58,813 research outputs found

    HUBUNGAN CAKUPAN AIR BERSIH DAN JAMBAN KELUARGA DENGAN PREVALENSI DIARE DI KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2006

    Get PDF
    Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan,dua faktor dominan yang berpengaruh terhadap kasus diare adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa terutama diare yang bermasalah dengan air bersih, jamban keluarga dan kebersihan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan cakupan air bersih dan jamban keluarga dengan prevalensi diare di Kabupaten Sambas Tahun 2006. Jenis penelitian observasional dan pendekatan cross sectional. Variabel yang diteliti adalah cakupan air bersih perpipaan dan non perpipaan, cakupan jamban keluarga dan prevalensi diare. Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat adalah korelasi Pearson Product Moment. Dari hasil penelitian diketahui cakupan air bersih perpipaan 8,88%, cakupan air bersih non perpipaan 5,50%. Cakupan jambna keluarga 13,61% dan prevalensi diare 29,27 per seribu penduduk. Ada hubungan cakupan air bersihperpipaan dengan prevalensi diare dengan nilai p=0,027, tidak ada hubungan cakupan air bersih non perpipaan dengan prevalensi diare dengan nilai p=0,178, Tidak ada hubungan penyedian air bwersih perpipaan dan non perpipaan dengan nilai p=0,081. Tidak ada hubungan antara cakupan jamban keluarga dengan prevalensi diare dengabn nilai p=0,329. Kesimpulan ada hubungan antara cakupan air bersih perpipaan dengan prevalensi diare, tidak ada hubungan cakupan air bersih non perpipaan dengan prevalensi diare, tidak ada hubungan, tidak ada hubungan total cakupan air bersih perpipaan dan non perpipaan dengan prevalensi diare, tidak ada hubungan cakupan jamban keluarga dengan prevalensi diare. Saran peningkatan cakupan pelayanan air bersih dan jamban keluarga. Kata Kunci: Air bersih, perpipaan, non perpipaan, Jaga, Prevalensi diare. THE RALTHIONSHIP BETWEEN COVERAGE OF FRESH WATER, FAMILY LATRINE AND THE PREVALENCE OF DIARRHEA IN SAMBAS REGENCY 2006 Two dominant factors of environment which have effect on the diarrhea case are fresh water and disposal of faeces. The diarrhea is one of the disease that cause out break especially in the region which have problem with poor fresh water, family latrine and environmental hygiene. The aim this research is to know the relathionship between coverage of fresh water, family latrine with the prevalennce of diarrhea in Sambas Regency in 2006. This is an observational research with a cross sectional. The dependent is coverage of fresh water both pipe and non pipe, family and prevalenceof diarrhea. The population is the amount of resident in each Public Health Center (Puskesmas) in Sambas Regency. Statistical test used a Correlation Pearson Product Moment. Result of this research showed that coverage of piping fresh water is 8,88%, coverage of non piping fresh water is 5,50%, coverage of family latrine is 13,61% and prevalence of diarrehea is 29.27 per 1000. There was a significant correlation between coverage of piping fresh water and prevalence of diarrhea with p-value =0.027, there wasn't a significant correlation between coverage of non piping fresh water and prevalence of diarrhea with p-value = 0,178, there wasn't a significant correlation between total coverage of fresh water both pipe and non pipe and prevalence diarrhea with p-value =0,181, there wasn't a significant correlation between coverage of familty latrine and prevalence of diarrhea with p-value=0,329. This research concluded that coverage of piping fresh water influenced diarrhea prevalence in Sambas. Keyword : Fresh water,pipe,family latrine,prevalence of diarrhe

    Perbandingan Efek Suplemen Besi Pra-hamil dan Selama Kehamilan dalam Upaya Menurunkan Anemia Defisiensi Besi pada Wanita Hamil dengan Anemia Ringan di Bali

    Full text link
    Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan masalah kesehatan wanita hamilterkait dengan tingginya prevalensi dan efek negatifnya terhadap kesehatan. Upayapencegahan telah dilakukan dengan pemberian tablet besi selama kehamilan. Akan tetapihasilnya belum memuaskan. Kegagalan ini mungkin diakibatkan oleh rendahnya bahkankosongnya cadangan besi tubuh sewaktu pra-hamil, terutama di negara sedangberkembang. Oleh karena itu, suplemen besi yang hanya diberikan waktu kehamilantidak cukup untuk mencegah terjadinya ADB. Oleh karena itu, dilakukan a quasiexperimental study pada 99 pasangan baru yang belum hamil yang terdiri atas 47 groupperlakuan dan 52 sebagai group kontrol. Tablet besi (200 mg ferrous sulfate) diberikansejak periode sebelum hamil pada group perlakuan yang dilanjutkan sampai dengan 3bulan kehamilan. Sementara, pada group kontrol diberikan tablet besi dimulai hanya padakehamilan trimester pertama. ADB didasarkan atas konsentrasi hemoglobin dan serumferitin sesuai dengan criteria WHO dan keuntungan pemberian tablet besi didasarkan atasteknik BCR. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pemberian tablet besi pada pra-hamildapat menurunkan prevalensi ADB lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian tabletbesi yang dimulai saat kehamilan (0% vs 38.46%, p<0.05). Perbedaan yang signifikanjuga pada rerata serum feritin pada akhir pengamatan yaitu 33.45±14.12 ?g/dL padagroup perlakuan dan 19.65±8.99 ?g/dL pada group kontrol. Sementara itu, kadarhemoglobin adalah 12.25±1.20 g/dL pada group perlakuan dan 10.91±0.67 g/dL padagroup kontrol (p<0.05). Analisis menunjukkan bahwa pemberian tablet besi yang dimulaisaat pra-hamil adalah lebih menguntungkan dibandingkan dengan pemberian tablet besimulai hanya pada kehamilan (BCR >1). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada efeksamping dan kepatuhan pada group perlakuan dan kontrol. Berdasarkan hasil-hasil inidapatlah disimpulkan bahwa pemberian tablet besi yang dimulai masa pra-hamil adalahlebih baik dibandingkan dengan pemberian tablet besi yang diberikan hanya pada saatkehamilan. Program ini sangat mungkin diterapkan pada masyarakat karenakepatuhannya adalah baik

    INVENTARISASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GOURAMY) DI KECAMATAN SIMPANG TIGA, KABUPATEN ACEH BESAR

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian tentang inventarisasi dan prevalensi ektoparasit pada ikan gurami (Osphronemus gouramy) Di Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Aceh Besar telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis, jumlah serta prevalensi dan intensitas ektoparasit yang menginfeksi ikan gurami (Osphronemus gouramy). Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) sebanyak 3 kali sampling dengan jumlah masing-masing sampel 30 ekor ikan gurami dari luar Aceh dan 30 ekor ikan gurami hasil budidaya di Gampong Nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis parasit yang ditemukan pada kedua sampel adalah Tricodina sp. dan Dactylogyrus sp.. Prevalensi parasit Tricodina sp. dan Dactylogyrus sp. pada kedua sampel ikan didapatkan hasil yang berbeda, prevalensi tertinggi diperoleh pada sampel ikan dari kolam budidaya Gampong Nya dengan nilai prevalensi 80 % dengan intensitas 3,7 Ind/ekor, sedangkan sampel ikan dari luar Aceh diperoleh nilai prevalensi 43,3 % dengan intensitas 3 Ind/ekor.Kata kunci: Dactylogyrus sp., Tricodina sp., intensitas, prevalensi, ektoparasit

    Effect of Oral Iron Tablet Administration on Serum Feritin and Hemoglobin Concentration of Pre-pregnant Women with Mild Iron Deficiency Anemia in Bali

    Full text link
    Iron deficiency anemia (IDA) is still to be a problem of pregnant women healthrelated to its high prevalence and its negative effects on health. Prevention efforts by ironsuplementation in pregnant woman have not reducing IDA problem in pregnant women yet. This failure is probably due to the assumption that IDA have been seen pre-pregnant. Totest this hypothesis, a quasi experimental study was conducted by randomized pre and posttest control group design. Sample were collected by multistage sampling random technicconsist of 47 women in treated group and 52 in control group. Both group were serumferritin and hemoglobin value test untill 3 time, pre-pregnant, early pregnant and duringpregnant. Iron tablet was administrated to treated group from the beginning of pre-pregnantperiod, continued until the first 3 months of pregnancy, while in control group iron tabletwas only given during the first 3 months of pregnancy. T-group result shown that meanserum ferritin and hemoglobin concentration at pregnant women on treated group(33,45±14,12 ?g/dL dan 12,25±1,20 g/dl) more high than control group (19,65±8,99 ?g/dLdan 10,91±0,67 g/dl), p<0,05. Mean difference serum ferritin and hemoglobinconcentration at pregnant women is 13,8 ?g/dL dan 1,34 g/dl (p<0,05). Benefid analysisresult shown that iron suplementation since pre-pregnant more benefid than ironsuplementation during pregnant (BCR >1). Based on these results, it can be concluded thatiron supplementation to IDA women starting from pre-pregnant period results in a bettereffect compare to oral iron supplementation during pregnancy only

    The Impact of Water Supply on Diarrheal Disease in Several Villages, Nusa Tenggara Timur

    Full text link
    Dampak penyediaan air bersih terhadap penyakit diare telah dipelajari di dua kecamatan endemis Malaka Tengah dan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur dalam bulan No-pember 1987. Prevalensi diare di 15 desa berkisar antara 73,9 - 634,2 per 1000 penduduk dengan rata-rata 2692 per 1000 penduduk. Prevalensi di desa yang menggunakan sarana baik (safe) 166 per 1000 penduduk, sarana kurang baik (less safe) 184 per 1000 penduduk dan sarana jelek (unsafe) 315 per 1000 penduduk. Sarana penyediaan air mempengaruhi prevalensi diare. Prevalensi diare relatif rendah di desa yang sebagian besar penduduknya menggunakan sarana baik. Sebaliknya prevalensi lebih tinggi di desa yang menggunakan sarana kurang baik atau jelek

    Prevalensi Kkp Anak Balita Di Wilayah Indonesia Bagian Timur

    Full text link
    Telah dianalisis data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) anak Balita yang dikumpulkan pada waktu pelaksanaan Studi Prevalensi Defisiensi Vitamin A dan Zat-zat Gizi Lainnya di Wilayah Indonesia Timur pada tahun 1990/1991. Tujuan analisis ini terutama untuk mengetahui prevalensi Kurang Kalori Protein (KKP) di empat propinsi Wilayah Indonesia Bagian Timur (IBT) dan perbandingan antara prevalensi KKP menurut perhitungan berdasarkan median baku Harvard dengan Z-skor berdasarkan baku WHO-NCHS. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk dan sedang (KKP) di wilayah IBT masing-masing 17% menurut indeks BB/U berdasarkan median baku Harvard dan 44% menurut indeks BB/U berdasarkan -2 SB baku WHO-NCHS. Prevalensi KKP menurut TB/U berdasarkan Z-skor WHO-NCHS hampir sama dengan prevalensi menurut indeks BB/U berdasarkan median bahan baku Harvard. Untuk mendapatkan prevalensi KKP yang hampir sama antara kedua indikator tersebut, batas ambang penentuan status KKP (gizi baik dan gizi kurang) menurut indeks BB/U berdasarkan baku WHO-NCHS adalah antara -2.6 SB dan -2.8 SB, atau rata-rata -2.75 SB

    Prevalensi Maloklusi Anak Usia 9-11 Tahun di SD IT Insan Utama Yogyakarta

    Get PDF
    Maloklusi adalah ketidaksesuaian dari hubungan rahang atau gigi yang tidak normal. Maloklusi dapat menyebabkan terjadinya resiko karies dan penyakit periodontal. Derajat keparahan malokulusi berbeda-beda dari rendah ke tinggi yang menggambarkan variasi biologi individu. RISKESDAS tahun 2013 melaporkan sebanyak 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi sekitar 80% dari jumlah penduduk dan merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi maloklusi gigi pada anak usia 9-11 tahun di SD IT Insan Utama Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu dilakukan dengan cara mendeskripsikan data prevalensi maloklusi gigi pada anak usia 9-11 tahun. Populasi penelitian berjumlah 216 anak, berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 149 anak yang menjadi responden penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat kondisi gigi yang mengalami maloklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 149 anak usia 9-11 tahun di SD IT Insan Utama, maloklusi kelas I sebanyak 82 anak dengan prevalensi 57,3%, maloklusi kelas II sebanyak 62 anak dengan prevalensi 41,6%, maloklusi kelas III sebanyak 5 anak dengan prevalensi 3,3%. Maloklusipada anak laki-laki sebanyak 49 orang (59.8%) dan pada anak perempuan sebanyak 33 orang (40.2%). Prevalensi tertinggi Maloklusi kelas Isebanyak 82 anak (57.3%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah total prevalensi maloklusi pada semua kategori pada anak usia 9-11 tahun di SD IT Insan Utama Yoyakarta sebesar 61.7% untuk anak laki-laki dan 38.3% untuk anak perempuan. Prevalensi paling besar terdapat pada maloklusi kelas I

    Pemetaan Distribusi Wasting dan Stunting di Wilayah Lokus Stunting Kabupaten Temanggung

    Get PDF
    Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa Kabupaten Temanggung menempati posisi kedua sebagai kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan prevalensi stunting tertinggi yaitu prevalensi wasting sebesar 6,1% dan prevalensi stunting sebesar 28,9%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan distribusi puskesmas lokus stunting. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan metode analisis deskriptif melalui analisis gap dan kuadran terhadap data sekunder prevalensi wasting dan stunting yang bersumber dari E-PPGBM (Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) pada triwulan keempat tahun 2022 hingga triwulan ketiga tahun 2023 di 17 puskesmas lokus stunting. Hasil gap analysis terkait capaian kinerja penanganan wasting didapatkan masih ditemukan 2 puskesmas dengan prevalensi wasting > 7% yaitu Puskesmas Pringsurat (10%) dan Puskesmas Kledung (8%). Hasil gap analysis untuk kinerja penanganan stunting didapatkan bahwa hanya 2 puskesmas yang berhasil memenuhi target prevalensi stunting ≤14%, yaitu Puskesmas Ngadirejo dan Puskesmas Kedu. Hasil analisis kuadran menunjukkan bahwa Puskesmas Kedu adalah puskesmas yang berhasil menurunkan angka prevalensi stunting dan wasting. Puskesmas Bejen, Gemawang, dan Kledung adalah puskesmas yang membutuhkan perhatian khusus untuk pelaksanaan kinerja program penanggulangan stunting
    • …
    corecore