52 research outputs found

    Sawer Panganten Tuntunan Hidup Berumah Tangga di Kabupaten Bandung

    Full text link
    Suku bangsa Sunda menghuni hampir seluruh daerah Jawa Barat, satu suku bangsa yang jumlahnya besar. Sebagai satu suku bangsa yang jumlahnya besar, suku bangsa Sunda mempunyai tata cara hidup, adat kebiasaan, dan budaya. Memang terdapat akulturasi dan integrasi dengan kebudayaan lain yang datang dari luar, tetapi masih terdapat hal-hal asli seperti yang kita dapatkan dalam berbagai upacara adat. Upacara adat pernikahan misalnya, upacara ini merupakan warisan adat budaya lama yang masih dilaksanakan di berbagai tempat di Jawa Barat. Sawer (nyawer) adalah salah satu adat kebiasaan pada orang Sunda, yang termasuk ke dalam tata cara upacara adat pernikahan. Kata-kata dalam sawer umumnya mempergunakan bahasa yang sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga isi, tema dan amanat mudah dipahami. Sawer perlu diteliti, selain karena merupakan warisan budaya yang mempunyai nilai kerohanian, juga karena puisi sawer merupakan bagian dari khasanah sastra Sunda, yang salah satunya dapat berfungsi sebagai alat pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yakni mendeskripsikan data dan menganalisis data yang dikumpulkan. Hasil pengumpulan data disusun, dianalisis, ditafsirkan, dan dideskripsikan

    Puisi Sisindiran Bahasa Sunda di Kabupaten Bandung (Kajian Isi dan Fungsi)

    Full text link
    Menyindir Sindiran adalah salah satu bentuk Puisi Sunda lama yang terdiri atas sampiran dan isi. Namun demikian kepuisiannya terbatas pada rima dan irama, bukan pada diksi dan imajinasi seperti halnya puisi modern (sajak). Bahasanya mudah dipahami seperti bahasa sehari-hari. Sisindiran “pantun” merupakan Puisi rakyat yang sangat digemari masyarakat. Sisindiran dapat mengungkapkan perasaan, keadaan lingkungan, dan situasi masyarakat desa, petani, dan lain sebagainya. Biasanya dituturkan dalam suasana santai, berkelakar, dan suasana formal, misalnya dalam upacara adat perkawinan, melamar, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, sangat luwes, mudah memasuki berbagai gendre sastra lainnya, seperti cerita pantun, wawacan, novel, cerpen, novelet bahkan muncul juga pada puisi modern. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis yaitu seluruh data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan, kemudian dianalisis dengan cara dikaji dan diklasifikasikan menurut struktur, isi, dan fungsi yang dikandungnya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) sisndiran dalam bentuk tertulis merupakan dokumentasi pengawetan karya sastra agar tidak mengalami kepunahan, (2) Menunjang kemudahan untuk menyusun sejarah sastra, serta pengembangan teori sastra, khsusnya sastra lisan Sunda, (3) Hasil pendokumentasian ini akan bermanfaat untuk perbendaharaan bahasa, sastra, dan budaya daerah. Hasil dari penelitian diharapkan menjadi bahan bacaan yang dapat menuntun generasi berikut ke jalan kebaikan melalui ungkapan yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung

    Kearifan Lokal Orang Sunda dalam Ungkapan Tradisional di Kampung Kuta Kabupaten Ciamis

    Full text link
    Masyarakat Sunda termasuk salah satu etnis yang sangat bangga dengan bahasa dan budayanya. Dalam Bahasa Sunda dikenal babasan dan paribasa yang merupakan ungkapan tradisional atau idiom suku Sunda. Isi dari babasan dan paribasa merupakan nilai-nilai dan kearifan lokal orang Sunda pada umumnya. Dalam babasan dan paribasa banyak sekali kearifan lokal yang terkandung didalamnya. Nilai dan kearifan lokal ini yang harus tetap dijaga dan dijadikan falsafah hidup orang Sunda. Kearifan lokal mengandung nilai, kepercayaan, dan sistem religi yang dianut masyarakat setempat.Kearifan lokal pada intinya kegiatan yang melindungi dan melestarikan alam dan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji dan melestarikan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat. Penelitian kearifan lokal dilakukan pada masyarakat adat Kuta di Kabupaten Ciamis yang berfokus pada babasan dan paribasa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dalam bentuk kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi partisipasi/pengamatan, wawancara mendalam dengan beberapa informan dan pengunjung, serta studi pustaka. Data yang dianalisis meliputi: Makna yang terkandung dalam kearifan lokal babasan dan paribasa, terutama yang mengatur tentang manusia sebagai pribadi, hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan

    Puisi Pupujian dalam Bahasa Sunda

    Full text link
    Sebagai media pendidikan, puisi pupujian mempunyai fungsi sosial. Di Tatar Sunda, umumnya puisi pupujian berbahasa Sunda dinyanyikan di mesjid-mesjid, musola-musola, pesantren-pesantren atau di tempat-tempat pengajian lain. Di mesjid dan musola, waktu pupujian biasanya berlangsung antara azan dan qomat. Di pesantren dan madrasah, pupujian dinyanyikan pada saat pelajaran berlangsung. Di tempat pengajian anak-anak atau ibu-ibu, puisi pupujian dinyanyikan sebelum atau sesudah mengaji

    Makanan Tradisional di Kabupaten Ciamis

    Full text link
    Makanan merupakan kebutuhan yang esensial bagi manusia. Keberadaan makanan tersebut dibutuhkan sebagai sumber energi dan zat tertentu untuk mengatur proses metabolisme. Eksistensi makanan dalam kehidupan masyarakat tidak terbatas hanya untuk memenuhi kepentingan tersebut. Ada nilai sosial atau makna lainnya yang tersirat di Balik rasa, warna, dan bentuk suatu makanan. Wujud akhir dari proses tersebut adalah terciptanya jenis dan bentuk makanan berikut Peruntukannya, seperti makanan untuk upacara adat atau kenduri, makanan untuk persembahan kepada entitas supranatural, dan makanan dibuat pada saat-saat tertentu. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendokumentasikan jenis-jenis makanan yang ada di kabupaten Ciamis. Metode penelitian yang digunakan bersifat deskripsi dengan pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data berupa wawancara dan pengamatan. Respon kebudayaan terhadap kebutuhan dasar berupa makan akan beragam, mengingat beranekanya kebudayaan yang dimiliki manusia. Tidaklah heran jika budaya masyarakat Indonesia di seputar makan pun akan berbeda antara suku bangsa yang satu dan lainnya. Perbedaan pun terjadi pada suku bangsa yang sama, namun menempati lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan transenden yang berlainan. Dengan demikian perihal makan ini ada di bawah kendali kebudayaan. Beberapa respon kebudayaan di seputar kebutuhan dasar berupa makan di antaranya perilaku makan, cara mendapatkan, mengolah dan membuat makanan, dan makanan sendiri sebagai hasil dari proses

    Upacara Perkawinan Adat Sunda di Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

    Full text link
    Upacara perkawinan adat Sunda lazimnya disebut Upacara Nikahkeun (dalam bahasa Sunda halus) atau Ngawinkeun (dalam bahasa Sunda kasar), yang artinya menikahkan atau mengawinkan. Nikah atau kawin mengandung arti bersatunya dua insan (laki-laki dan perempuan) yang disahkan secara agama dan oleh negara untuk hidup sebagai suami istri. Atau dengan kata lain, nikah adalah kesepakatan dua insan yang berlainan jenis untuk mengadakan ikatan guna membentuk keluarga atau rumah tangga untuk mencapai keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendokumentasikan salah satu jenis upacara tradisional yang ada di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat agar orang Sunda, terutama generasi mudanya dapat mengetahui, memahami, dan menyayangi budaya sendiri. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa upacara-upacara baik yang dilakukan sebelum acara pernikahan (Ngalamar, Ngeuyeuk Seureuh, Seserahan) maupun setelah pernikahan (Sawer, Ninjak Endog, Buka Pintu, Ngunduh Mantu) masih tetap dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Bandung

    Dampak Perubahan Temperatur Lingkungan Terhadap Temperatur Puncak Las Dan Laju Pendinginan Sambungan Dissimilar Metal Menggunakan Las Mlg

    Full text link
    The failure of dissimilar weld joint happen to train contructions because of unweld joint quality optimal.This research used MIG welding with CO2 gas shield. The welding current used was 110 Ampere with wire diameter 0.8mm, welding velocity 2 mm/s, gas rate of CO2 was 5L/mnt. Temperature measurement distance towards welding center was 5 mm and 10mm. The joint plate was low carbon steel ST37 and austenitic stainless steel SS 304 with thickness 4mm. In order to obtain the temperature, thermocouple was used complated with ADC and computer to display and graph. Enviroment temperature was variated with room temperature 100 ÂșC, 200 ÂșC and 250 ÂșC. The low peak temperature cause cooling rate post welding deacreased, which was shown trough the decreasing shape of cooling graph. The higher the enviroment temperature, the lower welding peak temperature. It happen to both ST37 and SUS 304. The peak temperature and cooling rate post welding of SUS 304 was lower than ST37. The distribution of peak temperature similar the incrase of enviroment temperature. The most similar and lowest peak distribution of enviroment temperature was obtained 250ÂșC

    Potential Energy of Ocean Current for Electric Power Generationin Coastal Areas of East Flores, NTT

    Get PDF
    The electrical energy is one of the important needs for coastal communities particularly in small islands that has not reached by national electricity network. In order to fulfill this particular electricity needs, we do variety diversification efforts, such as the utilization of the ocean currents. The purpose of this survey is to recognize the morphology of seafloor and characteristic of hydro-oceanography as a fixed reference location in using the current energy. The study area is in the Larantuka Strait between Flores and Adonara islands which is part of the Flores Strait, East Nusatenggara Province. The methods of this study are current measurements, tidal and meteorological parameter observations, condition of coastal morphology and seafloor of the study area. The result show that, the location for turbine position is in area with relatively gentle slope morphology at a 20 meters water depth and it is close to local community. Based on the analysis of ADCP mobile current measurement, the minimum current velocity is 0.004 m/sec and maximum 3.68 m/sec. Whereas, from the ADCP static measurements the current velocity is from 0.002 m/sec to 2.83 m/sec. This condition is closely related to the semi-diurnal tide type in the study area, with two pairs of flood and web events within 24 hours. Therefore, the results of ocean current energy analysis indicate that the study area is very potential for using as a power plant location

    Implementation of Problem Based Learning in Efforts to Increase Class V Scientific Attitude in Natural Science Learning in Primary School

    Full text link
    This research purpose to increase the scientific attitude in the fifth grade students learning sains through the application of Problem Based Learning in Elementary School Caturtunggal 7 Depok Sleman, Yogyakarta. The subject of this research is the fifth grade elementary school students Caturtunggal 7 Depok, Sleman, amounting to 16 students. This type of research is Classroom action research are held in two cycles of action. Data collection instruments used were sheets of observation, interviews, and camera digital. The validity of the instruments is done through expert judgment. The data have been collected were analyzed by descriptive quantitative and qualitative. Quantitative descriptive analysis was used to compare the percentage of the value of each student step by step. The results showed that with applied Problem Based Learning in sains learning can increase students scientific attitude fifth grade in Elementary school Caturtunggal 7 Depok Sleman, Yogyakarta. This is indicated by the increasing number of students who scored higher than 75% of the initial condition until the second cycle. At the beginning there were 4 students (25%) reached KKM. The average grade achieved is 51.93. In cycle I have 9 students (56.25%) reached KKM. The average grade achieved was 66. In the second cycle there were 13 students (81.25%) reached KKM. The average grade achieved is 77.56
    • 

    corecore