38 research outputs found

    Potensi Hipolipidemik Yogurt dari Isolat Protein Biji Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus) pada Tikus Hiperkolesterol dengan Perlakuan Jumlah Pakan

    Get PDF
    Biji kecipir memiliki kadar protein yang hampir sama dengan kedelai, namun bau langunya lebih tajam daripada kedelai, sehingga perlu diisolasi proteinnya sebelum digunakan sebagai bahan baku yogurt. Tujuan penelitian ini adalah menentukan potensi hipokolesterolemik yogurt isolat proteun biji kecipir melalui uji biologis in vivo menggunakan tikus jantan Sprague Dawley. Perlakuan penelitian ini adalah perlakuan pakan yogurt dengan konsentrasi 0 (pakan standar tanpa penambahan yogurt sebagai kontrol), 2, dan 4 g yogurt/hari berturut-turut sebagai perlakuan konsentrasi rendah dan tinggi selama 4 minggu perlakuan pakan yogurt sesudah pemberian pakan hiperkolesterol selama 1 minggu. Profil lipida darah tikus meliputi kadar trigliserida, total kolesterol, kolesterol High Density Lipoprotein (HDL), dan Low Density Lipoprotein (LDL) dianalisis pada minggu ke 2 dan 4 minggu selama perlakuan pakan yogurt dan sebelum perlakuan pakan yogurt yaitu pada fase pemeliharaan adaptasi dan 1 minggu pada fase pemeliharan hiperkolesterol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa trigliserida, total kolesterol, dan kolesterol LDL meningkat dan kolesterol HDL menurun selama fase pemberian pakan hiperkolesterol sebelum perlakuan pakan yogurt. Potensi hipokolesterol yogurt isolat protein biji kecipir ditunjukkan dengan penurunan trigliserida, total kolesterol, dan kolesterol LDL, serta peningkatan kolesterol HDL sesudah perlakuan pakan yogurt dengan konsentrasi rendah maupun tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa yogurt isolat protein biji kecipir mampu menurunkan kolesterol

    Sifat Fisik Kimia dan Tingkat Kesukaan Bubur Instan dengan Variasi Rasio Mocaf, Labu Kuning (Cucurbita moschata), dan Tempe serta Suhu Pengeringan

    Get PDF
    Bubur instan merupakan produk pangan pengganti nasi yang sebelumnya telah mengalami proses pengolahan sehingga dalam penyajiannya tidak memerlukan proses pemasakan. Pemanfaatan mocaf, labu kuning dan tempe sebagai bahan baku pembuatan bubur instan merupakan diversifikasi pangan. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan bubur instan dengan variasi rasio mocaf, labu kuning dan tempe serta suhu pengeringan yang mempunyai sifat fisik, kimia yang memenuhi syarat dan disukai panelis. Penelitian ini menggunakan rancangan pola faktorial. Faktor perlakuan dalam penelitian ini adalah variasi rasio mocaf, labu kuning dan tempe yakni 1:1:1, 1:2:1 dan 1:3:1 dan suhu pengeringan, yakni 130°C, 140°C, dan 150°C. Bubur instan yang dihasilkan dilakukan uji fisik, tingkat kesukaan dan analisis kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variasi rasio mocaf, labu kuning dan tempe serta suhu pengeringan berpengaruh nyata terhadap sifat fisik dan tingkat kesukaan bubur instan. Bubur instan yang disukai adalah bubur intstan dengan variasi rasio mocaf, labu kuning dan tempe 1:2:1 serta suhu pengeringan 130oC yang memiliki kadar air 9,24%, kadar abu 1,63%, kadar protein 16,13%, aktivitas antioksidan 31,64% RSA, kadar beta karoten 40,09 μg/g, dan total fenol 12,78 mg EAG/g

    Pengaruh Variasi Rasio Labu Kuning (Cucurbita moschata), Tapioka Dan Tempe Serta Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisik, Kimia, Dan Tingkat Kesukaan Bubur Instan

    Get PDF
    Bubur instan merupakan makanan dengan bahan berbasis sereal yang dapat dikonsumsi dari berbagai kalangan usia. Pembuatan bubur instan dilakukan menggunakan campuran variasi rasio labu kuning, tapioka dan tempe serta suhu pengeringan sehingga mengandung gizi yang tinggi dan bahan yang relatif murah. Tujuan penelitian untuk mengetahui variasi rasio labu kuning, tapioka dan tempe serta suhu pengeringan terhadap sifat fisik, kimia, serta tingkat kesukaan pada bubur instan yang memenuhi syarat serta disukai panelis. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor perlakuan pada penelitian ini adalah variasi rasio labu kuning, tapioka dan tempe 1:1:1, 2:1:1, dan 3:1:1 dan variasi suhu pengeringan 130oC, 140oC, dan 150oC. Bubur instan yang dihasilkan dilakukan uji fisik, tingkat kesukaan dan analisis kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variasi rasio labu kuning dan tempe serta suhu pengeringan berpengaruh nyata terhadap sifat fisik dan tingkat kesukaan bubur instan. Bubur instan yang disukai adalah bubur instan dengan variasi rasio labu kuning, tapioka, dan tempe 1:1:1 serta suhu pengeringan 130oC yang menghasilkan kadar air 8,44%, kadar abu 0,65%, kadar protein 18,91%, aktivitas antioksidan 39,01%RSA, total fenol 10,13 mg EAG/g, dan kadar beta karoten 36,22 µg/g

    Profil Asam Amino Penstimulasi Sekresi Insulin dalam Ekstrak Sesudah Pemisahan Protein Kecambah Kacang-Kacangan Lokal

    Get PDF
    There are many local legumes in Indonesia that are potential to substitute soybean as functional food. Seed germination of legumes increased protease activity that could hydrolize protein, hence the extract of legumes sprout after removal of macromolecule protein contained small peptides dan free amino acids. The aims of this research were to determine the best local legume (winged bean, velvet bean, or cowpea) sprout based on its profile of amino acid for stimulation of insulin secretion such as Leucine (Leu), Arginine (Arg), Alanine (Ala), Phenylalanine (Phe), Isoleucine (Ile), and Lycine (Lys) in the extract after removal of macromolecule protein. Legume seeds were germinated, dried, and milled become the flour. The extracts of legume sprouts were prepared by mixing the flour and aquadest, centrifugated, and removed of the protein by precipitation at pH isoelectris. The extracts after removal of the macromolecule protein were analyzed for the total solid, soluble protein, and the profile of amino acid for stimulation of insulin secretion by HPLC. The result of this research showed that the extract of legumes sprout contained soluble protein and amino acid for stimulation of insulin secretion. The content of amino acids in the extract after removal of the protein of winged bean, velvet bean, cowpea sprouts and soybean seed as a control were 142,00;  206,40; 183,00; and 129,00 µg/ml for the Ala;  627,00; 1604,80; 524,00; and 422,40 µg/ml for the Arg; 136,00; 340,00; 124,20; and 119,40 µg/ml for the Phe; 122,80; 322,80; 104,60; and 100,40 µg/ml for the Ile; 190,80; 440,80; 136,40; and 168,00 µg/ml for the Leu;  340,40;  748,40; 177,00; and 256,40 µg/ml for the Lys respectively. Based on the data,  the velvet bean was chosen as the best legume due to the contain of amino acids for stimulation of insulin secretion was higher than the other legumes.ABSTRAKIndonesia memiliki kacang-kacangan lokal yang berpotensi menggatikan kedelai sebagai pangan fungsional. Perkecambahan kacang-kacangan meningkatkan aktiviyas protease yang dapat menghidrolisis protein, sehingga ekstrak kecambah kacang-kacangan sesudah pemisahan protein mengandung peptida sederhana dan asam amino bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis kecambah kacang-kacangan lokal    ( kecipir, kara benguk, atau tunggak) terbaik berdasarkan profil asam amino penstimulasi sekresi insulin, yaitu kandungan alanin (Ala), arginin (Arg), fenilalanin (Phe), isoleusin (Ile), leusin (Leu) dan lisin (Lys).Biji kacang-kacangan dikecambahkan, dikeringkan dan digiling sehingga menjadi tepung. Ekstrak kecambah kacang-kacangan diperoleh dengan cara pencampuran tepung dan aquades, sentrifugasi dan pengendapan protein pada pH isoelektris. Ekstrak kecambah kacang-kacangan sesudah pemisahan makromolekul protein dianalisis kadar padatan total, protein terlarut dan profil asam amino penstimulai sekresi insulin menggunakan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kecambah kacang-kacangan mengandung protein terlarut dan asam amino penstimulasi sekresi insulin. Kandungan asam amino tersebut dalam ekstrak kecambah kecipir, kara benguk, tunggak, dan biji kedelai sebagai kontrol berturut-turut mulai dari kadar Ala yaitu 142,00;  206,40; 183,00; dan 129,00µg/ml; kadar Arg  yaitu  627,00; 1604,80; 524,00; dan 422,40µg/ml; kadar Phe yaitu 136,00; 340,00; 124,20; dan 119,40µg/ml; kadar Ile yaitu 122,80; 322,80; 104,60; dan 100,40µg/ml; kadar Leu yaitu 190,80; 440,80; 136,40; dan 168,00µg/ml;  kadar Lys yaitu 340,40;  748,40; 177,00; dan 256,40µg/ml ekstrak. Berdasarkan data tersebut, kacang kara benguk dipilih sebagai kacang-kacangan terbaik karena kadar asam-asam amino penstimulasi sekresi insulinnya lebih tinggi dibandingkan jenis kacang-kacangan yang lain

    Sifat Fisik, Kimia dan Tingkat Kesukaan Es Krim Labu Kuning (Cucurbita moschata) dengan Variasi Penambahan Sukrosa dan Lama Pencampuran

    Get PDF
    Es krim merupakan salah satu jenis makanan yang banyak disukai oleh kalangan usia mulai dari anak-anak hingga dewasa. Pembuatan es krim dilakukan dengan penambahan labu kuning yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dan memiliki harga terjangkau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi sukrosa dan lama pencampuran yang tepat sehingga dihasilkan es krim labu kuning dengan sifat fisik dan kimia yang memenuhi syarat serta disukai oleh panelis. Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor perlakuan pada penelitian ini yaitu variasi labu kuning dan sukrosa 80 g : 20 g, 60 g : 40 g dan 40 g : 60 g dan lama pencampuran 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Pengujian yang dilakukan yaitu uji kesukaan meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan. Analisis fisik meliputi overrun dan waktu leleh. Analisis kimia meliputi kadar protein, aktivitas antioksidan dan kadar gula total. Hasil penelitian menunjukkan es krim labu kuning dengan variasi sukrosa dan lama pencampuran berpengaruh nyata terhadap sifat fisik dan tingkat kesukaan es krim. Es krim yang paling disukai ialah es krim labu kuning dengan variasi sukrosa 40 g : 60 g dan lama pencampuran 20 menit yang memiliki kadar protein 5,83%, kadar gula total 26,38% dan aktivitas antioksidan 7,15%RSA

    Komposisi Proksimat dan Kandungan Bakteri Asam Laktat Oyek Terbaik dari Perlakuan Penambahan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata) Berdasarkan Tingkat Kesukaannya

    Get PDF
    Oyek or dried growol was traditional food from Kulonprogo Yogyakarta that was made of cassava through spontaneous fermentation by soaking in water. After that, the cassava was formed, steamed, and dried. Oyek could be utilized as main food for substituting rice, but the protein of oyek was lower than rice. This research was conducted to determine the best treatment of oyek based on the preference of the oyek that were made of variation of germinated and ungerminated cowpeas flour addition (oyek treatment). This research was also to determine the proximate composition especially the increase of protein and lactic acid bacteria of the best treatment of oyek compared with oyek without cowpeas addition (control). The result of this research showed that the 30% flour of cowpeas sprout as source of protein could be added in the best oyek without altering its overall preference. The result of this research showed the chemical  composition of the best oyek compared to oyek control were significant different, esspecially protein. The protein of  the best oyek increased 4.9 times compared to control. The lactic acid bacteria decreased for processing  growol to oyek. The lactic acid bacteria of the best oyek was higher than control, that were 3.10 x 10 1(CFU/g sampel) respectively.ABSTRAKOyek atau growol yang dikeringkan adalah makanan tradisional dari Kulonprogo Yogyakarta yang dibuat dari ubi kayu/ singkong melalui tahap fermentasi secara spontan dengan cara perendaman dalam air, selanjutnya dicetak, dikukus menjadi growol dan dikeringkan. Oyek dapat dimanfaatkan sebagai pangan pokok alternatif pengganti beras, namun kadar proteinnya lebih rendah daripada beras. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan oyek perlakuan terbaik yang dibuat dengan variasi penambahan tepung kacang tunggak yang dikecambahkan dan tidak dikecambahkan berdasarkan tingkat kesukaannya. Selain itu, penelitian ini ditujukan untuk menentukan komposisi kimia proksimat khususnya peningkatan kadar protein dan kandungan bakteri asam laktat (BAL) oyek terbaik dengan penambahan kacang tunggak dibandingkan oyek tanpa penambahan kacang tunggak (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa oyek terbaik yang diterima panelis dan tingkat kesukaannya tidak berbeda nyata dengan kontrol yaitu oyek dengan penambahan tepung kacang tunggak yang dikecambahkan sebesar 30%. Kadar protein oyek tersebut meningkat 4,9 kali terhadap kontrol. Kandungan bakteri asam laktat menurun selama pengolahan growol menjadi oyek. Kandungan bakteri asamlaktat oyek tersebut lebih tinggi daripada kontrol yaitu berturut-turut 3,10 x 103 dan 4,0 x 101 (CFU/g sampel)

    [Potensi Senyawa Bioaktif Susu Sapi dan Kacang-kacangan Lokal Sebagai Bahan Pangan Fungsional] : Review

    Get PDF
    Penelitian senyawa bioaktif bahan pangan menjadi topik yang banyak dilakukan oleh para peneliti karena selain memberikan asupan nutrisi serta  pengaruhnya terhadap kesehatan. Susu sapi dan kacang-kacangan sebagai sumber protein hewani dan nabati diketahui mengandung sejumlah senyawa bioaktif yang memberikan efek terhadap kesehatan manusia. Tujuan review ini adalah untuk mengetahui senyawa bioaktif pada susu sapi dan beberapa jenis kacang-kacangan lokal (kedelai, kacang hijau dan koro pedang) beserta pengaruhnya pada kesehatan sehingga dapat dimanfaatkan secara tunggal ataupun campuran untuk pangan fungsional. Berdasarkan review beberapa jurnal yang ada senyawa bioaktif pada susu sapi pada review ini difokuskan pada laktoferin yang berperan sebagai  antimikroba, mencegah anemia (defisiensi besi) dan pembentukan tulang, sedangkan senyawa bioaktif pada kacang-kacangan baik dalam biji ataupun kecambah adalah asam amino yang berperan dalam pencegahan penyakit diabetes, penyakit jantung koroner dan perkembangan otak. Oleh karena itu, pada review ini dapat disimpulkan bahwa susu sapi dan beberapa jenis kacang lokal seperti kedelai, kacang hijau dan koro pedang baik dalam bentuk biji atau kecambah dapat menjadi sumber senyawa bioaktif dan berpotensi sebagai pangan fungsional dalam bentuk tunggal ataupun campuran keduanya

    PENGARUH PEMBERIAN BUBUR INSTAN GEMBILI (Dioscorea esculenta) CAMPURAN ISOLAT PROTEIN KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) TERHADAP PROFIL LIPID TIKUS SPRAGUE-DAWLEY HIPERKOLESTEROLEMIA

    Get PDF
    Umbi gembili adalah sejenis umbi-umbian inferior yang saat ini konsumsinya berkurang bahkan mengalami penurunan, masyarakat belum mengetahui bahwa umbi gembili (Dioscorea esculenta) memiliki kandungan inulin bersifat hipolipidemia. Pembuatan bubur instan gembili dengan penambahan isolat protein koro pedang (Canavalia ensiformis) diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cara memperbaiki inulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bubur instan terhadap profil lipid (kolesterol, trigliserida, HDL, dan LDL) tikus Sprague-Dawley. Induksi hiperkolesterolemia dilakukan dengan pemberian lemak babi, kolesterol, pakan ayam broiler dan asam folat pada tikus putih jantan. Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pre-post test yang diterapkan pada 30 tikus putih jantan hiperkolesterolemia yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok dengan pemberiankan bubur instan sebanyak 40,5 mg, 81,0 mg, dan 121,5 mg/200 g BB tikus selama 28 hari. Penentuan kadar kolesterol total, dan trigliserida melalui metode CHOD-PAP dan GPO-PAP. Analisis data menggunakan paired test dan One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bubur instan terbaik adalah bubur instan dengan variasi tepung gembili 90% dan isolat protein koro pedang 10% pemberian bubur instan dosis 40,5 mg/200 g BB, 81 mg/200 g BB dan 121,5 mg/200 g BB selama 28 hari dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, dan meningkatkan kadar HDL tikus hiperkolesterolemia secara signifikan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bubur instan gembili dengan penambahan isolat protein koro pedang 10% berpotensi sebagai pangan fungsional untuk mencegah hiperkolesterolemia dengan nilai kesukaan terbai

    Pengaruh Jumlah Lemak terhadap Sifat Fisik dan Kesukaan Meat Analog Protein Kecambah Kacang Tunggak (Vigna unguiculata)

    Get PDF
    Meat analog is usually made of soybean protein. The local legumes (i.e. cowpeas) could be used as the source of protein that substitute soybean protein for meat analog raw material. The objective of this research was to produce meat analog that was made of protein from local cowpeas. Cowpeas seed was germinated for 12 haur that was due to increasingprotein content. The protein of cowpeas was extracted at pH 9 and precipitated at pH 4. Meat analog from the protein ofgerminated cowpeas was treated by the variation of fat additions that were 1, 2 and 3 gram per 50 gram of protein isolat.Meat analog was analyzed physical (texture and color) and sensory (hedonic test) properties. The result of this researchshowed that germination of cowpeas seed could increased protein from 11.70 % (db) to 15.81 % (db). Based on thesensory properties comparison between meat analog of soybean protein and meat analog of cowpeas protein showedthat the addition of 2 gram of fat was the best variation. The texture, deformation  and the color (redness, yellowness andblueness) of the meat analog from germinated cowpeas were 0,89 (N), 8.56 %, 4.75, 1.50, 0 respectively.ABSTRAKPada umumnya meat analog dibuat dari protein kedelai. Kacang tunggak (Vigna unguiculata) merupakan jenis kacang- kacangan yang belum banyak dimanfaatkan, oleh kerena itu dalam penelitian ini kacang tunggak diolah menjadi meat analog. Tujuan penelitian ini adalah manghasilkan meat analog protein kecambah kacang tunggak yang disukai panelis. Biji kacang tunggak dikecambahkan selama 12 jam untuk meningkatkan kadar proteinnya, selanjutya protein kacang tunggak diekstraksi pada pH 9, dan diendapkan pada pH 4. Meat analog dari protein kecambah kacang tunggak dibuat dengan variasi lemak yaitu 1,2,3 gram untuk setiap 50 gram isolate protein. Meat analog yang dihasilkan dianalisissifat fisik : meliputi warna, tekstur, aroma, rasa, dan kesukaan keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perke-cambahan biji kacang tunggak selama 12 jam dapat meningkatkan kadar protein dari 11,70 % (db) menjadi 15,81 %(db). Berdasarkan perbandingan sifat sensoris tingkat kesukaan antara meat analog protein kecambah kacang tunggak dengan kedelai diketahui perlakuan penambahan lemak 2 gram merupakan perlakuan terbaik. Nilai tekstur kekerasan, deformasi dan warna redness, yelowness, blueness dari meat analog protein kecambah kacang tunggak berturut-turut :0,89 (N), 8,56 %, 4,75, 1,50, 0,00
    corecore