Jurnal Peternakan Indonesia
Not a member yet
495 research outputs found
Sort by
Pengaruh Limbah Industri Pangan dan Sampah Pasar Sebagai Media Maggot BSF Terhadap Biomassa, Frass, dan Penyusutan
Limbah industri pangan dan sampah pasar merupakan limbah dengan kandungan bahan organik tinggi belum banyak dimanfaatkan. Apabila tidak diolah dengan baik maka limbah organik dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan. Salah satu cara pengolahan limbah adalah dengan reduksi sebagai media pertumbuhan maggot Black Soldier Fly (BSF). Hasil dari proses pertumbuhan maggot dengan media organik adalah biomassa maggot, frass maggot, dan penyusutan media. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah industri pangan dan sampah pasar sebagai media pertumbuhan maggot terhadap biomassa maggot, frass maggot, dan penyusutan media. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan 3 perlakuan, P1 (media 100% sampah pasar), P2 (media 100% limbah industri pangan), dan P3 (kombinasi media 50% sampah pasar dan 50% limbah industri pangan) dengan ulangan sebanyak 6 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap biomassa maggot, tetapi berpengaruh nyata terhadap frass maggot dan penyusutan. Pada P3 merupakan perlakuan media terbaik untuk pertumbuhan maggot
The Effect of Yeast Tape on The Quality of Goat Feces Compost With A Mixture of Cogon Grass (Imperata Cylindrica): The Effect of Yeast Tape on The Quality of Goat Feces Compost With A Mixture of Cogon Grass (Imperata Cylindrica)
Kompos merupakan pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi pertanian karena dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Salah satu metode dalam pengomposan feses kambing yang dapat dilakukan yaitu dengan menambahkan alang- alang (Imperata cylindrica) sebagai bahan campuran organik. Penambahan ragi tape sebagai bioaktivator dalam pembuatan kompos feses kambing dengan campuran alang-alang untuk mempercepat dekomposisi bahan organik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian ragi tape terhadap kualitas kompos feses kambing yang dicampur dengan alang-alang (Imperata cylindrica). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Kompos yang akan dibuat menggunakan perbandingan feses dan alang-alang sebanyak 1:10 yaitu campuran 1 kg (1000 g) feses kambing dan 100 g alang-alang dengan tambahan ragi tape pada setiap masing-masing perlakuan sebanyak P0 = 0 g (tanpa penambahan ragi tape), P1 = 10 g, P2 = 20 g, P3 = 30 g, P4 = 40 g. Data dianalisis dengan analisis varians dan jika terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sifat fisik kompos, pemberian ragi tidak memberikan pengaruh terhadap warna, bau, suhu dan pH namun memberikan pengaruh terhadap tekstur kompos. Pada sifat kimia kompos, pemberian ragi tape tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap N-total dan C-Organik namun perlakuan P2 dengan dosis 20 g ragi tape berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio C/N dan memberikan hasil yang optimal terhadap kualitas fisik dan kimia kompos sesuai dengan standar SNI 19-7030-2004.Compost is an organic fertilizer that is very beneficial for agriculture because it can improve soil structure, increase soil fertility, and reduce dependence on chemical fertilizers. One method in composting goat feces that can be done is by adding cogon grass (Imperata cylindrica) as an organic mixture. The addition of yeast tape as a bioactivator in making goat feces compost with a mixture of reeds to accelerate the decomposition of organic matter. The purpose of this study was to determine the effect of yeast tape on the quality of goat feces compost mixed with cogon grass (Imperata cylindrica). The study used a completely randomized design (RAL) consisting of 5 treatments and 5 replicates. The compost that will be made uses a ratio of feces and reeds as much as 1:10, namely a mixture of 1 kg (1000 g) of goat feces and 100 g of reeds with the addition of yeast tape in each treatment as much as P0= 0 g (without the addition of yeast tape), P1= 10 g, P2= 20 g, P 3= 30 g, P4= 40 g. Data were analyzed by analysis of variance and if there was a real or very real difference, it was continued with Duncan's test. The results showed that in the physical properties of compost, the provision of yeast did not affect the color, odor, temperature and pH but did affect the texture of compost. In the chemical properties of compost, the provision of yeast tape had no significant effect (P>0.05) on N-total and C-Organic but treatment P2with a dose of 20 g yeast tape had a significant effect (P<0.05) on the C/N ratio and gave optimal results on the physical and chemical quality of compost in accordance with SNI 19-7030-2004 standards.
Keywords: Compost quality, Goat feces, Cogon Grass, Yeast tape, Physical properties, Chemical properties
 
Determinan Faktor Daya Saing Rendang Daging Sapi Sebagai Produk Pangan Berbasis Kearifan Lokal : Determinants of the Competitiveness of Beef Rendang Based on Local Wisdom
Pengembangan usaha dari olahan hasil ternak berbasis kearifan lokal dapat menjadi stimulan terhadap peningkatan pembangunan peternakan di Sumatera Barat. Rendang daging sapi adalah olahan hasil ternak yang merupakan masakan khas masyarakat Minangkabau. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor penentu dalam peningkatan daya saing rendang daging sapi. Penelitian ini dilakukan pada 31 UMKM rendang daging sapi yang berada di Kota Padang, Payakumbuh, Kota Solok dan Kabupaten Limapuluh Kota. Metode penelitian adalah metode survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM-PLS). Model dibangun berdasarkan indikator daya saing yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi, struktur, dan persaingan perusahaan, industri pendukung, peran pemerintah, dan peran peluang. Hasil penelitian mendapatkan peran pemerintah berpengaruh signifikan sedangkan kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi, struktur, dan persaingan perusahaan, industri pendukung, dan peran peluang tidak berpengaruh signifikan terhadap daya saing rendang daging sapi di Sumatera BaratPengembangan usaha dari produk olahan hasil ternak berbasis kearifan lokal dapat menjadi stimulan terhadap peningkatan pembangunan peternakan di Sumatera Barat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan daya saing. Rendang daging sapi adalah produk olahan hasil ternak yang merupakan masakan khas masyarakat Minangkabau. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor penentu dalam peningkatan daya saing rendang daging sapi. Penelitian ini dilakukan pada UMKM rendang daging sapi yang berada di kota Padang, Payakumbuh, dan kabupaten Limapuluh Kota. Metode penelitian adalah metode survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM-PLS). Model dibangun berdasarkan indikator daya saing yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi, struktur, dan persaingan perusahaan, industri pendukung, peran pemerintah, dan peran peluang. Hasil penelitian mendapatkan peran pemerintah berpengaruh signifikan sedangkan kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi, struktur, dan persaingan perusahaan, industri pendukung, dan peran peluang tidak berpengaruh signifikan terhadap daya saing rendang daging sapi di Sumatera Barat
The MACRO AND MICRO MINERAL STATUS OF FORAGE RUMINANTS: MACRO AND MICRO MINERAL STATUS OF FORAGE RUMINANTS
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari informasi kandungan mineral makro dan mineral mikro hijauan pakan ternak ruminansia dari rumput dan legum. Pengambilan sampel rumput dan legum dilakukan secara cuplikan dengan mengambil sebagian kecil untuk mewakili hijauan diarea Kabupaten Lombok Barat. Analisis sampel menggunakan SEM Merk JOEL Tipe JEM-7000 dan diitegrasikan dengan uji Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDX). Pengamatan terhadap parameter dari penelitian ini berupa kandungan mineral makro dan mineral mikro hijauan pakan ternak.Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif berdasarkan mean, konversi dan tabulasi data kemudian diolah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kandungan mineral dalam HPT (Hijauan Pakan Ternak) yang bervariasi dari beberapa jenis rumput (graminae) dan kacang-kacangan (legumienosae) yang terbagi menjadi mineral makro dan mikro. Nilai rerata kandungan mineral makro HPT diperoleh 0,95% Ca, 0,74% P, 0,65% Mg, 8,18% K, 0,07% Na, 1,29% Cl dan S 0,42%. Sementara nilai rerata kandungan mineral mikro HPT yang diperoleh yaitu 0,35% Zn, 0,25% Fe, 0,16% Mn, 0,14% Cr, 4,58% Cu, 0,21% Co, 0,37% Mo, 019% Se, 0,25% I, 1,23% F, 9,89% Si, 0,09% Al dan 54,21% O. Kesimpulan hasil analisis menunjukkan bahwa nilai dari kandungan mineral makro dan mikro yang diperoleh dari hasil penelitian ini berada pada kisaran normal bila merujuk pada hasil NRC (2001) berada diatas kisaran normal.Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan campuran daun ubi kayu dan
ampas tahu fermentasi (DUK–ATF) dengan Rhizopus oligosporus sebagai pengganti sebagian ransum
komersial terhadap bobot karkas, kadar kolesterol total, dan lemak kasar daging paha atas ayam broiler.
Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan
level DUK–ATF (0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%) dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan level DUK–ATF dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot karkas, kadar
kolesterol total, dan lemak kasar daging paha atas broiler. Perlakuan penggunaan 15% (D) menghasilkan
kadar kolesterol 24,81 mg/100g dan lemak kasar 5,79%, yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan
kontrol (38,39 mg/100g dan 7,42%), dengan bobot karkas 1329,90 g yang masih dalam kisaran normal.
Disimpulkan bahwa penggunaan DUK–ATF hingga 15% dapat meningkatkan kualitas daging ayam
broiler melalui penurunan kolesterol dan lemak tanpa menurunkan performa secara signifikan. Aplikasi
bahan pakan fermentasi ini juga berpotensi mendukung kemandirian pakan lokal dan pengelolaan limbah
agroindustri secara berkelanjutan
Aplikasi Pakan Total Mixed Ration (TMR) dengan Penambahan Corn Gluten Meal (CGM) untuk Domba Cross Awassi Fase Akhir Laktasi : The Addition of Corn Gluten Meal (CGM) in the Total Mixed Ration (TMR) on the Performance of Cross Awassi Sheep in the Late Lactation Phase
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh penambahan Corn Gluten Meal (CGM) dalam Total Mixed Ration (TMR) terhadap performa domba cross Awassi fase akhir laktasi. Penelitian dilakukan di UD. Kambing Burja, Malang, menggunakan tiga ekor domba cross Awassi laktasi bulan ke-4 dengan pendekatan deskriptif komparatif. Perlakuan terdiri atas dua jenis pakan, yaitu TMR tanpa CGM dan TMR dengan penambahan CGM 5%, yang diberikan secara berurutan pada ternak yang sama selama 28 hari, dengan hari ke-1 hingga ke-14 untuk pemberian pakan dan koleksi data TMR tanpa CGM, serta hari ke-15 hingga ke-28 untuk TMR dengan CGM. Parameter yang diamati meliputi konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian (PBBH), produksi susu, Feed Conversion Ratio (FCR), dan Income Over Feed Cost (IOFC). Data dianalisis menggunakan uji t berpasangan dan analisis deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa penambahan CGM tidak berpengaruh nyata (p>0,05), namun berpotensi sebagai sumber protein alternatif dalam formulasi pakan yang efisien secara nutrisi dan ekonomi.Domba Awassi merupakan salah satu jenis domba unggul yang dikenal memiliki produktivitas susu tinggi dan kemampuan adaptasi yang baik. Pada fase akhir laktasi, kebutuhan nutrisi meningkat untuk mempertahankan produksi susu dan kondisi tubuh. Namun, hasil pengamatan di Peternakan UD. Kambing Burja menunjukkan performa domba masih kurang optimal akibat ketidakseimbangan ransum. Salah satu solusi yang diterapkan adalah penggunaan pakan Total Mixed Ration (TMR) dengan penambahan Corn Gluten Meal (CGM), sebagai sumber protein tinggi dan protein bypass untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi pada ternak laktasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan CGM dalam formulasi TMR terhadap konsumsi bahan kering, produksi susu, dan Feed Conversion Ratio (FCR) pada domba cross Awassi fase akhir laktasi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen menggunakan tiga ekor domba laktasi yang masing-masing menerima dua jenis perlakuan pakan, yaitu TMR non-CGM dan TMR CGM. Hasil analisis kandungan nutrisi menunjukkan bahwa TMR memiliki kualitas yang cukup baik, meskipun kandungan protein kasar masih berada di bawah standar yang direkomendasikan oleh NRC (2007). Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kedua perlakuan terhadap seluruh parameter yang diamati. Namun, secara deskriptif, perlakuan TMR dengan CGM menunjukkan tren peningkatan performa, yang meliputi konsumsi bahan kering sebesar 2,09 kg/ekor/hari, pertambahan bobot badan harian mencapai 40,48 g/ekor/hari. produksi susu sebesar 0,67 liter/ekor/hari, dan FCR sebesar 3,27
Karakteristik Kuantitatif Domba Garut pada Sistem Pemeliharaan Berbeda Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati karakteristik kuantitatif Domba Garut dalam sistem pemeliharaan yang berbeda berdasarkan usia dan jenis kelamin. Metode observasi dilakukan untuk memperoleh data empiris karakteristik kuantitatif domba Garut yang dipelihara secara intensif dan semi intensif. Sampel penelitian ditentukan dalam dua tahap sampling yaitu berdasarkan sistem pemeliharaan (intensif dan semi intensif) dan umur domba (lepas sapih atau 3-4 bulan, domba muda berumur 8 bulan, dan domba dewasa umur >12 bulan). Umur domba ditentukan berdasarkan kondisi gigi permanen, dan setiap unit yang diamati berlokasi di wilayah Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Variabel yang diamati meliputi tinggi bahu, panjang tubuh, lingkar dada, lebar dada, tinggi pinggul, dan berat badan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa domba Garut betina yang dipelihara secara intensif pada setiap fase usia memiliki sifat kuantitatif yang lebih baik, dan beberapa variabel menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan semi intensif. Berbeda dengan domba Garut jantan, pada fase usia penyapihan, sifat kuantitatif cenderung lebih tinggi pada domba yang dipelihara secara semi intensif, bahkan variabel panjang tubuh dan tinggi pinggul secara signifikan lebih tinggi (p<0,05) daripada yang dipelihara secara intensif. Namun, pada usia 8 dan >12 bulan, Karakteristik kuantitatif keseluruhan domba jantan Garut yang dipelihara secara intensif cenderung lebih baik daripada sistem pemeliharaan semi-intensif. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik kuantitatif domba Garut dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan, dan sistem pemeliharaan intensif cenderung memiliki karakteristik kuantitatif yang lebih baik daripada sistem pemeliharaan semi intensif.This study aims to investigated the quantitative characteristics of Garut Sheep in different rearing systems based on age and sex. The observation method was conducted to obtain empirical data on the quantitative characteristics of Garut sheep raised intensively and semi-intensively. The research sample was determined in two sampling stages, with the analysis unit located in the Kertajati District area of Majalengka Regency. The observed variables included shoulder height, body length, chest circumference, chest width, hip height, and body weight. The data obtained were analyzed using a t-test. The results showed that female Garut sheep raised intensively in each age phase had better quantitative traits, and some variables showed significant differences (
Indikator Tingkat Keberhasilan Program Sikomandan Terhadap Populasi, Pemotongan dan Produksi Daging Sapi Potong di Provinsi Kalimantan Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data populasi, pemotongan, dan produksi daging sapi potong di Kalimantan Selatan selama periode 2021 hingga 2023, serta mengevaluasi dampak program SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri) terhadap indikator-indikator tersebut. Program SIKOMANDAN dirancang untuk meningkatkan populasi dan produksi daging sapi melalui perbaikan mutu genetik dan manajemen ternak yang lebih baik. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif serta uji Mann-Whitney untuk mengidentifikasi perbedaan signifikan antar tahun dalam jumlah pemotongan sapi. Hasil analisis menunjukkan bahwa populasi dan pemotongan sapi potong di Kalimantan Selatan tetap stabil selama tiga tahun terakhir. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan dalam jumlah pemotongan sapi antara tahun 2021, 2022, dan 2023 (p > 0,05). Produksi daging sapi juga menunjukkan tren yang stabil, meskipun program SIKOMANDAN telah diterapkan. Temuan ini mengindikasikan bahwa meskipun ada upaya peningkatan populasi dan produksi melalui program SIKOMANDAN, dampaknya terhadap produksi daging dan jumlah pemotongan sapi di Kalimantan Selatan masih belum signifikan. Kesimpulannya, stabilitas dalam populasi, pemotongan, dan produksi daging sapi potong menunjukkan bahwa sektor peternakan di Kalimantan Selatan memiliki ketahanan, namun memerlukan intervensi lebih lanjut agar program SIKOMANDAN dapat mencapai hasil yang lebih optimal. Penelitian ini merekomendasikan evaluasi dan penyesuaian strategi program SIKOMANDAN, serta peningkatan dukungan teknis dan infrastruktur untuk mendukung pencapaian swasembada daging nasional
Suplementasi Pellet Indigofera Pada Pakan Starter Terhadap Penlngkatan Performa Cempe Domba Cross Awassi
Penelitian ini mengevaluasi pengaruh suplementasi pelet Indigofera zollingeriana 10% pada pakan starter terhadap performa domba persilangan Awassi. Sebanyak 14 ekor domba dibagi menjadi dua perlakuan: P0 (kontrol, pakan starter tanpa suplementasi pelet) dan P1 (pakan starter yang disuplementasi dengan 10% pelet Indigofera). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan meningkat 12,9% pada P1 dibandingkan dengan P0, meskipun perbedaannya tidak signifikan secara statistik (P>0,05). Pertambahan bobot badan harian rata-rata meningkat secara signifikan sebesar 27,9% (P<0,05), dan FCR menurun sebesar 14,7% (P<0,05), yang mengindikasikan peningkatan efisiensi pakan. IOFC meningkat sebesar 35,3% pada P1 tetapi tidak berbeda secara signifikan (P>0,05). Kesimpulannya, suplementasi pelet Indigofera meningkatkan kinerja biologis dan kelayakan ekonomi, yang menunjukkan potensi penerapannya dalam sistem produksi domba
Analisis Penambahan Feed Additive pada Pakan Terhadap Performa Puyuh
Puyuh merupakan unggas penghasil telur bergizi tinggi dan terjangkau yang digemari masyarakat, namun tantangan budidayanya terletak pada efisiensi pakan dan performa produksi, sehingga penggunaan feed additive alami seperti daun kelor dan kunyit diharapkan dapat meningkatkan performanya secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan tepung daun kelor dan tepung kunyit dalam ransum terhadap performa puyuh petelur. Sebanyak 180 ekor puyuh betina (Coturnix coturnix japonica) berumur enam minggu digunakan dalam penelitian ini yang dilaksanakan menggunakan metode feeding trial. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 × 3. Faktor A yaitu penggunaan dua taraf tepung daun kelor (0% dan 3%), dan faktor B merupakan penggunaan tiga taraf tepung kunyit (0%, 0,5%, dan 1%), masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Parameter yang diamati meliputi konsumsi ransum, produksi telur harian, konversi ransum dan persentasi mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan (P>0,05), baik secara tunggal maupun interaksi terhadap konsumsi ransum, produksi telur harian, konversi ransum dan persentase mortalitas Dengan demikian, penambahan tepung daun kelor dan tepung kunyit pada level tersebut aman digunakan, namun belum mampu meningkatkan performa produksi puyuh secara signifikan
Analisis Ekonomi Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kenagarian Panyakalan Kecamatan Kubung Kabupaten Solok: Income Analysis of Beef Cattle Fattening Business Case Study: “Jerisman” Beef Cattle Business in Panyakalan Village Kubung District Solok Regency
Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pendapatan usaha penggemukan sapi potong. Studi ini mengambil kasus pada usaha penggemukan sapi potong “Jerisman” yang berada di nagari Panyakalan Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Penentuan lokasi ditetapkan secara purposive, dimana usaha penggemukan sapi potong ini merupakan usaha penggemukan sapi potong dengan skala usaha lebih besar dibanding usaha yang lain di Kenagarian Panyakalan tersebut yaitu 45 ekor. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan indikator keuntungan yaitu income analisis, R/C ratio, dan BEP (Break Even Point). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usaha penggemukan sapi potong Bapak Jerisman selama satu periode pemeliharaan adalah sebesar Rp 56.654.667/Periode atau Rp 9.442.472/bulan. Nilai R/C ratio adalah sebesar 1,1 dan BEP nilai penjualan sebesar Rp. 271.277.778. Sedangkan BEP unit sebesar 11,3 ekor. Ini artinya dengan penjualan sapi sebanyak 11 ekor usaha ini tidak untung dan tidak rugi. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha penggemukan sapi potong Bapak Jerisman menguntungkan.Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui performance ekonomi usaha ternak sapi potong yang meliputi modal, biaya, penerimaan, pendapatan dan Break Even Point (BEP. Studi ini mengambil kasus pada salah satu usaha peternakan sapi potong “Jerisman” yang berada di nagari Panyakalan Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Penentuan lokasi ditetapkan secara purposive, dimana usaha ternak sapi potong ini merupakan usaha ternak sapi ptong dengan skala usaha lebih besar dibanding usaha yang lain di Kenagarian Panyakalan tersebut yaitu 45 ekor. Metode analisis dalam aspek ekonomi yaitu income analisis, R/C ratio, dan BEP (Break Even Point). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usaha ternak sapi potong Bapak Jerisman selama satu periode pemeliharaan adalah sebesar Rp 56.654.667/Periode atau Rp 9.442.472/bulan. Nilai R/C ratio adalah sebesar 1,1 dan BEP nilai penjualan sebesar Rp. 271.277.778. Sedangkan BEP unit sebesar 11,3 ekor. Ini artinya dengan penjualan sapi sebanyak 11 ekor usaha ini tidak untung dan tidak rugi