140 research outputs found
Pengaruh Substitusi Tepung Singkong Terfermentasi dan Tepung Kacang Merah Terhadap Kadar Protein, Kadar Serat, dan Daya Terima Cake
Pendahuluan : Substitusi tepung singkong terfermentasi dan tepung kacang merah dalam pembuatan cake selain dapat mengurangi ketergantungan masyarakat akan tepung terigu, diharapkan juga dapat meningkatkan protein dan serat pada cake tersebut sehingga dapat dikonsumsi semua kelompok
masyarakat khususnya penderita beberapa penyakit degeneratif.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung singkong terfermentasi dan tepung kacang merah terhadap kadar protein, kadar serat, dan daya terima cake.
Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 taraf perlakuan dan 3 kali replikasi. Perbandingan komposisi tepung terigu, tepung singkong terfermentasi, dan tepung kacang merah pada P0 (80:0:0), P1 (0:55:25), P2 (0:50:30), P3 (0:45:35), P4 (0:40:40). Kadar protein diukur dengan metode Mikro Kjeldahl, kadar serat diukur dengan metode Crude Fiber. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung singkong terfermentasi dan tepung kacang merah terhadap kadar protein, kadar serat, dan daya terima cake dilakukan uji One Way Annova kemudian dilanjutkan uji Duncan jika berbeda nyata.
Hasil : Substitusi tepung singkong terfermentasi dan tepung kacang merah memberikan pengaruh signifikan terhadap kadar protein dan kadar serat cake (p=0,000). Substitusi tepung singkong terfermentasi dan tepung kacang merah memberikan pengaruh signifikan terhadap warna dan tekstur cake (p=0,000) serta tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap aroma cake (p=0,588), rasa cake (p=0,071), dan kesukaan keseluruhan cake (p=0,170).
Kesimpulan : Terdapat pengaruh substitusi tepung singkong terfermentasi dan tepung kacang merah terhadap kadar protein, kadar serat, dan daya terima cake.
Saran : Penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan cake sebaiknya diberi tambahan pewarna makanan dan pelembut cake sehingga cake yang dihasilkan memiliki warna yang bagus dan tekstur yang lembut
Pengaruh Penambahan Tepung Daging Bekicot (Achatina Fulica) dalam Pembuatan Mie Basah Terhadap Komposisi Proksimat dan Daya Terima
Background : Processing wet noodles can be done by mixing flour and other flour. Snail meat flour used as addition of wheat flour because it contains higher of animal protein than chicken egg protein that is 15,8%.
Purpose : The purpose of this study is to evaluate the effect of snail meat flour as an addition in the making of wet noodles on proximate composition and acceptability.
Methods : The study design used was completely randomize designed that uses four additional variations (0%, 5%, 10% and 15%). Data proximate composition and acceptance analyzed using statistical one way ANOVA test and followed DMRT (Duncan's Multiple Range Test) with a level of 5%.
Results : Result of this study indicates that there is significant effect of adding flour to the snail meat on protein content and fat content wet noodle. The more the additional of the snail meat meal increased levels of protein and fat content of the resulting wet noodle. There was no effect of snail meat flour addition to the ash content and moisture content of wet noodle. Carbohydrate levels were highest in the wet noodles by addition of snail meat flour 0% that is 49,03% and lowest carbohydrate levels on a wet noodle with the addition of snail meat flour 10% that is 25,8%. There was effect of snail meat flour addition on acceptance level of a wet noodle. Based on color, aroma, taste, texture and overall acceptance panelists favored addition was on the addition of red bean flour is 0% and 5%.
Conclusion : There is the effect of adding flour to the snail meat protein content and fat content wet noodle. There was no effect of snail meat flour addition to the ash content and moisture content of wet noodle. Carbohydrate levels were highest in the wet noodles by addition of snail meat flour 0% that is 49,03% and lowest carbohydrate levels on a wet noodle with the addition of snail meat flour 10% that is 25,8%. There was effect of snail meat flour addition on acceptance level of a wet noodle.
Suggestion : The making of wet noodles can use addition of snail meat flour of 5%
Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Terhadap Kadar Β-Karoten Dan Daya Terima Produk Flakes
Deficiency of vitamin A is one of the four main nutrient problems in Indonesian that must be solved. As many as three millions of childrean are blind due to the deficiency of vitamin A. In the toddlers, the deficiency will succeptible to infections diseases, such as diarhea, pneumona and finally death. Pumpkin flour can be used as substitute material in making flakes. The purpose of the research was to determine the effect of pumpkin flour substitution on β-carotene and acceptance levels of flakes. The research was conducted by subtituting the pumpkin flour at various levels, were 0%, 10%, 20% and 30%. The results indicated that β-carotene of all treatment of flakes was below 62,9 mg/kg. The highest acceptance of flakes was given by 0% substitution, followed by 20%.
Keywords: flakes, food acceptance, beta carotene, yellow pumpkin
Perbedaan Status Gizi Anak Sekolah Sebelum dan Sesudah PMT-AS di SDN Banyuanyar III Kota Surakarta Tahun 2012
Pendahuluan : Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah gizi pada anak SD dan MI. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan yaitu pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). Program PMT-AS diharapkan dapat meningkatkan ketahanan fisik anak sekolah. Hasil pengukuran status gizi di SDN Banyuanyar III tahun 2012, siswa yang memiliki status gizi kurus sekali sebesar 45,24% dan yang mengalami anemia sebesar 20,7%.
Tujuan : Mengetahui perbedaan status gizi anak sekolah sebelum dan sesudah PMT-AS di Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta
Metode penelitan : Penelitian ini termasuk dalam penelitian pra eksperimental menggunakan rancangan one group pretest-postest. Subjek penelitian adalah siswa-siswi sekolah dasar kelas 3,4 dan 5 yang berjumlah 131 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur TB, BB dan mencatat umur untuk mengetahui status gizi. Status gizi menggunakan indeks z-score yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB. Uji statistik menggunakan Dependent sample t-test.
Hasil : Responden dalam penelitian ini yaitu siswa sekolah dasar yang memiliki usia 8-14 tahun. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan status gizi (BB/U dan BB/TB) anak sekolah sebelum dan sesudah PMT-AS (p=0,778; p=0,414). Berdasarkan TB/U menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan status gizi anak sekolah sebelum dan sesudah PMT-AS (p=0,012).
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan status gizi anak sekolah sebelum dan sesudah PMT-AS di SDN Banyuanyar III Kota Surakarta tahun 201
Evaluasi Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (IRT) Kerupuk Ikan Tenggiri Di Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap
The Government is obliged to improve the competitiveness of Household Industries or known as Food Household Industries. Through Good Food Production Method the food industry can produce quality food, feasible and safe for health. The purpose of this research is to evaluate food production facilities of Household Industry of mackerel fish cracker in food South Cilacap. This research is descriptive research using quota sampling technique. The population is 13 in South Cilacap District. Samples taken as many as 7 samples from total population 13. Instruments used in data collection is a form referring to the procedure of inspection of household food production facilities from the Directorate of Food Safety Surveillance and Counseling Deputy for Food Safety and Dangerous Materials. The results show that industry S is at level IV, SKR at level IV, STR at level IV, industry M at level IV CR at level III, AGR at level III, and AR at level I. This research can be concluded that only one industry that meet the standard inspection of food production facilities Household Industry of Spanish mackerel fish crackers.
Keywords: Food Production Facilities, Spanish Mackerel Fish Crackers, Household Food Industry
Perbedaan Persen Lemak Tubuh, Konsumsi Lemak, Karbohidrat Dan Air Pada Remaja Putri Yang Overweight Dan Non Overweight Di Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
Background: The prevalence of overweight worldwide has increased in the last 30 years. One of the age group that is at risk of overweight are adolescent group.Overweight in adolescents need attention, because overweight that appear in adolescence tend to continue into adulthood and elderly.
Purpose : To know difference between percent body fat, fat intake, carbohydrate and water consumption in adolescent women with overweight status and non overweight status in the faculty of health at Muhammadiyah University Of Surakarta
Method of the Research : The research implemented a survey-observational with cross-sectional approach. Subject of the research is young womenwith overweight status and non overweight status. Subject selected by using simple random sampling. Data of fat, carbohydrate and water intakewas taken by using recall form 3x24 hours.Data ofpercent body fat was taken by usingskinfold caliper. Data was analyzed by using Mann-Whitney dan independent t-test.
Result : adolescent women who are overweight 76.5% had a body fat percent fat, 47.1% had a moderate deficit of fat consumption, 44.1% had a moderate deficit carbohydrate consumption and 73.5% had less water consumption.Normal nutritional status group 64.7% had a body fat percent at a low level, 50% had a severe deficit of fat consumption, 44.1% had a severe deficit of carbohydrate consumption and 58.8% had less water consumption.
Conclusion : There had been differences in percent body fat, fat and carbohydrateintakebetween adolescent women with overweight status and non overweight status. There hadnot beendifferences in water intake between adolescent women with overweight status and non overweight status
STUDI KASUS MENGENAI PERILAKU HYGIENE SANITASI BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA PENGOLAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
Hygiene sanitasi makanan sangat penting terutama di tempat-tempat umum
yang erat kaitannya dengan pelayanan orang banyak. Rumah sakit merupakan
salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat
dengan inti kegiatan berupa pelayanan medis bagi pasien yang diselenggarakan
melalui pendekatan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Untuk menunjang
pelayanan medis bagi pasien yang diselenggarakan rumah sakit, perlu adanya
pengolahan makanan yang baik dan memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan lebih terlatih
pola pikir dan daya nalarnya sehingga akan lebih mudah menerima informasi
tentang suatu hal dan menganalisanya. Dengan pengetahuan kesehatan maka
diharapkan akan tercipta perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku hygiene sanitasi
berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga pengolah
makanan yang ada di Instalasi gizi RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dan sampel dalam penelitian
ini adalah pengolah makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr Moewardi Surakarta yang
berjumlah 32 orang. Penelitian tentang tingkat pengetahuan hygiene sanitasi
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan perilaku dengan menggunakan
chek list yang diisi oleh peneliti.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tenaga pengolah makanan di Instalasi
Gizi RSUD. Dr. Moewardi Surakarta terdiri dari tingkat pendidikan dasar (SD,SMP)
sebanyak 8 orang (25%) dan tingkat pendidikan lanjut (SMKK/sederajat) sebanyak
24 orang (75%), tenaga pengolah makanan 100% dikategorikan berpengetahuan
baik, 78% berperilaku baik , dan yang berpendidikan dasar (SD,SMP) berperilaku
baik 15,6% dan tingkat pendidikan lanjut (SMKK/Sederajat) yang berperilaku baik
62,5%.
Saran bagi RSUD Dr.Moewardi secara berkala perlu diberikan penyuluhan
atau pelatihan kepada seluruh pengolah makanan tentang hygiene sanitasi, dalam
penerimaan karyawan sebaiknya yang berpendidikan sesuai profesi, sehingga
kinerja karyawan dapat lebih baik
Pengaruh Perbandingan Kedelai dengan Wijen Sangrai Giling Terhadap Kadar Kalsium dan Daya Terima Susu Kedelai
Pendahuluan. Kekurangan kalsium dimasa remaja dan dewasa awal akan
meningkatkan resiko osteoporosis. Prevalensi osteoporosis penduduk Indonesia
tahun 2005 adalah 10,3%, prevalensi osteopenia pada kaum muda (umur < 25
tahun) adalah 37,1% dan pada wanita dewasa muda (umur 18 - 23 tahun)
mencapai 39,5%. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya osteopenia dan
osteoporosis adalah dengan mengkonsumsi susu sapi. Pemasalahannya susu
sapi harganya mahal, sehingga salah satu alternatifnya adalah dengan
mengkonsumsi susu kedelai. Susu kedelai mempunyai rasa dan bau yang langu
serta kandungan kalsiumnya lebih rendah dari susu sapi. Disamping itu wijen
mempunyai kandungan kalsium yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
kandungan kalsium susu kedelai.
Tujuan. Mengetahui pengaruh perbandingan kedelai dengan wijen sangrai giling
dalam memperbaiki kualitas susu kedelai dari segi kadar kalsium dan daya
terima.
Metode Penelitian. Rancangan acak lengkap dengan 3 taraf perlakuan,
perbandingan kedelai dengan wijen sangrai giling, yaitu 100% : 0% (kontrol),
85% : 15% dan 70% : 30%. Penentuan kadar kalsium menggunakan metode
AAS. Uji daya terima susu kedelai dilakukan terhadap 25 panelis. Data dianalisa
dengan uji Anova, dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil. Kadar kalsium yang optimal terdapat pada perlakuan susu kedelai dari
perbandingan kedelai dengan wijen sangrai giling, 85% : 15%. Tingkat kesukaan
susu kedelai dengan wijen sangrai giling, yang lebih disukai panelis adalah pada
susu kedelai dengan persentase kedelai : wijen sangrai giling, 100% : 0% diikuti
dengan 85% : 15%.
Kesimpulan. Terdapat pengaruh perbandingan kedelai dengan wijen sangrai
giling terhadap kadar kalsium dan daya terima susu kedelai
Perbedaan Pengetahuan Dan Perilaku Food Safety Berdasarkan Kepemilikan Balita Di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
Food safety is blessed by the consumption of a person and is related to human health, so that if it is not fulfilled it will have potential to cause serious health problems. Families who have toddlers or baby are in recession experiencing food poisoning. The level of knowledge of mothers greatly influences food safety measures. The good knowledge will affect mother’s behaviour. This research is aimed to understand the differences of food safety knowledge and practices based on ownership of toddlers in the regency Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar. This research is using cross sectional research design, as much as 88 subject are obtained by simple random sampling technique. Data of ownership of toddlers, mothers educatoin, knowledge and food safety practices are obtained by filling questionnaire. Analysis using chi-square statistic test to identify the relation and using independent T-test to analyze the difference. Research shows as much as 64,7% of respondents with good knowledge came from respondents with good practices and 13,6% respondents with lack of knowledge came from respondents with good practices of food safety. Bivariat test results showed there is no association between ownership of toddlers with the knowledge (p=0.622) and practices of food safety (p=0.437). There is association between the knowledge and practices of food safety (p=0.005) and there is no difference about the knowledge (p=0.402) and practices of food safety (p=0.474) based on toddler ownership. There is no difference about food safety knowledge and practices based on ownership of toddlers in the regency Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar.
Key words : knowledge, practices, food safety, toddler ownershi
Pengaruh Setiap Tahap Pengolahan Terhadap Komposisi Proksimat Tempe Jagung
Pendahuluan: Proses pembuatan tempe secara umum meliputi perendaman, perebusan dan fermentasi. Setiap tahapan tersebut dapat menyebabkan perubahan komposisi proksimat. Jagung merupakan biji-bijian yang dapat dibuat menjadi tempe jagung.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh setiap tahap pengolahan terhadap komposisi proksimat tempe jagung
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (Jagung giling kering, jagung giling yang sudah direndam selama 6 jam, jagung giling yang direbus selama 20 menit, jagung giling yang sudah difermentasi selama 36 jam) Data dianalisis menggunakan uji anova satu arah dilanjutkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT), pada taraf signifikansi 0,05.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh setiap tahap pengolahan tempe jagung terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein kasar. Kadar air tertinggi ditunjukkan pada tahap perebusan (66,24%). Kadar abu tertinggi ditunjukkan pada tahap jagung giling (3,66%). Kadar lemak tertinggi ditunjukkan pada tahap jagung giling (2,89%). Kadar protein kasar setiap tahap pengolahan terhadap komposisi proksimat tempe jagung berkisar pada rentang 2,27%-8,16%.
Kesimpulan: Ada pengaruh setiap tahap pengolahan terhadap komposisi proksimat tempe jagun
- …