Jurnal Peternakan Indonesia
Not a member yet
495 research outputs found
Sort by
Potret Praktik Peternakan Kerbau di Kabupaten Agam: Kajian Manajemen Pakan, Reproduksi, dan Kesehatan untuk Pengembangan Peternakan Berkelanjutan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara deskriptif (1) praktik manajemen pakan, reproduksi, dan kesehatan peternakan kerbau tradisional di Kabupaten Agam, yang dikenal sebagai salah satu sentra populasi kerbau terbesar di Sumatera Barat dan memiliki potensi signifikan untuk pengembangan peternakan berkelanjutan, serta (2) menganalisis potensi pengembangannya mendukung sistem peternakan yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif melalui tiga metode utama, yaitu: (a) wawancara mendalam terhadap 60 peternak yang tersebar di 4 kecamatan sentra kerbau, (b) observasi langsung terkait kondisi kandang, sistem pakan, reproduksi, dan kesehatan hewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan kerbau masih bersifat ekstensif dengan manajemen pakan yang masih konvensional dan minim inovasi, seperti hanya mengandalkan hijauan alam tanpa penambahan nutrisi atau pengawetan pakan, pengelolaan reproduksi secara alami tanpa pencatatan siklus, serta sistem kesehatan hewan yang belum mengedepankan tindakan preventif. Meski demikian, terdapat potensi besar untuk pengembangan, antara lain melalui penguatan penyuluhan, pengenalan teknologi pakan dan reproduksi tepat guna, serta peningkatan akses terhadap layanan kesehatan hewan. Temuan ini mengindikasikan pentingnya intervensi terpadu berbasis komunitas dan kearifan local guna mendukung transformasi peternakan kerbau rakyat melalui pendekatan pelatihan teknis berbasis kelompok, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan penguatan kelembagaan peternak lokal, sehingga tercipta sistem yang lebih produktif, adaptif, dan berkelanjutan
Analisis Logistik Pakan dan Prospek Pengembangan Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Tasikmalaya
Jumlah sapi perah di Kabupaten Tasikmalaya masih sedikit jika dibandingkan daerah lain yang sudah menjadi sentra pengembangan sapi perah. Prospek pengembangan ternak sapi perah memerlukan kesiapan penyediaan pakan yang memadai untuk mendukung penambahan populasi ternak sapi perah. Tujuan penelitian: 1) Menganalisis tipologi peternakan dan logistik pakan; 2) Menganalisis prospek pengembangan pada peternakan sapi perah. Penelitian dimulai dari bulan Juni – Juli 2023 melalui metode survei menggunakan analisis deskriptif pada tipologi peternakan dan logistik pakan, serta strategi pengembangan (analisis SWOT). Kabupaten Tasikmalaya prospektif untuk pengembangan sapi perah menurut hasil penelitian dengan mempertimbangkan terlebih dahulu aspek logistik pakannya untuk dapat mendukung upaya peningkatan populasi ternak sapi perah. Hasil analisis prospek pengembangan sapi perah, Kabupaten Tasikmalaya berada pada Kuadran I. Strategi pengembangan sapi perah yang paling sesuai yaitu strategi agresif (growth oriented strategy) dengan prospek utama pada kemajuan usaha melalui kekuatan dan peluang yang dimiliki. Strategi yang disarankan yaitu: 1) Peningkatan pada sarana untuk logistik pakan, 2) Integrasi sapi perah dengan pertanian (padi, jagung), 3) Introduksi teknologi pengolahan pakan, 4) Memaksimalkan penggunaan lahan untuk penanaman hijauan berkualitas, dan 5) Mengoptimalkan peran koperasi dalam menyediakan pakan yang dibutuhkan. Saran penelitian yaitu pertimbangan kajian logistik pakan dan hasil analisis prospek pengembangan ternak untuk pengembangan sapi perah
SUBSTITUSI RANSUM KOMERSIAL DENGAN DUK–ATF FERMENTASI RHIZOPUS OLIGOSPORUS DAN DAMPAKNYA TERHADAP BOBOT KARKAS SERTA KUALITAS DAGING PAHA ATAS AYAM BROILER: Substitution of Commercial Diet with DUK–ATF Fermented by Rhizopus oligosporus and Its Effect on Carcass Weight and Meat Quality of Broiler Thigh
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan campuran daun ubi kayu dan ampas tahu fermentasi (DUK–ATF) dengan Rhizopus oligosporus sebagai pengganti sebagian ransum komersial terhadap bobot karkas, kadar kolesterol total, dan lemak kasar daging paha atas ayam broiler. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan level DUK–ATF (0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%) dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level DUK–ATF dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot karkas, kadar kolesterol total, dan lemak kasar daging paha atas broiler. Perlakuan penggunaan 15% (D) menghasilkan kadar kolesterol 24,81 mg/100g dan lemak kasar 5,79%, yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan kontrol (38,39 mg/100g dan 7,42%), dengan bobot karkas 1329,90 g yang masih dalam kisaran normal. Disimpulkan bahwa penggunaan DUK–ATF hingga 15% dapat meningkatkan kualitas daging ayam broiler melalui penurunan kolesterol dan lemak tanpa menurunkan performa secara signifikan. Aplikasi bahan pakan fermentasi ini juga berpotensi mendukung kemandirian pakan lokal dan pengelolaan limbah agroindustri secara berkelanjutan.Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan campuran daun ubi kayu dan ampas tahu fermentasi (DUK–ATF) dengan Rhizopus oligosporus sebagai pengganti sebagian ransum komersial terhadap bobot karkas, kadar kolesterol total, dan lemak kasar daging paha atas ayam broiler. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan level DUK–ATF (0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%) dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level DUK–ATF dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot karkas, kadar kolesterol total, dan lemak kasar daging paha atas broiler. Perlakuan 5% DUK–ATF menghasilkan bobot karkas tertinggi (1488,28 g), sedangkan perlakuan 20% memberikan bobot karkas terendah (1288,18 g). Selain itu, perlakuan tertinggi (20% DUK–ATF) juga menghasilkan kadar kolesterol dan lemak kasar terendah, masing-masing sebesar 23,39 mg/100 g dan 5,50%. Penurunan ini diduga terkait dengan kandungan serat dan senyawa bioaktif hasil fermentasi yang berperan dalam menekan sintesis lipid dalam jaringan. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa DUK–ATF berpotensi digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk meningkatkan kualitas kesehatan produk daging broiler melalui penurunan kolesterol dan lemak, meskipun penggunaannya perlu dioptimalkan agar tidak menurunkan bobot karkas
HAMBATAN ADOPSI PEMANFAATAN IKAN SAPU-SAPU SEBAGAI PAKAN TERNAK DI PERAIRAN DANAU KABUPATEN SOPPENG: -
Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys sp) merupakan persoalan karena sebagai kompetitor, dan juga tidak memiliki nilai jual, padahal memiliki kandungan protein tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Namun Tingkat adopsi peternak yang memanfaatkannya masih rendah. Tujuan penelitian mengetahui faktor yang menghambat adopsi pemanfaatan ikan sapu-sapu sebagai pakan ternak di perairan danau Soppeng. Populasi penelitian adalah seluruh peternak yang berjumlah 30 orang. Data penelitian dilakukan dengan survey dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner, FGD, serta wawancara mendalam. Data yang dikumpulkan adalah hambatan peternak dalam memanfaatkan adopsi ikan sapu-sapu menjadi pakan ternak dengan variabel a) membutuhkan biaya, b) tidak dikonsumsi, c) tidak memiliki nilai jual, d) kesulitan penanganan, e) dan ketidaktahuan peternak terhadap manfaat ikan sapu-sapu. Data dianalisis deskriptif yang menunjukkan bahwa faktor hambatan peternak dalam adopsi pemanfaatan ikan sapu-sapu sebanyak 50% menyatakan membutuhkan biaya; 80% tidak dikonsumsi; 83,3% tidak mengetahui cara pengolahan ; 86,7% tidak memiliki nilai jual, serta 73% menyatakan sulit penanganan.Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys sp) bagi sebagian besar petani merupakan persoalan karena menjadi hama pertanian yaitu sebagai kompetitor bagi ikan budidaya baik dalam habitat maupun pencarian makan, dan juga ikan ini mempunyai sifat yang merusak sarang pemijahan ikan lain di sekitarnya yang berakibat menurunkan produktivitas ikan budidaya. Selain mendominasi jumlah tangkapan ikan oleh nelayan juga mengakibatkan ikan-ikan lain kurang berkembang. Ikan ini juga dapat merusak alat tangkap jaring insang yang dipakai oleh mayoritas nelayan. Salah satu penyebab ikan ini berkembang biak karena tidak memiliki nilai jual, sehingga apabila tertangkap oleh nelayan cenderung untuk dibuang kembai ke perairan, sehingga mengakibatkan populasi ikan sapu-sapi semakin banyak. Walaupun ikan sapu-sapu ini banyak, tidak dapat dijual karena tidak memiliki harga, padahal ikan sapu-sapu ini memiliki kandungan protein tinggi, sehingga dapat diolah dan digunakan menjadi tepung ikan sapu-sapu. Namun demikian, adopsi oleh petani dalam pemanfaatan ikan sapu-sapu menjadi pakan ternak masih rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang menghambat adopsi pemanfaatan ikan sapu-sapu sebagai pakan ternak di perairan danau Soppeng. Penentuan petani sebagai responden dilakukan secara purposive , dengan jumlah responden 30 orang petani peternak. Data penelitian dikumpulkan dengan melakukan survey dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara menggunakan kuesioner, focus group discussion, serta wawancara secara mendalam (indepth study) kepada beberapa informan kunci. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor yang menghambat adopsi pemanfaatan ikan sapu-sapu sebagai pakan ternak di perairan danau soppeng adalah ketidaktahuan petani terhadap ikan sapu-sapu memiliki manfaat , sulit penangannnya karena kulitnya keras, tidak memiliki nilai jual , ketidak tahuan peternak mengolah, dan butuh biaya. Untuk itu diperlukan peningkatkan pengetahuan peternak dalam memanfaatkan ikan sapu-sapu sebagai pakan ternak, yang dapat mengurangi biaya pakan dalam usaha budidaya ternak, agar peternak dapat meningkatkan produktifitas, pendapatan dan kesejahteraan pada peternakan rakyat di pedesaan.
Kata kunci: hambatan adopsi, ikan sapu-sapu, pakan ternak, soppeng
 
Perbandingan Karakteristik Fisik dan Sensoris Es Krim Berbasis Susu Rendah Laktosa, Susu UHT, dan Susu Kedelai: Comparison of the Physical and Sensory Characteristics of Ice Cream Made with Low- Lactose Milk, UHT Milk, and Soy Milk
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai jenis susu sebagai bahan baku utama pada pembuatan es krim terhadap karakteristik fisik dan sensori. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan (susu sapi rendah laktosa hasil hidrolisis enzimatis, susu sapi rendah laktosa komersial, susu sapi UHT komersial, dan susu kedelai) dan 5 ulangan. Parameter yang diamati yaitu overrun, melting time dan sensori. Penggunaan berbagai jenis susu dalam pembuatan es krim memberikan pengaruh signifikan (P<0.05) terhadap nilai overrun serta sensori warna, aroma tekstur, dan overall es krim, tetapi tidak memberikan pengaruh signifikan (P>0.05) pada sensori rasa. Es krim berbasis susu sapi (UHT, rendah laktosa hidrolisis enzimatis, dan rendah laktosa komersial) memiliki karakteristik overrun dan melting rate yang lebih rendah dibandingkan susu kedelai, tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara ketiga sampel tersebut. Walaupun es krim berbasis susu rendah laktosa hasil hidrolisis enzimatis menunjukkan nilai sensori yang lebih rendah pada atribut warna, aroma dan tekstur dibandingkan susu UHT konvensional, namun es krim berbasis susu rendah laktosa tetap layak dikembangkan sebagai alternatif fungsional bagi penderita intoleransi laktosa.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai jenis susu sebagai bahan baku utama pada pembuatan es krim terhadap karakteristik fisik dan sensori. Metode yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan (susu sapi rendah laktosa hasil hidrolisis enzimatis, susu sapi rendah laktosa komersial, susu sapi UHT komersial, dan susu kedelai) dan 5 ulangan. Parameter yang diamati yaitu karakteristik overrun, melting time dan sensori. Penggunaan berbagai jenis susu dalam pembuatan es krim memberikan pengaruh signifikan (P<0.05) terhadap nilai overrun serta sensori warna, aroma tekstur, dan overall es krim, tetapi tidak memberikan pengaruh signifikan (P>0.05) pada sensori rasa. Es krim berbasis susu sapi (UHT, rendah laktosa hidrolisis enzimatis, dan rendah laktosa komersial) memiliki karakteristik overrun dan melting rate yang lebih rendah dibandingkan susu kedelai, tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara ketiga sampel tersebut. Walaupun es krim berbasis susu rendah laktosa hasil hidrolisis enzimatis menunjukkan nilai sensori yang lebih rendah pada atribut warna, aroma dan tekstur dibandingkan susu UHT konvensional, namun es krim berbasis susu rendah laktosa tetap layak dikembangkan sebagai alternatif fungsional bagi penderita intoleransi laktosa
Aktivitas Farmakologis Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.) dalam Bidang Kesehatan Hewan: Pharmacological Activity of Bandotan Leaf Extract (Ageratum conyzoides L.) in Animal Health
Kesehatan hewan memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung produktivitas ternak, kesejahteraan hewan, serta kesehatan masyarakat veteriner. Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap dampak negatif penggunaan obat-obatan kimia, seperti antibiotik dan antioksidan sintetis, khususnya yang berkaitan dengan risiko resistensi antimikroba, toksisitas, serta residu, muncul kebutuhan akan alternatif alami yang lebih aman dan berkelanjutan. Salah satu tanaman yang berpotensi memenuhi kebutuhan tersebut adalah bandotan (Ageratum conyzoides Linn.). Tanaman ini mengandung berbagai senyawa fitokimia seperti flavonoid, fenol, alkaloid, dan tanin yang memiliki aktivitas farmakologis sebagai antioksidan, antimikroba, antiinflamasi, serta membantu menurunkan kadar kolesterol. Penelitian ini merupakan studi literatur dengan analisis deskriptif terhadap data sekunder dari jurnal dan artikel terakreditasi nasional dan internasional. Berdasarkan kajian pustaka dari berbagai sumber ilmiah, Ekstrak daun bandotan efektif menghambat peroksidasi lipid, menurunkan kolesterol dan trigliserida, serta meningkatkan bobot badan pada tikus. Pada ayam broiler, ekstrak ini menurunkan kolesterol, meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan, kualitas daging, dan berfungsi sebagai agen antikoksidia alami.ABSTRACT
Kesehatan hewan merupakan salah satu hal terpenting dalam menunjang produktivitas peternakan, kesejahteraan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner. Meningkatnya kesadaran terhadap dampak negatif penggunaan obat-obatan kimia seperti antibiotik dan antioksidan sintetis, termasuk risiko resistensi, toksisitas, dan residu, mendorong pencarian alternatif berbasis bahan alam. Salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan di wilayah tropis adalah bandotan (Ageratum conyzoides L.), yang dikenal sebagai gulma namun memiliki berbagai aktivitas farmakologis, seperti antioksidan maupun antibakteri. Penelitian ini merupakan kajian literatur yang mengkaji potensi ekstrak daun bandotan dalam bidang kesehatan hewan dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber publikasi ilmiah. Hasil kajian menunjukkan bahwa ekstrak daun bandotan mengandung senyawa aktif yang berperan dalam menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida, meningkatkan performa ayam broiler, serta berpotensi sebagai agen antikoksidia alami. Oleh karena itu, ekstrak bandotan dapat menjadi alternatif alami yang menjanjikan dalam mendukung kesehatan dan produktivitas ternak.
Kata Kunci: Ageratum conyzoides, aktivitas farmakologis, kesehatan hewa
Pemakaian Produk Kulit Ubi Kayu dan Limbah Ikan yang Difermentasi dengan Bacillus amyloliquefaciens Dalam Ransum Ayam Broiler
Penggunaan bahan pakan asal limbah dalam ransum unggas memerlukan proses pengolahan bahan baku yang tepat apabila dijadikan pakan sumber protein atau energi dan diperlukan uji ransum pada unggas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan produk kulit ubi kayu dan limbah ikan tongkol fermentasi (KUKLIF) menggunakan inokulum Waretha yang terdiri dari bakteri Bacillus amyloliquefaciens. Sebanyak 100 ekor DOC ayam broiler strain New Lohmann. (MB-202 Platinum) digunakan dan diberi ransum perlakuan selama 5 minggu. Perlakuan adalah pemakaian KUKLIF dalam ransum. Ransum disusun dengan isoprotein 22% dan isoenergi 3.000 kkal/kg. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan ransum dan 4 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari R0: (kontrol, 0% KUKLIF), R1 (5%), R2 (10%), R3 (15%), R4 (20%). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan persentase karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level penggunaan produk KUKLIF dalam ransum menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan, namun berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konversi ransum, serta berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas. Kesimpulan penelitian adalah bahwa level penggunaan KUKLIF dalam ransum ayam broiler dapat diberikan sampai 15% dan dapat mempertahankan performa ayam broiler, dengan konsumsi ransum 669,30 g/ekor/minggu, pertambahan bobot badan 393,81 g/ekor/minggu, konversi ransum 1,70, dan persentase karkas 76,37%.ABSTRAK         Penggunaan bahan pakan asal limbah dalam ransum unggas memerlukan proses pengolahan bahan baku yang tepat apabila dijadikan pakan sumber protein atau energi dan diperlukan uji ransum pada unggas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian produk limbah kulit ubi kayu dan limbah ikan tongkol fermentasi (KUKLIF) menggunakan inokulum Waretha yang terdiri dari bakteri Bacillus amyloliquefaciens. Sebanyak 100 ekor DOC ayam broiler strain New Lohmann (MB-202 Platinum) digunakan dan diberi ransum perlakuan selama 5 minggu. Perlakuan adalah pemakaian  KUKLIF dalam ransum. Ransum disusun dengan isoprotein 22% dan isoenergi 3000 kkal/kg. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan ransum dan 4 kali ulangan. Perlakukan terdiri dari R0: (kontrol, 0% KUKLIF), R1 (5%), R2 (10%), R3 (15%), R4 (20%). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan persentase karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level penggunaan produk KUKLIF dalam ransum  menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan, namun berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konversi ransum, serta berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas. Kesimpulan penelitian adalah bahwa level penggunaan KUKLIF dalam ransum ayam broiler dapat diberikan sampai 15% dan dapat mempertahankan performa ayam broiler, dengan konsumsi ransum 669,30 g/ekor/minggu, pertambahan bobot badan 393,81 g/ekor/minggu, konversi ransum 1,70, and persentase karkas 76,37%
Analysis of Food Security and Livestock-Based Food Consumption Patterns among Poor Households in the Coastal Area of Demak Regency: Analisis Ketahanan Pangan dan Pola Konsumsi Pangan Ternak pada Rumah Tangga Miskin di Wilayah Pesisir Kabupaten Demak
Demak Regency, despite being a food-producing area, faces potential food insecurity. This study analyzed household income, food and non-food expenditures, spending and consumption of livestock- based foods, and food security based on energy adequacy levels (EAL) and the share of food expenditures. The role of animal protein consumption was emphasized due to its importance in improving nutrition and food security among poor households. The research was conducted from October 2024 to March 2025 in Sayung (Tugu, Banjarsari) and Bonang (Purworejo, Morodemak) Subdistricts, purposively selected for their highest poverty levels. Using a survey of 104 households, data were collected through interviews, 2×24-hour food recall, and observation. The results showed that average income IDR 1,790,290.89/ month; food expenditure IDR 1,041,490.40; livestock-based food expenditure IDR 193,389.42; non- food expenditure IDR 744,884.16; livestock-based food consumption 48.10 g/capita/day; food insecurity dominated (73.08%), while 26.92% were food secure.Kabupaten Demak berpotensi mengalami kerawanan pangan, meskipun merupakan wilayah penghasil pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan rumah tangga, pengeluaran pangan, pengeluaran non-pangan, dan kondisi ketahanan pangan berdasarkan tingkat kecukupan energi serta proporsi pengeluaran pangan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2024 hingga Maret 2025 di Kecamatan Sayung (Desa Tugu dan Banjarsari) dan Kecamatan Bonang (Desa Purworejo dan Morodemak). Lokasi penelitian dipilih secara purposif berdasarkan pertimbangan tertentu, dengan mengambil daerah yang memiliki jumlah rumah tangga miskin tertinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Jumlah sampel sebanyak 104 rumah tangga. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dengan kuesioner terbuka, food recall 2x24 jam, dan metode observasi. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Metode analisis kondisi ketahanan pangan menggunakan analisis silang (cross-classification) antara Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dan pangsa pengeluaran pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) rata-rata pendapatan rumah tangga miskin di Kabupaten Demak adalah Rp 1.790.291 per bulan; 2) rata-rata pengeluaran untuk konsumsi pangan sebesar Rp 1.041.490 per bulan; 3) rata-rata pengeluaran non-pangan sebesar Rp 744.884 per bulan; 4) kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin di wilayah pesisir didominasi oleh kategori rawan pangan sebesar 73,08% dan sisanya 26,92% masuk dalam kategori aman pangan.
Kata Kunci: Ketahanan Pangan Rumah Tangga, Pendapatan Rumah Tangga, Pengeluaran Pangan, Tingkat Kecukupan Energ
Hubungan antara Umur dan Libido Pejantan terhadap Kualitas Semen pada Sapi Simmental
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur dan libido pejantan terhadap kualitas semen sapi Simmental. Penelitian ini menggunakan 13 ekor pejantan sapi Simmental yang berumur 3-7 tahun di UPTD BPTSD Tuah Sakato. Variabel penelitian ini meliputi skor libido pejantan dan kualitas semen (motilitas, viabilitas, konsentrasi, dan abnormalitas spermatozoa). Data penelitian dianalisis dengan analisis regresi menggunakan aplikasi IBM SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan (P<0,05) antara umur pejantan dengan motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa, tetapi tidak berkorelasi signifikan (P>0,05) dengan libido pejantan dan konsentrasi semen. Terdapat korelasi yang signifikan (P<0,05) antara libido pejantan dengan konsentrasi dan viabilitas semen. Libido dan kualitas semen terbaik ditemukan pada pejantan yang berumur 6 tahun yaitu libido 4,50±0,55, konsentrasi semen 1.555,50±535,82 x 106/ml, motilitas 86,67±0,82%, viabilitas 83,65±6,37%, dan abnormalitas 6,64±0,75%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah umur pejantan memiliki korelasi dengan motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa sapi Simmental dan skor libido pejantan memiliki korelasi dengan konsentrasi dan viabilitas semen.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur dan libido pejantan terhadap kualitas semen sapi Simmental. Penelitian ini menggunakan 13 ekor pejantan sapi Simmental yang berumur 3-7 tahun di UPTD BPTSD Tuah Sakato. Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi libido pejantan dan kualitas semen (motilitas, viabilitas, konsentrasi, dan abnormalitas spermatozoa). Data penelitian dianalisis dengan analisis regresi menggunakan aplikasi IBM SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan (P<0,05) antara umur pejantan dengan motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa, tetapi tidak berkorelasi signifikan (P>0,05) dengan libido pejantan dan konsentrasi semen. Kemudian terdapat korelasi yang signifikan (P<0,05) antara libido pejantan dengan konsentrasi dan viabilitas semen, tetapi tidak terdapat korelasi yang signifikan (P>0,05) dengan motilitas dan abnormalitas spermatozoa. Libido dan kualitas semen terbaik ditemukan pada pejantan yang berumur 6 tahun yaitu libido 4,50±0,55, konsentrasi semen 1.555,50±535,82 x 106/ml, motilitas 86,67±0,82%, viabilitas 83,65±6,37%, dan abnormalitas 6,64±0,75%.
Kata kunci : Libido, kualitas semen, sapi Simmental, umur
Comparison of Nutrient Content and Daily Milk Production in Dairy Cows Fed Cipro Plus and Setia Feed Concentrates in KPSP Setia Kawan
This study aimed to compare the nutrient content and daily milk production of dairy cows fed two types of concentrates: Cipro Plus and Setia Feed. The research was conducted at KPSP Setia Kawan, Pasuruan, using 8 lactating dairy cows divided into two treatment groups. The first group was given Cipro Plus concentrate, and the second group was given Setia Feed. Analysis of the concentrate's nutrient content was performed proximately, while milk production was measured daily for four weeks of observation. The results showed a significant difference (p < 0.05) in the crude protein parameter between the two feed types, specifically 19.09% ± 0.45 for Cipro Plus compared to 16.79% ± 0.25 for Setia Feed. There were no significant differences in moisture content, ash content, crude fat, and crude fiber between the two feed types (p > 0.05). However, Setia Feed tended to have higher crude fat and lower crude fiber content compared to Cipro Plus. Daily milk production of cows fed Setia Feed was also significantly higher (9.1 ± 0.3 liters) compared to those fed Cipro Plus (8.3 ± 0.2 liters). These results indicate that Setia Feed concentrate is superior in increasing the milk productivity of dairy cows and is recommended for use in smallholder farms