385 research outputs found

    Lama Penyimpanan Dan Invigorasi Terhadap Vigor Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kevigoran bibit kakao pada berbagai lama penyimpanan dan invigorasi benih. Penelitian ini disusun berdasarkan pola faktorial menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah lama penyimpanan benih yang terdiri dari lima taraf yaitu: 1) control , 2) lama simpan 2 minggu, 3) lama simpan 4 minggu, 4) lama simpan 6 minggu, 5) lama simpan 8 minggu. Faktor kedua adalah cara invigorasi benih dengan menggunakan ZPT yang terdiri dari empat macam yaitu: 1) tanpa ZPT, 2) 0,01 m mol GA3, 3) 0,01 m mol GA3 + 0,1 m mol NAA, 4) air kelapa. Data yang diperoleh dianalisis ragam, data yang memiliki koefisien keragaman lebih dari 20% ditransformasikan ke √ x + 0,5 Sedangkan perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 0,05. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa : Semakin lama benih disimpan menyebabkan vigor bibit juga semakin menurun. Invigorasi dengan GA3 + NAA memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap persentase bibit vigor, tinggi bibit, jumlah daun dan indeks vigor hipotetik. Air kelapa dapat menjadi alternative cara invigorasi benih kakao yang telah mengalami kemunduran

    Pengaruh aplikasi bio-invigorasi dan lamanya perendaman benih kedaluwarsa pada pertumbuhan dan hasil cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

    Get PDF
    The increasing chili consumption in Indonesia requires efforts to maintain and even improve seed quality. Efforts to maintain the quality of expired seeds can be applied through bio-invigoration and soaking of chili seeds. The research was done on March 26–September 30 2022 at Banyumas Plant Pest and Disease Laboratory, and screen house on Jl. Kramasari Bojong, Kawunganten, Cilacap, Central Java, 4x4 Factorial Completely Randomized Design, 48 experimental units. The first factor was bio-invigoration, B0=without bioinvigoration, B1=30% coconut water+B. subtilis and P. fluorescens, B2=24% shallot  extract+B. subtilisand P.fluorescens, and B3=24% bean sprout extract+B. subtilis and P. fluorescens. The second factor was soaking  time,  P0 = 0 hours, P1 = 24 hours, P2 = 48 hours, P3 = 72 hours. Parameters were seed germination (%), seed growth uniformity (%), vigor index, plant height (cm), number of leaves (strands), and fruit fresh weight (g). The results showed that seed quality parameters and plant height were better at 24 hours of immersion with all bioinvigoration. Still, the number of leaves and fruit fresh weight were effective at 24 hours of immersion with 30% coconut water+B. subtilis and P. fluorescens.ABSTRAKUpaya untuk mempertahankan bahkan meningkat kualitas benih cabai rawit perlu dilakukan karena peningkatan konsumsi di Indonesia. Upaya mempertahankan kualitas benih kedaluwarsa dapat dilakukan dengan pemberian bio-invigorasi dan perendaman pada benih cabai rawit. Penelitian dilaksanakan pada 26 Maret–30 September 2022 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Banyumas, dan screen house di Jl. Kramasari Bojong, Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah, dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 4x4, 3 kali ulangan dengan 48 unit percobaan. Faktor pertama adalah bio-invigorasi: B0=Tanpa bio-invigorasi, B1=30% air kelapa+B. subtilis dan P. fluorescens, B2=24% ekstrak bawang merah+B. subtilis dan P. fluorescens, dan B3=24% ekstrak tauge+B. subtilis dan P. fluorescens. Faktor kedua lama perendaman, P0=0 jam, P1=24 jam, P2=48 jam, P3=72 jam. Parameter yang diamati meliputi daya berkecambah benih (%), keserampakan tumbuh benih (%), indeks vigor, tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai) dan bobot segar buah (g). Hasil penelitian menunjukkan parameter kualitas benih dan tinggi tanaman efektif pada lama perendaman 24 jam dengan semua bahan bio-invigorasi, namun parameter jumlah daun dan bobot segar buah efektif pada perendaman 24 jam dengan 30% air kelapa+B. subtilis dan P. fluorescens

    Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal untuk Meningkatkan Vigor dan Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen

    Full text link
    The objective of this research was to evaluate the effect of seed invigoration on improving seed viability and vigor, and to overcome problems of postharvest physiological dormancy of upland rice seed. The research was conducted from February to June 2011 at Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, Halu Oleo University. The experiment used randomized complete design which consisted of 13 treatments, i.e control (G0), Hidration-Dehidration (G1), Matriconditioning using ground brick (G2), Matriconditioning using ground burned-rice husk (G3), Bacillus CKD061 (G4), P. fluorescens PG01 (G5), Serratia CMN175 (G6), Biomatriconditioning using ground brick + Bacillus CKD061 (G7), Biomatriconditioning using ground brick + P. fluorescens PG01 (G8), Biomatriconditioning using ground brick + Serratia CMN175 (G9), Biomatriconditioning using ground burned-rice husk + Bacillus CKD061 (G10), Biomatriconditioning using ground burned-rice husk + P. fluorescens PG01 (G11), Biomatriconditioning using ground burned-rice husk + Serratia CMN175 (G12). Each treatment was replicated three times, therefore, overall there were 36 experimental units. Data obtained were analyzed using analysis of variance and followed with Duncan's Multiple Range Test. The research results showed that bio-invigoration treatments integrated with rhizobacteria were effective to overcome the problems of postharvest physiological dormancy when local upland rice seeds were harvested. In addition, this treatment was also able to increase viability and vigour of the seed. Among treatments tested, the use of Bacillus sp. CKD061 or P. fluorescens PG01, either independently or integrated with matriconditioning using ground brick or ground burned- rice husk was more effective in improving viability and vigour of local upland rice seed compared to other treatments

    Invigorasi Benih Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk) Setelah Periode Simpan Dengan Pemberian Zpt

    Full text link
    Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh invigorasi benih nangka dengan pemberian ZPT pada berbagai lama simpan serta konsentrasi ZPT terbaik pada masing-masing lama simpan telah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu dari bulan September sampai Desember 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 Faktor yaitu lama simpan dan pemberian ZPT dengan 3 ulangan.Hasil penelitian menunjukkan pemberian zat pengatur tumbuh dengan dosis tertentu pada berbagai lama simpan memberikan pengaruh berbeda terhadap invigorasi benih serta pemberian zat pengatur tumbuh 0.05% pada waktu simpan 4 dan 5 minggu menghasilkan invigorasi benih nangka yang terbaik

    Pengaruh Pemberian Berbagai Macam Bahan Priming terhadap Pertunbuhan dan Hasil Benih Jagung Manis (Zea mays L. saccharata Sturt.)

    Get PDF
    Galur inbrida jagung manis diperoleh dari penyerbukan sendiri (selfing) selama 5 – 7 generasi yang mengakibatkan menurunnya vigor benih. Invigorasi priming dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih yang mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi pemberian berbagai macam bahan priming terhadap viabilitas dan vigor benih serta pertumbuhan dan hasil benih jagung manis. Penelitian dilaksanakan di kebun percoban Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Desa Jatimulyo, Malang, pada bulan Maret hingga Juni 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok factorial yang terdiri dari dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama ialah bahan bahan priming (P) dengan 4 taraf yaitu P0= air; P1= aquades; P2= PGPR; P3= KNO3. Faktor kedua ialah lama perendaman (U) dengan 4 taraf yaitu U1= 4 jam; U2= 8 jam; U3= 12 jam; U4= 16 jam. Data dianalisis menggunakan uji F. Jika uji F berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan priming menggunakaan bahan aquades dan PGPR dengan lama perendaman (4, jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam) dapat meningkatkan panjang plumula benih jagung manis dan tidak berpengaruh pada pengamatan daya berkecambah, indeks vigor, panjang akar. Pengaruh pemberian bahan priming dan lama perendaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil benih tanaman jagung manis

    Invigorasi Benih Kedelai

    Full text link
    Produksi kedelai dalam negeri hanya mencukupi sekitar 40% dari kebutuhan nasional yang sebesar 2,0 juta ton/tahun, sehingga kekurangannya harus dipenuhi melalui impor. Peningkatan produksi harus selalu dilakukan dengan sasaran mencapai swasembada kedelai pada tahun 2014. Salah satunya adalah dengan perluasan areal tanam di lahan kering masam dan lahan marginal. Karakteristik benih kedelai yang mudah rusak dengan harga yang rendah dibanding benih komoditas lainnya terutama hortikultura menyebabkan pengusaha swasta tidak tertarik. Kondisi ini menyebabkan benih kedelai sulit ditemui di pasaran sehingga peredarannya di tingkat petani lebih banyak menggunakan sistem Jabalsim (jalur benih antar lapang dan musim), dimana penangkar lokal dengan fasilitas prosesing dan penyimpanan benih yang sederhana akan sangat berperan. Fenomena ini menyebabkan mutu benih yang beredar cepat menurun. Salah satu solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan teknologi invigorasi. Teknik invigorasi yang paling sesuai dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah kemunduran benih kedelai adalah matriconditioning, yaitu priming dengan menggunakan serbuk arang sekam lembab (perbandingan benih : serbuk arang sekam : air = 9 : 6 : 7) selama 12 jam. Perlakuan matriconditioning yang dikombinasi dengan Rhizobium dapat meningkatkan populasi Rhizobium endogen, infektivitas dan efektifitas Rhizobium dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai

    Peningkatan Daya Berkecambah Dan Vigor Benih Padi Hibrida Melalui Invigorasi

    Full text link
    Seed of the rice hybrid generally is not fully filled, resulting in low seed quality. Study was conducted in 2009 at the Indonesian Centre for Rice Research, Sukamandi, aiming to determine the effect of seed invigoration methods on viability and vigor of hybrid rice seeds. The treatments consisted of two factors, namely: (A) initial quality of Hipa 5 seeds, i.e., low and moderate, and (B) 8 seed invigoration methods, i.e., no treatment (control); soaking in water for 48 hours; soaking in 1.0 Mpa PEG 6000 solution for 24 hours; soaking in 5 ppm GA3 solution for 24 hours; soaking in 10 ppm GA3 solution for 24 hours; 12 hours hardening, 24 hours hardening), and soaking in a solution mixture of GA3 10 ppm Kinetin + 15 ppm for 24 hours. The results showed that all seed invigoration treatments increased seed germinations by 1 to 8% and the seed growth rates by 0.7 to 4.3 %/24 hour in seeds of hybrid rice Hipa 5, either in the high initial quality seeds or in the low initial quality seeds. Soaking of the medium quality seeds in 10 ppm GA3 + 15 ppm kinetin solution resulted in the highest seed germination (89%). In the low quality seeds, treatments with GA3 and 15 ppm Kinetin also resulted in high seed germination (79%), equivalent to that of treatment with 24 hours hardening (78%). All seed invigoration treatments, except for soaking in water for 48 hours, increased length and dry weight of the seedling stem. The highest length of the stem was shown from seed soaked in 10 ppm GA3 solution (16.8 cm), whereas the highest stem dry weight was shown from seed soaked in a mixture of 10 ppm GA3 + kinetin 15 ppm solution (526 mg/seedling). Based on all variables evaluated, soaking seeds in 10 ppm GA3 solution or a mixed solution of 10 ppm GA3 + kinetin 15 ppm is considered effective invigoration treatment to improve vigor and growth of hybrid rice seeds

    Viabilitas Awal, Daya Simpan dan Invigorasi Benih Kemangi (Ocimum Basilicum L.)

    Get PDF
    Basil (Ocimum basilicum L.) is cultivated in many countries as vegetable crop, and as herbal medicine or pesticide for mosquito larvae, but there is limited information on its seed viability. Three experiments were conducted at Seed Science and Technology Laboratory Departement of Agronomy and Horticulture IPB from January to June 2011. Experiment one tested viability of basil seeds with different maturation obtained from different fruit maturity and drying treatment. Experiment two stored basil seed for 12 weeks in ambient condition and tested seed viability weekly. In experiment three, two seed lots that have been stored for 2 and 14 weeks in ambient condition were invigorated with GA3 1,000 ppm and KH2PO4 1.5% and light treatment 820 lux m-2. It was revealed that basil seed was physiologically mature at 44-49 days after flowering with 12.5% moisture content and low viability of 34.0%. After-ripening period of basil seed was two week where the seed viabilty increase to 56.7%. Seed viability did not significantly change during 12 weeks stored in ambient condition. Maximum viability of basil seed (64.34-66.52%) could be achieved by invigoration treatment with GA3 1,000 ppm and light treatment 820 lux m-2
    • …
    corecore