9 research outputs found

    Perkembangan Kartu Kredit di Indonesia

    Get PDF
    Kartu kredit pertama kali diperkenalkan pada tahun 1900-an di Amerika Serikat. Sistem ini dikenal dengan nama "Charge-It" dan diperkenalkan oleh seorang bankir bernama John Biggins dari Flatbush National Bank of Brooklyn. Tujuannya adalah untuk memudahkan konsumen (nasabah bank tersebut) dalam bertransaksi dengan toko-toko atau merchantmerchant yang juga menjadi nasabah di bank tersebut. Kartu kredit memiliki bentuk hampir mirip dengan kartu ATM, ataupun kartu Debit. Ukuran kartu kredit biasanya standar seperti kartu identitas, SIM. Dengan model dan warna bervariasi. Ciri-ciri yang ada di kartu kredit yaitu logo bank, nomor kartu, nama pemilik, masa berlaku kartu, logo perusahaan pembayaran internasional, chip, pita magnetis, panet tanda tangan. Perkembangan bisnis kartu kredit di Indonesia, terlihat dari terus bertambahnya jenis kartu kredit yang diterbitkan, meningkatnya jumlah nasabah, dan melonjaknya jumlah kartu kredit beredar maupun nilai transaksinya dalam enam tahun terakhir (2005–2010). Pada tahun 2005 jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia tercatat 8,34 juta kartu dengan nilai transaksi Rp 51,67 triliun, tahun 2009 jumlah kartu beredar telah menjadi 13,41 juta kartu dengan nilai transaksi Rp 137,25 triliun. Hingga akhir tahun 2010, jumlah kartu kredit beredar di Indonesia diprediksi mencapai sekitar 14,15 juta kartu dengan nilai transaksi sekitar Rp 157,48 triliun

    Perubahan Penggunaan Lahan dan Sosial Ekonomi Rumahtangga Petani Terdampak Gempa Bumi, Likuifaksi, dan Tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah

    Get PDF
    Changes in agricultural land after the earthquake, soil liquefaction, and tsunami in Central Sulawesi Province affected the socio-economic conditions of the community. This research aimed to analyze changes in paddy land use and socio-economic conditions after the earthquake, soil liquefaction, and tsunami. The research was conducted purposively in Sigi and Donggala districts by using cross-section data of 503 farmer groups. The method used was descriptive and economic analysis. The results showed that there was a decrease in the area of agricultural land from 30 363.3 hectares to 7 356.08 hectares. Before the earthquake, the land was used for rice, corn and horticultural farming, while after the disaster, the land was only used for horticultural and cocoa farming activities. The socioeconomic changes in households affected by the disaster were the decrease in farming activities (on-farm to off-farm) and the average monthly income in the non-agricultural sector became higher than the agricultural sector. Nonetheless, the government needs to support the improvement of infrastructure and capital to increase farming performance. Keywords: land, soil liquefaction, post-earthquake, socio-economy, and tsunam

    Antologi Payaman

    Full text link
    Desa Payaman merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus yang berbatasan dengan Desa Jepang di sebelah utara, Desa Kirig di sebelah timur, Desa Karangrowo di sebelah selatan dan Desa Gulang sebelah barat. Desa Payaman memiliki tiga dukuh diantaranya, dukuh Bancak, dukuh Payaman dan dukuh Karanganyar. Dimana pada Dukuh Bancak terdiri dari empat RW yang kemudian terbagi menjadi tiga hingga empat RT pada masing-masing RW. Dukuh Payaman hanya terdiri dari satu RW yang terbagi menjadi empat RT. Sedangkan untuk Dukuh Karanganyar terdiri dari dua RW yang terbagi menjadi tiga RT disetiap RW. Antologi adalah kumpulan karya tulis dari beberapa orang. Penyusunan buku ini tetap mengedepankan, faktualitas dan orisinalitas, data digali dengan menggunakan metode wawancara dan pendataan atau observasi langsung di lapangan. Buku yang berjudul “Antologi Payaman” ini semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca terlebih lagi bagi penduduk Desa Payaman
    corecore