Jurnal Teknik Kimia
Not a member yet
    233 research outputs found

    KINETIKA REAKSI FERMENTASI GLUKOSA DARI BUAH SUKUN MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE

    Get PDF
    Bioetanol dapat dibuat dari buah sukun yang memiliki kandungan karbohidrat sebesar 35,5%.. Fermentasi glukosa dari buah sukun menjadi bioetanol menggunakan Saccharomyces cerevisiae dimulai dengan persiapan bahan baku yaitu buah sukun. Kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisis secara enzimatis yang terdiri dari proses likuifikasi dengan penambahan enzim α-amilase dan proses sakarifikasi dengan penambahan enzim glukoamilase. Glukosa hasil hidrolisis dengan konsentrasi sebesar 10% kemudian difermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae pada suhu 25, 30, dan 35°C serta pada waktu 4, 5, 6, 7, dan 8 hari. Hasil fermentasi kemudian diuji kadarnya menggunakan refraktometer alkohol dan refraktometer gula. Setelah itu dapat diperoleh kinetika reaksinya yang dinyatakan dengan persamaan reaksi Monod. Konsentrasi alkohol paling besar hasil fermentasi yaitu sebesar 11% dengan waktu fermentasi selama 4 hari dan pada suhu 25°C. Serta didapatkan nilai konstanta kecepatan reaksi (k) yang didapatkan pada interval waktu 4-8 hari adalah  0,08867-0,26851 dan nilai konstanta Monod adalah 0,2286-0,5098. Persamaan kecepatan fermentasi glukosa dari buah sukun menjadi bioetanol dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae pada reaktor batch optimum mengikuti persamaan rc=-rA=0,26851 Cc CA / (CA + 0,5098) mol/L.hari. DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v17i1.348

    PIRING KUE BERBAHAN CMC DENGAN PELAPIS EDIBLE FILM DARI TALAS SATOIMO

    Get PDF
    Satoimo (Colocasia esculenta (L.) Schott var antiquorum) merupakan salah satu jenis talas yangmemiliki ukuran umbi kecil (small corm taro) disebut juga sebagai talas jepang. CMC (Carboxy MethylCellulose) memiliki rumus molekul C8H16NaO8, bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau,tidak beracun, berbentuk butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam larutanorganik. Penelitian ini memanfaatkan CMC dan pati talas Satoimo dijadikan produk edible film yaituberupa Piring Kue yang dapat dimakan serta untuk upaya mengurangi dampak negatif dari piringkertas yang membutuhkan waktu cukup lama dalam proses penguraiannya di lingkungan. PengolahanEdible film diawali dengan melarutkan 3gr kitosa dengan asam asetat 1%, melarutkan pati satoimo (1;1,5; 2 ; 2,5 ; 3 gr) dengan aquadest. Mencampurkan larutan Pati Satoimo-aquadest kedalam larutankitosan-asam asetat dan 10ml gliserol, dicetak, dioven suhu 70oC. Kemudian melarutkan CMC(0,1;0,2;0,3;0,4;0,5 %w/v) dengan aquadest, didiamkan suhu 4oC, dicetak, dioven suhu 70oC. Kemudianmenggabungkan Edible film dengan CMC dioven suhu 70oC, didiamkan suhu 25oC. Dari hasil penelitiandiperoleh hasil yang optimum, komposisi pati: CMC (3 gram: 0,5%) kuat tarik 0,454 MPa, Kuattekan 0,3572 MPa, Ketebalan 3,92 mm. Serta persentase kelarutan 50 % komposisi pati: CMC (3 gram:0,1%).DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v15i2.254

    KARAKTERISTIK GUGUS FUNGSI PADA POLIMERISASI SILIKA SELULOSA

    Get PDF
    bangannya. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari kondisi terbaik dalam prosesmendapatkannya. Silika selulosa didapatkan dari polimerisasi. Polimerisasi silika selulosa dipengaruhioleh kondisi modulus sodium selulosa (Na2.nSiO2), dimana n adalah rasio molar SiO2 dan Na2O. Padapenggunaan modulus yang rendah tidak dapat terjadi polimerisasi, di sisi lain dengan peningkatankosentrasi NaOH berpengaruh terhadap kemurnian silika sehingga menyebabkan tidak dapat terjadipolimerisasi. Untuk menghindari gagalnya proses polimerisasi maka ditambahkan Carboxy MethylCellulose (CMC) yang berfungsi sebagai zat pengikat. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui karakteristik gugus fungsi pada polimerisasi silika selulosa pada berbagai modulus sodiumselulosa. Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu ekstraksi silika dari geothermal sludge, prosespolimerisasi silika selulosa, proses gellin, dan uji FTIR untuk mengetahui gugus fungsi penyusun silikaselulosa. Hasil yang didapatkanyaitu terdapat 4 gugus fungsi penyusun silika selulosa, antara lainalkohol (- OH) dengan rentang panjang gelombang 3433,98 – 3362,84(cm-1 ) ,karboksilat (-COOH)1637,20 – 1617,54 (cm-1 ), siloksan (Si-O-Si) 1065,89 -1042,73 (cm-1 ), dan silanol (Si-OH) 796,63 –788,43 (cm-1).DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v15i2.255

    TEH HIJAU BUBUK DARI DAUN ASHITABA MENGGUNAKAN PROSES SPRAY DRYING

    Get PDF
    Agar daun Ashitaba dapat disimpan dalam waktu yang lama dan mudah dikonsumsi, maka dibuat dalam bentuk bubuk ekstrak teh hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan massa daun ashitaba dan volume pelarut (air) yang terbaik, mengetahui suhu udara inlet pengeringan yang terbaik, serta mengetahui konsentrasi bahan pengisi maltodekstrin terbaik berdasarkan uji organoleptik, kadar air, viskositas, kadar antioksidan, bulk density, solubility, dan wettability. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu : Penentuan perbandingan massa daun ashitaba dan volume pelarut (air) yang terbaik dalam ekstraksi daun ashitaba. Kedua, penentuan suhu udara inlet pengeringan ekstrak daun ashitaba yang terbaik dengan spray dryer. Sedangkan ketiga adalah penentuan konsentrasi maltodekstrin dalam ekstrak daun ashitaba yang terbaik berdasarkan analisa organoleptik, kadar air, bulk density, wettability, solubility, dan kadar antioksidan. Kesimpulan yang diperoleh adalah perbandingan massa daun ashitaba terhadap pelarut air yang tebaik adalah 1 : 5 dengan kadar air 98,9%. Suhu udara inlet spray dryer adalah 170oC dengan penambahan 1,5% maltodekstrin DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v16i1.284

    PEMBUATAN AIR DEMINERAL MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS (RO) DENGAN PENGARUH DEBIT DAN TEKANAN

    Get PDF
    Air merupakan unsur yang memiliki peran penting dalam kehidupan setiap makhluk. Kebanyakankebutuhan manusia terpenuhi menggunakan air mineral yang masih mengandung beberapa mineralanorganik. Tetapi ada beberapa kebutuhan tidak bisa dipenuhi dengan menggunakan air mineral.Sehingga dibutuhkan air yang tidak memiliki kandungan mineral di dalamnya atau disebut air demineral.Untuk menghilangkan kandungan mineral dalam air dibutuhkan suatu proses penyaringan airmenggunakan membrane yang disebut reverse osmosis. Reverse osmosis dapat menyaring berbagaimolekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutanitu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring) kemudian zat pelarut murni bisamengalir ke lapisan berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah air mineral menjadi airdemineral dengan metode membrane reverse osmosis serta untuk mengetahui pengaruh debit dantekanan membrane reverse osmosis dalam menurunkan kadar TDS (Total Dissolved Solid). Variabelyang digunakan dalam penelitian ini adalah debit 3-11 liter/menit dan tekanan 1-12 bar. Hasil yangdiperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa membrane RO dapat menghasilkan air demineral dari airbaku pada kondisi operasi yaitu tekanan 12 bar dan debit 9 liter/menit. Kemampuan penyisihan TDSterbesar 98,24% dengan penurunan kadar awal TDS 114 ppm menjadi 2 ppm, sehingga sudah memenuhibaku mutu air demineral.DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v15i2.254

    PRODUKSI GARAM INDUSTRI DARI GARAM RAKYAT

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dengan panjang pantai 99,093 km, luas laut 3.257.357 km², dimana hasil garam seharusnya cukup melimpah. Kendala yang dihadapi negara Indonesia adalah hanya sebagian laut/pantai yang dapat menghasilkan garam. Hampir 90% garam di Indonesia berasal dari garam rakyat yang kadar garamnya hanya sekitar 84%, dan ini hanya bisa digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Untuk dapat memproduksi garam farmasi atau industri, Indonesia membutuhkan garam dengan persentase kandungan garam yang lebih banyak, padahal kebutuhan garam untuk industri dan farmasi cukup menjanjikan. Oleh karena itu perlu dicari inovasi teknologi untuk dapat menjadikan garam rakyat menjadi garam sesuai standar industri yaitu sekitar 99%. Dalam larutan garam yang diambil dari laut kandungan garamnya mengandung NaCl dan senyawa lain antara lain magnesium, kalsium, dan kalium. Proses peningkatan kadar NaCl hingga 99% sesuai standar garam industri dapat dilakukan dengan cara menurunkan kadar air dan garam lain yang terkandung dalam larutan (MgSO4, CaSO4, CaCl2, MgCl2). Tujuan Penelitian tahun adalah melakukan proses JART Test untuk mengetahui penambahan reagen NaOH dan Na2CO3 yang terbaik dalam pengendapan bahan kimia yang ditambahkan pada proses penghilangan garam selain NaCl dari garam rakyat. Variabel penambahan reagen: 5%, 10%, 15%, 20% berlebih kondisi stokiometri. Penambahan reagen Na2CO3 dan NaOH diperoleh hasil terbaik pada penambahan berlebih 20%.  DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v16i1.284

    OPTIMASI KADAR OZON DALAM PROSES DISINFEKSI BAKTERI COLIFORM PADA PENGOLAHAN AIR MINUM

    Get PDF
    Air minum yang mengandung bakteri coliform menandakan bahwa kondisi air tersebut masih tercemar. Sehingga apabila air tersebut dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia. Oleh karena itu dalam pengolahan air minum dibutuhkan proses disinfeksi yang harus dilakukan secara tepat dan efisien. Terdapat banyak metode untuk melakukan proses disinfeksi salah satunya yaitu dengan memanfaatkan paparan ozon sebagai disinfektan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen degradasi bakteri coliform setelah dilakukan proses disinfeksi dengan variasi kadar ozon dan laju alir tertentu serta mencari kadar ozon dan laju alir yang optimal dalam proses disinfeksi pada pengolahan air minum. Proses optimasi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology serta rancangan percobaan yang digunakan yaitu Central Composite Design dengan memanfaatkan perangkat lunak Minitab 19. Parameter yang akan dioptimasi meliputi kadar ozon sebesar 1,46; 1,75; 2,45; 3,15; dan 3,44 ppm. Sedangkan laju alir yang digunakan sebesar 4,17; 5; 7; 9; dan 9,83 lpm. Berdasarkan proses optimasi yang dilakukan didapatkan kadar ozon optimal sebesar 2,79 ppm dan laju alir optimal sebesar 4,17 lpm. Kondisi optimal yang didapatkan ini dapat mendegradasi bakteri coliform sebesar 100 persen.  DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v15i2.256

    KARAKTERISASI EDIBLE FILM DARI BERBAGAI MACAM PATI BIJI BERAS DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN

    Get PDF
    Penggunaan plastik untuk pengemas makanan yang tidak sesuai dapat memicu rusaknya jaringan tubuh manusia bahkan memicu kanker. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan plastik berbahan dasar gas alam dan minyak bumi. Hingga saat ini, bahan tersebut masih digunakan namun mulai dikurangi kuantitasnya karena tidak ramah lingkungan serta berpotensi mengganggu kesehatan. Salah satu inovasi plastik yang dapat diterapkan yaitu plastik dari bahan organik yang dapat dimakan (Edible Film). Pengembangan bahan edible film diantaranya adalah senyawa polimer dari tumbuhan seperti pati. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi terbaik dalam pembuatan edible film menggunakan berbagai macam biji beras dengan rasio pemberian kasein dan kitosan cangkang udang. Pati yang digunakan berasal dari biji beras putih, biji beras merah, biji beras hitam, biji beras ketan putih dan biji beras ketan hitam. Biji beras yang telah dihaluskan disaring dengan 100 mesh dan dilakukan pengadukan bersama kasein, kitosan dan gliserol untuk menjadi edible film. Studi pembuatan edible film dilakukan dengan variasi jenis biji beras dan variasi penambahan kitosan : kasein dengan rasio = 20:4, 25:4, 30:4, 35:4, 40:4 dalam gram. Pengujian menunjukkan semakin tinggi kandungan kitosan dan amilosa pada pati, akan meningkatkan nilai Tensile Strength (TS) edible film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edible film terbaik didapatkan dari pati beras ketan putih dengan variasi kitosan 1,25 gram. DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v16i1.284

    SINTESIS MEMBRAN KITOSAN UNTUK PEMISAHAN ION PB DALAM LIMBAH CAIR

    Get PDF
    Limbah cair industri yang mengandung logam berat berbahaya seringkali dibuang ke badan sungai secara langsung, sehingga dapat mencemari air sungai. Upaya pengolahan limbah cair industri perlu dilakukan untuk mengurangi kandungan logam berat di dalamnya. Salah satu cara menurunkan kadar logam Timbal (Pb) dalam limbah cair adalah dengan cara menggunakan membran dengan komposisi kitosan, zeolit dan larutan PVA (Polyvinyl Alcohol). Penelitian ini bertujuan dapat membentuk serta mengetahui kemampuan membran dengan komposisi kitosan, zeolit dan PVA dalam proses filtrasi ion Timbal (Pb) dalam limbah cair. Metode penelitian ini menggunakan proses pembuatan membran kitosan dengan teknik inversi fasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran terbaik diperoleh pada variable kitosan: zeolit: PVA 2gr:1,5gr:30ml. Memiliki nilai fluks terbesar yaitu sebesar 323,809 L/m2.jam yang dapat memfiltrasi limbah PbNO3 dari kadar Pb awal sebanyak 12239,7 mg/L hingga menjadi 7520,4 mg/L dan diperoleh nilai rejeksi sebesar 38,5573%. DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v16i1.284

    BIOETANOL DARI LIMBAH CAIR TEPUNG TERIGU DENGAN PROSES FERMENTASI MENGGUNAKAN TURBO YEAST

    Get PDF
    Kebutuhan akan tepung terigu di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, menyebabkan industri tepung terigu meningkatkan kapasitas produksinya sehingga jumlah limbah yang dihasilkan juga semakin meningkat, solusi adalah dengan mengubah limbah cair tepung terigu menjadi produk bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa. Bahan yang digunakan untuk pembuatan bioetanol dalam penelitian ini yaitu limbah cair tepung terigu serta ragi yang digunakan yaitu Alcotec 48 Turbo Yeast. Pada penelitian pembuatan bioetanol dari limbah cair tepung terigu dengan proses fermentasi menggunakan Turbo Yeast akan menghasilkan suatu bioetanol yang akan dianalisis kadar alkoholnya menggunakan refraktometer alkohol. Kandungan glukosa limbah cair tepung terigu setelah proses hidrolisis sebesar 11% (v/v). Hasil terbaik pada proses fermentasi yaitu pada kadar turbo yeast 10% dan berlangsung pada hari ke 5 yang menghasilkan kadar bioetanol sebesar 37% (v/v). Setelah dilakukan proses optimasi hasil dengan metode Response Surface Methodology (RSM) menggunakan aplikasi Minitab 17 didapatkan kadar turbo yeast optimum sebesar 11.6569% dan waktu optimum fermentasi 5 hari dihasilkan kadar alkohol sebesar 37.2073%.  DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v16i1.284

    223

    full texts

    233

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Jurnal Teknik Kimia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇