7 research outputs found

    Efek Pemberian Terapi Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus Altilis) Pada Mencit (Mus Musculus) Model Glomerulonefritis Akut Hasil Induksi Streptokinase Terhadap Kadar (Mda) Malondialdehid Ginjal Dan Gambaran Histopatologi Ginjal

    Get PDF
    Glomerulonefritis Akut (GNA) merupakan penyakit kompleks imun ditandai dengan inflamasi dan proliferasi sel glomerulus pada ginjal, Streptokinase diproduksi oleh streptococcus beta hemoliticus yang dapat menyebabkan glomerulonefritis akut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sukun (Artocarpus Altilis) sebagai terapi pada glomerulonefritis akut berdasarkan penurunan kadar MDA dan perbaikan gambaran histopatologi ginjal. Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL). Mencit dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu, kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 kelompok perlakuan yang diinduksi streptokinase secara IV dosis 2500 IU dan diterapi dengan ekstrak daun sukun (dosis 16,8 mg/ekor, 25,2 mg/ekor, dan 33,6 mg/ekor per-oral selama 14 hari. Analisis kuantitatif kadar MDA menggunakan Oneway ANOVA dengan (P<0.05).Analisa kualitatif digunakan untuk menganalisis gambaran histopatologi ginjal. Hasil penelitian menunjukkan pemberian terapi ekstrak daun sukun dengan dosis 16,8 mg/ekor, 25,2 mg/ekor dan 33,6 mg/ekor mampu menurunkan kadar MDA dan memperbaiki gambaran histopatologi ginjal yaitu perbaikan pada gambaran ginjal dengan penurunan infiltrasi sel radang, perbaikan ukuran kapsula bowman dan perbaikan tubulus yang ditunjukkan dengan penurunan nekrosis pada epitel tubulus. Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak daun sukun dapat sebagai terapi pada mencit model glomerulonefritis akut hasil induksi streptokinase berdasarkan penurunan kadar MDA dan perbaikan gambaran histopatologi ginjal dengan dosis terbaik yaitu 16,8 mg/ekor

    Efek Terapi Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus B.) Terhadap Glomerulonefritis Akut Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Hasil Induksi Streptokinase Berdasarkan Kadar Superoxide Dismutase (Sod) Dan Creatinine Clearance (Ccr)

    Get PDF
    Glomerulonefritis akut merupakan salah satu penyakit pada ginjal yang menyebabkan kerusakan dinding sel, meningkatnya permeabilitas membran, dan menurunkan filtrasi pada glomerulus. Salah satu penyebab glomerulonefritis akut yaitu glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) yang dapat diinduksi oleh streptokinase. Streptokinase diproduksi oleh Streptococcus β-hemolitycus yang menyebabkan pembentukan kompleks antigen-antibodi didalam sirkulasi darah dan berdeposit di glomerulus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terapi ekstrak kumis kucing (Orthosiphon stamineus B.) sebagai antiinflamasi dan antioksidan dalam meningkatkan kadar superoxide dismustase (SOD) dan menurunkan kadar creatinine clearance (Ccr). Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tikus yang digunakan adalah tikus jantan berumur 8-12 minggu dengan berat 150-200 gram yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: kelompok kontrol negatif, tikus tidak diberikan perlakuan; kelompok kontrol positif, tikus diinduksi streptokinase dengan dosis 6000 IU; kelompok perlakuan I, II, dan III, tikus diinduksi streptokinase dengan dosis 6000 IU dan pemberian terapi ekstrak kumis kucing dengan masing-masing dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 750 mg/kg BB secara peroral selama 14 hari. Data yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar SOD organ ginjal dan creatinine clearance yang dianalisa menggunakan one way ANOVA dengan α = 0,05. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara signifikan ekstrak daun kumis kucing mampu meningkatkan kadar SOD dan Ccr dengan dosis terapi 500 mg/kg BB. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun kumis kucing memiliki efek terapi terhadap glomerulonefritis akut pada tikus putih yang diinduksi streptokinase berdasarkan kadar SOD dan creatinine clearance

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BATANG TABAT BARITO (Ficus deltoideaJack) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcuspyogenes DENGAN METODE CAKRAM KIRBY-BAUER

    Get PDF
    Latar Belakang: Penyakit infeksi kulit bakterial merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana infeksi bakterial pada kulit yang paling sering ditemui adalah pioderma. Salah satu penyebabnya adalah Streptococcus pyogenes. Pioderma termasuk penyakit di Indonesia yang menempati urutan keempat. Tumbuhan herbal di Kalimantan Tengah yang digunakan untuk pengobatan infeksi kulit salah satunya adalah batang Tabat Barito (Ficus deltoidea Jack) yang memiliki potensi sebagai antibakteri.&nbsp; Tujuan: Penelitian ini untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol batang Tabat Barito memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes dengan metode difusi cakram Kirby-Bauer.&nbsp; Metode: Jenis penelitian menggunakan true experimental design dengan rancangan penelitian post test only control group design. Ekstrak batang Tabat Barito dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40% diuji daya antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer, serta menggunakan kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif (DMSO). Data penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way Anova.&nbsp; Hasil: Ekstrak etanol batang Tabat Barito dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 40% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dengan rerata masing-masing yaitu 11,05 mm, 8,575 mm, 7,95 mm, dan 4,825 mm. Kesimpulan: Ekstrak etanol batang Tabat Barito dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes dan konsentrasi efektifnya adalah 5%

    Uji Toksisitas Kombinasi Curcumin Dengan Vitamin E Terhadap Ekspresi Inducible Nitric Oxide Synthase (Inos) Dan Gambaran Histopatologi Ginjal Kelinci (Oryctolagus Cuniculus)

    Get PDF
    Pengembangan dan pemanfaatan obat herbal di Indonesia perlu mendapatkan substansi ilmiah yang lebih kuat, terutama melalui penelitian dan standarisasi sehingga obat herbal Indonesia dapat diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Curcumin dan vitamin E merupakan obat herbal yang dipercaya dapat menghambat pertumbuhan sel kanker karena mengandung antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi curcumin dan vitamin E terhadap ekspresi iNOS dan histopatologi ginjal. Penelitian ini menggunakan 20 ekor kelinci (Oryctolagus cuniculus) jantan dan betina berumur 3 bulan yang dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (P1), kelompok kelinci jantan diberikan kombinasi curcumin dan vitamin E selama 14 hari (P2), kelompok kelinci betina diberikan kombinasi curcumin dan vitamin E selama 14 hari (P3), kelompok kelinci jantan diberikan kombinasi curcumin dan vitamin E selama 28 hari (P4) dan kelompok kelinci betina diberikan kombinasi curcumin dan vitamin E selama 28 hari (P5). Kelinci diberi kombinasi curcumin dosis 72 mg/kgBB dan vitamin E dosis 200 IU secara per oral. Ekspresi iNOS diamati dengan metode imunohistokimia dan pembuatan preparat histopatologi ginjal dengan metode pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi curcumin dan vitamin E selama 14 hari pada kelinci jantan maupun betina dapat meningkatkan ekspresi iNOS sebesar 0,065% dan 0,11%. Sedangkan pemberian kombinasi curcumin dan vitamin E selama 28 hari pada kelinci jantan maupun betina menunjukkan terjadinya peningkatan ekspresi iNOS sebesar 0,146% dan 0,087%. Gambaran histopatologi menunjukkan tidak terjadi perubahan gambaran histopatologi pada glomerulus dan tubulus organ ginjal kelinci jantan dan kelinci betina. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terapi kombinasi curcumin dan vitamin E selama 14 hari dan 28 hari tidak bersifat toksik dan tidak merusak organ ginjal kelinci jantan dan betina

    MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

    Get PDF

    Struktur Sel Streptokokus dan Patogenesis Glomerulonefritis Akut Pascastreptokokus

    No full text

    Struktur Sel Streptokokus dan Patogenesis Glomerulonefritis Akut Pascastreptokokus

    No full text
    Struktur sel streptokokus terdiri dari kapsul asam hialuronidat, dinding sel, fimbriae, dan membran sitoplasma. Kapsul asam hialuronat diperlukan untuk resistensi terhadap pagositosis dan perlekatan bakteri pada sel epitel. Dinding sel mengandung protein spesifik terdiri dari kelas mayor yaitu protein M dan protein T serta kelas minor yaitu protein F, protein R, dan M-like protein. Fimbriae pada permukaan dinding sel disusun dari protein M spesifik dan asam lipoteikoat (polifosfogliserol dan asam lemak) yang memediasi adesi Streptococcus pyogenes ke fibronektin pada sel epitel pejamu. Membran sitoplasma dibentuk dari lipoprotein. Streptokokus A dapat mengeluarkan eksoprotein yang bekerja sebagai toksin sistemik atau sebagai enzim invasif lokal seperti hemolisin yaitu streptolisin O dan streptolisin S, streptokinase, DNAse, serta proteinase seperti nikotinamid adenin dinukleotidase (NADase, adenosin trifosfatase (ATPase), fosfatase, hialuronidase, neuraminidase, lipoproteinase, dan eksotoksin pirogenik A, B, C. Berbagai antigen streptokokus diketahui berperan dalam patogenesis glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) meskipun mekanisme pastinya belum semuanya jelas. Biasanya GNAPS didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi kulit oleh kuman Streptococcus β haemolyticus grup A. terjadi GNAPS melalui mekanisme 1. Pembentukan kompleks imun bersirkulasi dan terperangkap pada glomerulus, 2. Terdapat kemiripan molekul antara streptokokus dengan antigen ginjal, misalnya jaringan glomerulus normal bertindak sebagai autoantigen dan bereaksi dengan antibodi bersirkulasi yang dibentuk terhadap antigen streptokokus, 3. Pembentukan kompleks imun in situ antara antibodi streptokokus dan antigen glomerulus, 4. Aktivasi komplemen secara langsung oleh deposit antigen streptokokus dalam glomerulus
    corecore