221 research outputs found
Analisis Sebaran Harga Lahan di Kecamatan Godean Dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
Penelitian ini mengambil judul “Analisis Sebaran Potensi Harga Lahan diKecamatan Godean Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sebaran harga lahan berdasarkan data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Godean dan menganalisis sebaran harga lahan di Kecamatan Godean. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini antara lain penggunaan lahan, aksesibilitas lahan positif, aksesibilitas lahan negatif dan kelengkapan utilitas. Peta penggunaan lahan di peroleh dengan menurunkan informasi penggunaaan lahan dari data penginderaan jauh. Peta aksesibilitas lahan positif diperoleh berdasarkan proses buffer terhadap jalan kolektor, jalan lokal, tempat perdagangan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan pusat pemerintahan. Sedangkan aksesibilitas lahan negatif diperoleh berdasarkan hasil buffer terhadap sumber polusi, kuburan dan sungai. Untuk kelengkapan utilitas diperoleh dengan melakukan buffer terhadap jaringan listrik, air bersih dan jaringan
telepon.yang selanjutnya di lakukan proses overlay dan diklasifikasikan ke dalam empat kelas. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pembanding hasil interpretasi citra dengan kerja lapangan yang kemudian diolah menggunakan bantuan SIG yaitu dengan mengunakan cara pengharkatan (scoring) dikaitkan dengan faktor pembobot parameter penentu harga lahan yang nantinya akan menghasilkan kelas harga lahan, yaitu kelas harga lahan sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Hasil penelitian ini adalah peta sebaran harga lahan Kecamatan Godean, Berdasarkan peta estimasi kemudian dilakukan survey lapangan sehingga diperoleh hasil berupa peta sebaran harga lahan. Dari peta sebaran harha lahan selanjutnya diananlis sebaran harga lahan di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. Hasil analisis harga lahan didapatkan harga lahan tingkat sangat tinggi berada di Kelurahan Sidoagung dan sepanjang jalan godean dimana daerah ini merupakan pusat keramaian di daerah penelitian, di Kelurahan ini terdapat banyak pertokoan dan satu pasar umum yaitu pasar godean, untuk kelasifikasi tingkat harga lahan tinggi berada di Kelurahan Sidoluhur, sedangkan untuk kelas tingkat harga lahan sedang berada pada Kelurahan Sidomoyo dan yang terakhir kelasifikasi tingkat harga lahan rendah yaitu berada pada Kelurahan Sidorejo karena daerah ini sangat jauh dengan pusat keramaian serta banyak terdapat bukit-bukit dan hanya di lalui oleh jalan lokal dan lain, untuk penggunaan lahanya daerah ini didominasi oleh permukiman dan persawahan
Analisis Potensi Dan Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Berdasarkan Fisiografis Wilayah Kecamatan Pejagoan Dan Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen Tahun 2017
This research took place in Pejagoan Sub-district and Klirong Sub-district of Kebumen Regency and selected villages with potential of creative economic activity. The purpose of this research is to know the distribution of creative industry based on physiographic area, to know the characteristic and interrelationship of creative industry to economic sector and how to develop creative industry seen from internal and external potency. The method used is survey / field observation, while the data needed as analysis and data processing are primary data and secondary data. Sampling method by using purposive sampling technique, while method of data analysis by using descriptive analysis and SWOT analysis. The results of this study indicate that the number of respondents business activities creative economy as much as 50 respondents consisting of 43 lowland areas, 3 respondents highland areas, and 4 respondents coastal areas. The characteristics of each region are grouped according to the distribution of creative industry, gender, age, respondent's residence, education level, status, income, reason of respondent, labor, length of industry, and marketing network. Potential lowland area is easily accessible range of accessibility, marketing, and a wide market share, highland area potential including easy to find raw materials SDA, industry attractiveness based on quality and promising production results, in addition to the level of creativity of business actors is very good, the potential area coastal areas such as wide marketing distribution, promising production prices, production diversity, and industrial sites close to raw material fulfillment
Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Penentuan Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) Di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul
Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, flora dan fauna, serta bentukan hasil budaya manusia. Keterbatasan lahan merupakan salah satu faktor yang menghambat penentuan lokasi baru TPA
yang memerlukan lahan yang sesuai. Tujuan penelitian ini adalah 1) Memetakan agihan yang sesuai untuk tempat pembuangan akhir (TPA), dan 2) Menganalisis kesesuaian lahan TPA dengan faktor-faktor wilayah. Penelitian ini menggunakan metode pengharkatan atau skoring dan sistem
informasi geografis menggunakan teknik tumpangsusun (Overlay) dengan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan data primer dan sekunder. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 7 parameter. Parameter pertama adalah Penggunaan lahan, Kerawanan Banjir Genangan, Kemiringan Lereng, Kedalaman sampai batas keras, Drainase permukaan, Permeabilitas tanah dan Kedalaman muka air tanah. Peta satuan lahan digunakan untuk pengambilan
sampel penelitian dan analisis keruangan. Hasil yang diperoleh di Kecamatan Pleret adalah kesesuaian lahan untuk
penentuan tempat pembuangan akhir (TPA) terdapat 8 satuan lahan yang terdapat di seluruh kelurahan, lahan yang sesuai I terdapat di Kelurahan Wonokromo (209,2 Ha), Pleret (181,75 Ha), Segoroyoso (35,09 Ha), Bawuran (65 Ha), dan
Wonolelo (6,46 Ha). Lahan tersebut sesuai karena 2 parameter utama sangat dominan yaitu penggunaan lahan dan kemiringan lereng, terutama lahan perkebunan dan tegalan dengan kelerengan cukup datar . Kesesuaian Lahan
Sesuai Marginal terdapat 16 satuan lahan, karena lahan dapat digunakan dengan menggunakan pertimbangan tertentu.Lahan Marginal tedapat di Kelurahan Bawuran (306.3 Ha), Pleret (64,21 Ha), Wonokromo (31,52 Ha), Segoroyoso
(333,17 Ha) dan Wonolelo (391,50 Ha) dan lahan yang tidak sesuai di Kelurahan Wonokromo ( 205,95 Ha), Pleret (217,78), Bawuran (111,11), Segoroyoso (140,84) dan Wonolelo (96,1 Ha) termasuk seluruh area permukiman
Analisis Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Dengan Memanfaatkan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012
Penelitian ini berjudul “Analisis Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Tanaman Pangan dengan Memanfaatkan Citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012”. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) memetakan agihan tingkat rawan kekeringan lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bantul; (2) faktor dominan apakah yang dapat mempengaruhi tingkat rawan kekeringan lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai alat bantu untuk menghasilkan data dan informasi rawan kekeringan. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan berjenjang (skoring). Parameter yang dalam
penelitian ini yaitu ketinggian muka air tanah, jenis irigasi, kebutuhan air tanaman pangan, permeabilitas, ketinggian tempat, dan curah hujan. Klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mengacu pada
Puslitanak Bogor tahun 2002. Potensi tingkat rawan kekeringan dihasilkan dari penjumlahan skor tiap parameter berpengaruh. Kelas kerawanan kekeringan tersebut dibedakan menjadi 4 kelas kerawanan yaitu, tinggi, sedang, rendah, dan
sangat rendah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat kelas kerawanan kekeringan lahan pertanian yaitu “tinggi” sebesar 3%, “sedang” sebanyak 87%, “rendah” 10%, dan 0% untuk kerawanan kelas “sangat rendah”.Kecamatan yang memiliki tingkat kerawanan kekeringan lahan pertanian tanaman pangan yang tinggi adalah Kecamatan Dlingo, Banguntapan, Piyungan dan Pleret dengan luas area pertanian yang tercakup adalah 183,25ha. Kecamatan yang termasuk dalam kelas kekeringan sedang ini adalah Kecamatan Bambanglipuro 1.102,47 ha, Banguntapan 1324,18 ha, Bantul 906,38 ha, Imogiri 1.544,51 ha, Jetis 1.283,57, Kasihan 765,85 ha, Pajangan 392,58 ha, Pandak 994,79 ha, Piyungan 1.003,23 ha, Pleret 650,48 ha, Pundong 985,6 ha, Sanden 974,96 ha, Sedayu 1074,52 ha, Sewon 1.395,82 ha, dan Srandakan 637,99 ha. Daerah dengan tingkat rawan kekeringan rendah sebagian besar berada di Kecamatan Bantul dengan luas 583,98 ha dan Jetis seluas 279,89 ha. Peta-peta dan informasi mengenai kerawanan kekeringan lahan pertanian tanaman pangan disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan peta cetak
Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Daerah Aliran Sungai Juwana Di Kabupaten Pati Jawa Tengah
Penelitian ini berjudul Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis Daerah Aliran Sungai Juwana di Kabupaten Pati
Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui agihan kerentanan
banjir di DAS Juana, 2) mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada tingkat
kerentanan banjir pada daerah rentan banjir di DAS juana.
Metode overlay digunakan untuk mengetahui agihan banjir DAS Juwana.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, data curah hujan, infiltrasi,
,kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Agihan kerentanan banjir diklasifikasikan
kedalam empat (4) kelas kerentanan yaitu tidak rentan, cukup rentan, rentan dan
sangat rentan. Metode analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
parameter yang paling berpengaruh signifikan terhadap kerentanan banjir. Analisis
linier berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel
prediktor/bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas terdiri
dari empat parameter, yaitu parameter curah hujan, kemiringan lereng, infiltrasi tanah
dan penggunaan lahan. Variabel terikat yang digunakan dalah kerentanan banjir.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa DAS Juwana memiliki daerah
dengan tingkat kerentanan banjir sangat rentan seluas 342,12 km2 atau 27,21 % luas
DAS. Agihan kerentanan banjir sangar rentan berada di 22 kecamatan yaitu
Kecamatan Bae, Dawe, Jati, Jekulo, Kudus, Mejobo, Undaan, yang berada di
Kabupaten Kudus dan Kecamatan Batangan, Gabus, Gembong, Jakenan, Juwana,
Kayen, Margorejo, Pati, Pucukwangi, Sukolilo, Tambakromo, Tlogowungu, Trangkil,
Wedarijaksa, Winong yang berada di Kabupaten Pati. Kecamatan yang memiliki
luasan tingkat kerentanan banjir sangat rentan paling besar adalah Kecamatan Juwana
(50,58 km2), Kecamatan Jakenan (45,46 km2), dan Kecamatan Pati (41,54).
Kecamatan Juwana dan Jakenan memiliki intensitas curah hujan yang tinggi yaitu
2500-3000 mm/tahun, infiltrasi tanah lambat, kemiringan lereng datar (0-3%), dan
penggunaan lahan yang di dominasi oleh areal persawahan.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda, didapatkan persamaan regresi
yaitu Y = -1.927 + 0.459X1 + 0.449X2 + 0.218X3 + 0.258X4, Nilai koefisien empat
parameter adalah; 1. Penggunaan Lahan (0.459), 2. Kemiringan Lereng (0.449), 3.
Curah Hujan (0.258), 4. Infiltrasi Tanah (0.218). Koefisien regresi pada keempat
variabel dependen memiliki koefisien positif, artinya terjadi hubungan positif antara
variabel terhadap tingkat kerentanan banjir. Dari urutan nilai koefisien tersebut
diketahui variabel penggunaan lahan memiliki nilai koefisien paling besar, sehingga
disimpulkan parameter yang paling dominan atau yang paling berpengaruh pada
tingkat kerentanan banjir di DAS Juwana adalah parameter penggunaan lahan
Analisis Tingkat Perceraian Di Kota Semarang Tahun 2006-2010 (Studi Kasus Kantor Pengadilan Agama Kota Semarang)
Abstrak : Penelitian tentang analisis tingkat perceraian di Kota Semarang tahun 2006-2007 (studi kasus Kantor Pengadilan Agama Kota Semarang) memiliki tujuan: (1) mengetahui tingkat perceraian yang terjadi pada tahun 2006-
2010 di daerah penelitian berdasarkan catatan Kantor Pengadilan Agama Kota Semarang; (2) Menganalisis faktor penyebab tingkat perceraian yang terjadi di daerah penelitian berdasarkan catatan Kantor Pengadilan Agama Kota Semarang. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Semarang dengan studi kasus di Kantor Pengadilan Agama Kota Semarang.Kota ini dipilih karena Kota Semarang
menduduki peringkat ke-3 tertinggi tingkat perceraiannya secara nasional setelah Bandung dan Surabaya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Metode perhitungan dengan rumus Angka Perceraian Kasar, Angka Perceraian Umum, dan Modified Crude Divorce Rate (MCDR). Pengharkatan sebuah penelitian tindakan kelas
Hasil yang diperoleh, Perceraian di Kota Semarang didominasi oleh cerai gugat, lebih dari 50% dari jumlah yang bercerai. Tahun 2006, 2007 dan 2010 cerai gugat sebanyak 71% dan cerai talak 29%. Tahun 2008 cerai gugat sebanyak 69% dan cerai talak sebanyak 31%.Tahun 2009 sebanyak 74% cerai gugat dan cerai talak 26%. Tingkat perceraian dengan menggunkan rumus perhitungan angka
perceraian kasar di Kota Semarang selama kurun waktu lima tahun terbanyak di Kecamatan Tugu. Tingkat percerain dengan menggunakan rumus perhitungan angka perceraian umum dalam kurun waktu lima tahun terbanyak di Kecematan Tugu. Hasil perhitungan MCDR selama kurun waktu lima tahun terbanyak di
Kecamatan Semarang Selatan. Hasil korelasi terhadap jenis pekerjaan di Kecamatan Banyumanik, Candisari, Gajahmungkur, Semarang Barat, Semarang Timur dan Semarang Utara
adalah tinggi terhadap perceraian yaitu 0, 89 - 1. Hasil korelasi terhadap pendidikan di Kecamatan Banyumanik, Ngaliyan, Pedurungan, Semarang Barat, Semarang utara dan Tembalang adalah tinggi pengaruhnya terhadap perceraian.
Korelasi jumlah pengangguran juga ditemukan tinggi pengaruhnya di Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Semarang Utara dan Tembalang.tipologi wilayah perkotaan didapatkan hasil yang tinggi pengaruhnya terhadap perceraian. Jenis pekerjaan sangat berpengaruh terhadap tingkat perceraian yang terjadi di Kota Semarang, karena jenis pekerjaan menentukan kehidupan ekonomi dan pergaulan di luar rumah. Pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap
perceraian dikarenakan pendidikan yang tinggi dapat menggeser keseimbangan antara laki-laki dan perempuan yang dapat menyebabkan perceraian. Pengangguran juga sangat berpengaruh karena bersangkutan dengan kehidupan ekonomi berumah tangga, dan jenis wilayah kota berpotensi menyebabkan perceraian karena interaksi dan pergeseran norma dan nilai budaya yang lebih besar ketimbang wilayah desa
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Pemetaan Zonasi Daerah Rawan Kebakaran Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis
Kota maupun perkembangan dari perkotaan selalu mengalami perubahan
dari waktu ke waktu baik dari segi fisik maupun non fisik. Perubahan yang terjadi
pada wilayah terbangun dipengaruhi adanya tuntutan pemanfaatan lahan yang
tinggi untuk kawasan permukiman akan menyebabkan berbagai masalah. Salah
satunya adalah masalah kebakaran. Kebakaran dapat memberikan dampak
merugikan baik terhadap keselamatan jiwa maupun harta benda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keakuratan citra
Quickbird dalam menyadap variabel-variabel yang digunakan untuk melakukan
zonasi rawan kebakaran permukiman kota dan menentukan pewilayahan
kerentanan kebakaran yang terjadi di daerah penelitian berdasarkan variabelvariabel
penilai kerentanan kebakaran. Metode analisis yang digunakan adalah
pengharkatan berjenjang tertimbang, yaitu dengan melakukan scoring masingmasing
variabel kerentanan kebakaran, kemudian melakukan pembobotan tiaptiap
variabel. Variabel yang digunakan meliputi kepadatan bangunan, tata letak
bangunan, lebar jalan masuk, lokasi terhadap jalan utama, lokasi terhadap kantor
pemadam kebakaran, kualitas bahan bangunan, listrik, aktivitas internal, dan
ketersediaan hidran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Citra Quickbird memiliki ketelitian
yang tinggi yaitu 93,24 %. Wilayah dengan kelas kerentanan tinggi sebesar
507,28 ha, banyak terdapat di Desa Maguwoharjo. Kelas kerentanan sedang
sebesar 1.904,44 ha, banyak terdapat di Desa Catur Tunggal. Wilayah dengan
tingkat kerentanan rendah sebesar 819,13 ha, banyak terdapat di Desa
Maguwoharjo. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kerentanan kebakaran
adalah tata letak bangunan, kepadatan bangunan, dan lebar jalan masuk
Evaluasi Geografi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2005-2009
Penelitian ini berjudul Evaluasi Geografi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2005–2009. Perlunya evaluasi terhadap hasil pembangunan ekonomi di suatu wilayah untuk mengetahui tingkat kesuksesan
dari program pembangunan di bidang ekonomi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Klaten dengan mengukur apakah proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode tersebut adalah pemerataan atau kesenjangan. Evaluasi pertumbuhan ekonomi dilakukan di enam Satuan Wilayah Pembangunan (SWP)
di Kabupaten Klaten antara Wilayah Inti (Pusat SWP) dan Wilayah Pinggiran (Pendukung SWP). Sektor-sektor pembentuk PDRB diolah untuk mengetahui sektor unggulan serta sektor paling dominan dalam pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Klaten merupakan kabupaten yang terletak di perbatasan Propinsi D.I. Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah dan dilalui jalur lintas propinsi sehingga memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang cepat di sebagian wilayahnya. Selain itu, Kabupaten Klaten memiliki kelengkapan data PDRB yang cukup baik untuk
dilakukan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses pertumbuhan masing-masing SWP antara wilayah inti dan pinggiran, mengetahui sektor apa yang paling dominan dalam pertumbuhannya serta sektor yang paling
unggul, sehingga dapat di ketahui seperti apa proses serta peran sektor-sektor pembentuk PDRB dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Klaten. Hasil menunjukkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sebagian SWP Kabupaten Klaten adalah kesenjangan (Backwash Effects) dimana
pertumbuhan ekonomi di wilayah inti lebih baik dari wilayah pinggiran. Pertumbuhan ekonomi di SWP V menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah pinggiran lebih baik dibandingkan wilayah inti sedangakan SWP IV mengalami proses pemerataan pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor yang
berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pertanian, jasa, penggalian dan perdagangan. Sektor yang paling unggul adalah sektor jasa, pertanian, penggalian dan industri. Tingkat hirarki wilayah, adanya jalan propinsi atau kabupaten, status perkotaan atau perdesaan serta luasnya areal terbangun berpengaruh terhadap proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Klaten, hasil
menunjukkan bahwa di SWP dengan wilayah inti memiliki hirarki tinggi dan dilalui oleh jalur lintas propinsi atau kabupaten selalu mengalami proses kesenjangan dimana pertumbuhan ekonomi wilayah inti lebih baik dibandingkan
wilayah pinggiran
Penentuan Lokasi Yempat Penampungan Sampah (TPS) Sementara Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Propinsi DIY
Penelitian Lokasi Tempat Penampungan Sampah (TPS) Sementara
Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” merupakan aplikasi dari Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian lokasi suatu
tempat sebagai Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) dan mengetahui perbandingan kesesuaian lokasi Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) terhadap RTRK daerah penelitian. Daerah penelitian adalah Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman Propinsi DIY. Data yang digunakan adalah Peta RBI Sheet 1408-224 Timoho skala 1:25.000, Peta RBI Sheet 1408-242 Pakem skala 1:25.000, Peta RBI Sheet 1408-223 Yogyakarta skala 1:25.000, Peta Administrasi skala 1:50.000, Peta Jaringan Jalan skala 1:50.000, Peta Penggunaan Lahan skala 1:50.000, Peta Jaringan Sungai skala 1:50.000, dan Peta Rencana Tata Ruang Kota Kecamatan Depok skala 1:50.000. Metode yang digunakan adalah metode survey dan analisis kuantitatif pengharkatan berjenjang tertimbang, Setiap parameter penilai diberi harkat dan bobot
sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap kesesuaian lahan untuk lokasi tempat penampungan sampah (TPS) sementara. Proses pengolahan data dengan digitize, editing, labelling, buffering, scoring, dan overlay. Proses pengharkatan dan overlay dari parameter-parameter pendukung menghasilkan peta kesesuaian lokasi untuk tempat penampungan sampah (TPS) sementara setelah dikalikan dengan bobot pada
masing-masing variabel. Hasil penelitian didapatkan peta kesesuaian lokasi untuk tempat penampungan sampah (TPS) sementara yaitu terdiri dari 3 kelas kesesuaian lokasi lahan yaitu kelas tidak sesuai, cukup sesuai, dan sesuai. Peta kesesuaian lokasi untuk lokasi tempat penampungan sampah (TPS) sementara dibandingkan dengan peta rencana tata ruang kota yang telah disederhanakan menghasilkan peta rekomendasi. Adapun hasil rekomendasi adalah rekomendasi 1, rekomendasi 2, rekomendasi 3, dan tidak direkomendasikan
Pemodelan Spasial Arah Penyebaran Kebakaran Hutan Dengan Menggunakan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Baluran Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur Bulan Oktober Tahun 2014
Forest fires is one of the more common disorders. The negative impact caused by forest fires is large enough so that prevention since the beginning needs to be done in handling forest fires. One of them using remote sensing technology and geographic information systems.
This research aims to: 1) Determine the potential distribution of forest fires in the area Baluran National Park. 2) Modeling spatial of direction spreading forest fire in the area Baluran National Park October 2014.
The method used in this research is secondary data analysis methods include the analysis of each parameter data in October 2014. All of the parameters such as rainfall, surface soil temperature, distance roads to the forest, and land cover is used as the principal parameter in the arrangement forest fires hazard map. The map is a reference after combined with wind direction data for modeling direction spreading of forest fire.
Model direction spreading of forest fire in Baluran National Park on October 2014 toward to the east, south, and west. Forest fire spreading eastward when appear of hotspots in the north. While spreading towards the south when appear of hotspots in the east and south. Forest fires also spreading towards the west when appear of hotspots in the Baluran National Park west and north
- …