5 research outputs found
THE DEVELOPMENT OF ANTI-CORRUPTION EDUCATION (AN EVALUATION STUDY ON THE EFFECTIVENESS OF LITERATURE STUDY OF ANTI-CORRUPTION EDUCATION)
The purpose of this research is to develop learning tools as well as test the effectiveness of the
implementation of anti-corruption education. The research method refers to the development of procedural
models, which is descriptive, that shows the steps to produce a product that is effectively used at schools, not to
test theories. The research procedures of every stage of development were done through expert assessment,
individual assessment, group assessment, and field assessment. The model system approach, which was done to
the formative evaluation measures, was developed by Dick & Carey. The trials included learning experts
assessment, content experts assessment, learning media experts assessment, individual assessment, group
assessment, and field assessment. The results of the assessment trials were used as an input to improve product
development which was conducted using the t test (Paired Samples Test) to determine the effectiveness of the
teaching materials. Descriptive quantitative analysis techniques were used to compare the competence of
students before and after the use of teaching materials through the pretest and posttest which showed significant
results, namely the difference in the value of pretest and posttest. It means anti-corruption education teaching
materials are very effectively implemented to the students
The Javanese local wisdom described in Murwakala performed in the oral tradition of ruwatan
Abstract: This paper discusses the local wisdom described in Murwakala performed in the oral tradition of Ruwatan . Ruwatan is the Javanese traditional ceremony done in order to release the Sukerta ’s life from Bathara Kala ’s threat. There are certain groups of people who believe that ruwatan is a ceremony that has to be done by the Sukerta ; if they have not done it, they think that they have not done their responsibility and if they cannot do that, they will suffer from Bathara Kala ’s threat (Subalidinata, 1985: 3). Ruwatan was done for the first time in the 17th century; then, it has been done continually every year, from generation to generation up to recent days. It shows the interesting literary phenomenon that Murwakala which was rooted in Javanese culture can be understood and believed by not only Javanese but also other tribes in Indonesia. It is reasonable because Murwakala is assumed to show the Javanese local wisdom related to human existence and it is described through the characters of Murwakala . To find out this local wisdom, the writer used the theory of post-structuralism of narrative proposed by Jonathan Culler in which there are two steps of analyzing the narration. These steps are usually called double logic: by considering the text as a discourse and revealing the significance of the text based on the text’s thematic structure
BAHASA RITUAL DAN KEKUASAAN TRADISIONAL ETNIK RONGGA
Makalah ini memaparkan kekuasaan tradisional (traditional power) dalam konteks kehidupan kontemporer etnik
Rongga di Flores NTT. Fokus kajiannya pada aspek sosio-etnolinguistik terkait dengan bahasa ritual meliputi: (1)
bentuk-bentuk linguistik dan non linguistik yang relevan dengan nilai-nilai kekuasaan; (2) sistem nilai budaya yang
terkait dengan nilai-nilai kekuasaan itu sendiri yang terkandung didalamnya; (3) proses pemerolehan, pewarisan,
pemertahanannya di masa lampau dan kini, serta prospeknya di masa mendatang dalam dinamika sosiopolitik baik
di Manggarai Timur dan Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh manakah terjadi interaksi antara
bahasa (ritual) etnik Rongga dengan kekuasaan. Interaksinya akan dikaji dari dua dimensi, yakni tradisional dan
kotemporer, dilihat dari dinamikanya terkait dengan usaha konservasi bahasa dan budaya minoritas yang
terpinggirkan (Arka, 2013;2015). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif-kualitatif dengan pendekatan
etnografi merupakan kelanjutan dari penelitian bahasa dan budaya Rongga (Arka, 2010; Sumitri, 2015). Inovasi
kajian terletak pada ancangan yang diusulkan berupa kajian kapital lingusitik sebagai bagian dari kapital lainnya
(sisiokultural dan ekonomis) (Morrison dan Lui, 2000; Bourdieu 1997). Metode dan teknik pengumpulan data
adalah pengamatan, wawancara, studi dokumentasi, rekam dan catat.
Temuan. Secara linguistik, terdapat kekhasan satuan bentuk ujaran bahasa ritual bersifat puitis arkais dalam polapola
bersajak dengan tingkat kesulitan dalam bentuk dan irama yang tinggi. Secara etnolinguistik, bahasa ritual
berisi pesan/makna yang sarat nilai sosial budaya dan pengetahuan etnik Rongga. Bahasa ritual tersebut ditopang
pula dengan perilaku ragawi untuk menunjang kebermaknaan esensi pesan yang disampaikan. Relasi kekuasaan dan
bahasa ritual terbangun secara alamiah melalui sejumlah kualitas persona yang dihargai tinggi dengan mendapatkan
pengakuan atas posisinya dalam hirarki sosial seperti kemampuan, keterampilan, dan kepekaan dalam penguasaan
pengetahuan adat yang luhur dengan ekpresi linguistik dengan tingkat kerumitan tinggi sebagai bentuk kapital
linguistik dan kultural bagi seseorang. Terbentuknya kapital linguistik dan budaya yang tinggi pada seseorang
adalah proses yang kompleks, kombinasi dari kualitas diri dan bakat verbal linguistik serta pembawaan dengan
legitimasi seseorang. Semua itu diperoleh secara tradisional berdasarkan pengalaman dan juga bersifat genealogis
(dengan otoritas rohaniah) terkait dengan adat/suku/marga tertentu yang semuanya menjadi sumber daya potensial
yang berakumulasi pada pengaruh dan kekuasaan menggerakkan kepatuhan dan penghormatan warga lain.
Walaupun kekuasaan tradisional mengalami penyusutan, yang bisa dijelaskan dengan baik dari perspektif
pergeseran ideologi (bahasa/budaya) dan ekologi kekuasaan lebih besar, namun fungsi dan perannya tidaklah punah
sama sekali. Diargumentasikan bahwa dinamika kekuasaan tradisional mestinya didokumentasikan dan dipahami
dengan baik, diaktualisasi untuk kepentingan kontemporer sebaik-baiknya. Kekuatan legitimasinya tergerus sebagai
dampak dari kehadiran sistem pemerintahan/birokrasi modern Indonesia (menggantikan sistem kedaluan pada tahun
1960an). Meskipun demikian, sistem pewarisan kekuasaan tradisional masih mengikuti garis kekuasaan kepada
orang yang memiliki kapital linguistik-budaya, umumnya tokoh adat yang berpengaruh, yang mampu menguasai
bahasa ritual dan memanfaatkan pengetahuan adat dan energi lembaga adat untuk berbagai kepentingan, baik
ritual/tradisi maupun kontemporer. Makalah lengkap akan menguraikan lebih jauh secara komparatif dampak
positif-negatif terpisahnya (perekrutan) kepemimpinan dan kekuasaan ditingkat lokal (tradisional/adat vs. modern),
dalam konteks kapital budaya/linguistik yang lebih luas di Indonesia