan Cd2+ adalah pH, konsentrasi eluen, serta panjang kolom. Pengaruh pH eluen yang dipelajari adalah 6 hingga 10 menggunakan buffer fosfat 0,1 M. Konsentrasi eluen yang dipelajari untuk pemisahan ion Cu2+ dan Cd2+ sebesar 0,01 M; 0,05 M; dan 0,1 M. Panjang kolom yang dipelajari adalah 0,3 cm dan 0,6 cm. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi optimum pemisahan ion Cu2+ dan Cd2+ terjadi pada pH 7 dan panjang kolom 0,6 cm. Elusi dilakukan secara bergradien dengan 3,5mL EDTA 0,05 M dan 3,5mL EDTA 0,2 M. Recovery (%recovery) pemisahan ion Cu2+ dan Cd2+ secara berturut-turut sebesar 96,13% dan 83,24%

    Kinerja Biosensor Konduktometri Berbasis (Screen Printed Carbon Electrode) SPCE––Kitosan Untuk Deteksi Diazinon, Malation, Klorpirifos Dan Profenofos

    Get PDF
    The performance of biosensor is based on the hydrolysis reaction of organophosphorus compounds catalyzed by organophosphate hydrolase (OPH), produce H+ and the other ionic species that increase conductance on the surface of electrode. In this research, OPH was immobilized by crosslinking on chitosan–glutaraldehyde membrane on the (Screen Printed Carbon Electrode) SPCE surface. Measurements were carried out at the range concentration 0 to 3.0 ppm of organophosphate, the range of pH 7.0 to 9.0 and 5–25 mL of enzyme. The result showed that optimum performances were obtained at 25 mL of OPH, pH 8.5, with the sensitivity for dizinon, malathion, chlorpirifos and profenofos is 1.353 mS/ppm, 1.270 mS/ppm, 1.230 mS/ppm dan 1.77 mS/ppm respectively and 0.97; 1.03; 0.98; 0.97 of LOD. DOI :http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v0i0.3156

    Pengaruh Konsentrasi Fase Penerima Terhadap Transpor Fosfat Melalui Polymer Inclusion Membrane (Pim) Berbasis Pvc-aliquat 336

    Get PDF
    Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi NaCl sebagai fase penerima terhadap konstanta permeabilitas dan efisiensi transpor fosfat melalui Polymer Inclusion Membrane (PIM). Tahap awal penelitian dilakukan dengan pembuatan Polymer Inclusion Membrane. Larutan NaCl dengan konsentrasi 0,05; 0,1; 0,5; dan 1 M digunakan untuk percobaan pengaruh konsentrasi fase penerima. Percobaan dilakukan menggunakan sel difusi. Konsentrasi analit diukur dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi fase penerima yang memberikan harga konstanta permeabilitas fosfat yang paling baik adalah NaCl 1 M dengan harga sebesar 7,47×10-4 mL/min.cm2 dan efisiensi transpor 60,2%
    corecore