e-Journal Institut PTIQ Jakarta
Not a member yet
313 research outputs found
Sort by
REINTERPRETASI TERHADAP TAFSIRAN SIKAP KERAS KEPADA ORANG KAFIR(TINJAUAN SEMANTIK DAN HISTORIS TERHADAP SURAH AL-FATH AYAT 29)
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji surah Al-Fath ayat 29 dengan menggunakan analisis semantik dan konteks historis pada kata kunci asyidda’ dan kuffar. Riset ini berangkat dari fenomena masifnya bias penafsiran sehingga berikap keras kepada orang yang dinilai kafir merupakan perintah Al-Qur’an. Artikel ini mendukung temuan Nadirsyah Hosen bahwa salah satu sebab adanya perkembangan faham ini dipicu oleh kurangnya pengetahuan dalam memahami beberapa ayat Al-Qur’an yang berpotensi pada penafsiran kategori sulit sehingga memunculkan bias tafsir. Fenomena tersebut dilatarbelakangi oleh generalisasi pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, khususnya ayat-ayat yang berhubungan dengan perang dan jihad. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif berbasis data pustaka dengan menjadikan kitab-kitab tafsir klasik sebagai referensi utama. Artikel ini berkesimpulan bahwa dalam surah Al-Fath ayat 29 kata asyidda’ memiliki makna keteguhan untuk melawan musuh yang menebar kezaliman. Makna ini sesuai dengan konteks historis turunnya ayat tersebut pada saat umat Islam mengalami kezaliman, dan disuruh untuk merespon dengan tegas sebagai bentuk perlindungan diri mereka. Sehingga makna kata kuffa>r adalah orang orang kafir saat itu yang memerangi kelompok Islam
PENGARUH TAFSIR AL MANNAR DALAM TAFSIR NURUL BAJANKARYA KH. ROMLI: ANALISIS SURAH AL-BAQARAH 261-262
Nurul Bajan merupakan salah satu kitab tafsir yang lahir dari tanah Sunda karya KH, Muhammad Romli. Dalam penulisan tafsirnya masih menggunakan ejaan lama, sehingga memerlukan penyesuaian dalam membaca tafsirmya. Sudah banyak penelitian yang menganalisis isi dari penafsiran KH. Muhammad Romli dengan berbagai tema yang dikaji. Jurnal ini bertunjuan untuk meneliti keterpengaruhan Tafsi>r Al-Manna>r dalam Tafsir Nurul Bajan. Adapun langkah penilitian ialah dengan melacak teks Tafsir Nurul Bajan, kemudian melakukan studi komperatif dengan Tafsir Al-Manna>r yang diduga menjadi rujukan dalam penulisan Tafsir Nurul Bajan. Artikel ini berkesimpulan bahwa Tafsir Nurul Bajan memiliki persamaan penafsiran dengan Tafsi>r Al Manna>r. Dalam kasus surat Al-Baqaroh ayat 261-262, KH. Romli memaknai kata fi> sabi>lilla>h sebagai kemaslahatan umat. Pernyataan yang sama juga disampaikan Al-Manna>r. Adapun relasi keilmuan antara keduanya karena popolaritas Al-Manna>r di tubuh ormas Persis, dan KH. Romlik merupakan Pengurus Persis
INTERTEKSTUALITAS SYAHRUR:STUDI KASUS PADA KONSEP AURAT
Selain pendekatan Bahasa, Syahrur melakukan teknik yang berbeda ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang ia sebut dengan teknik tartil, yang dapat diidentikkan dengan intertekstualitas. Intertekstualitas diadobsi dari istilah intertekstualitas yang berarti hubungan antara sebuah teks tertentu dengan teks yang lain. Intertekstualitas adalah mengumpulkan dan mengurutkan ayat-ayat yang setema kemudian merunutkan beberapa ayat di belakang ayat yang lain untuk menemukan sebuah konsep pemahaman komprehensif. Sekilas, metode ini mirip dengan metode tematik (maud}u>’i). Melalui pendekatan analisis ini, terlihat bahwa ada dua ayat dalam Al-Qur’an yang oleh Syahrur diotak-atik yaitu QS an-Nuur: 31 dan QS al-Ahzab: 59., bagaimana model pengaplikasian intertekstualitas -nya terhadap Q.S. an-Nur ayat 31, Syahrur menyimpulkan bahwa aurat tidak ada hubungannya dengan halal dan haram dan aurat dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat tersebut. Menurut Shahrur, aurat berasal dari konsep malu (alh}aya’). Rasa malu ini relatif, dinamis (flexible) dan bersifat adaptif. Sedangkan Q.S. al-Ahzab: 59 Syahrur memandang ayat ini bukan ayat yang mengandung hudūd; melainkan ayat yang mengandung ajaran yang bersifat informatif. Artinya karena terkait dengan tujuan keamanan, Oleh karena itu seorang perempuan hendaknya mengenakan pakaian sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Sehingga ia tidak menjadi sasaran celaan dan gangguan dari orang-orang. Jika ia tidak melakukan hal itu, maka ia akan mendapatkan gangguan social
Tafsir Tarbawi: Tinjauan Al-Quran Tentang Term Kecerdasan
The Koran as a perfect guide, it should provide ample room to search for terms related to intelligence. Intelligence cannot be separated from discussions of reason (ta\u27qilun). A smart human being is characterized, he always thinks (yatafakkarun) in order to achieve goodness and truth. In addition, intelligent humans will ponder and permeate every second of life that will continue to roll (yatadabbarun). Intelligent man will easily absorb and understand every knowledge he learns (yatafaqqahun). In addition to optimizing physical things, an intelligent human being does not forget to remember his God, he will always dhikr (yatadzakkarun)
STUDI KOMPARASI HUKUM PERTANAHAN INDONESIA DENGAN PANDANGAN ABU ‘UBAID AL QASIM BIN SALAM
Penelitian ini bertujuan menganalisis kebijakan pemerintah tentang pertanahan dan lahan perkebunan di Indonesia dibandingkan dengan pandangan/pemikiran Abu Ubaid mengenai tanah/ lahan perkebunan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu, pada hal pendistribusian lahan pertanian, di Indonesia kepemilikan lahan diakui, adanya sertifikasi lahan pertanian bukti pengakuan atas hak milik lahan. Perbedaan pemikiran Abu ‘Ubaid ada pada pandangannya tentang lahan mati maksimal 3 tahun, bila dibiarkan negara dapat mengalihkan hak kepemilikannya kepada pihak lain yang bersedia untuk menghidupkan/menyuburkan kembali lahan tersebut. Di Indonesia tanah yang mati atau tidak dikelola bukan kewanangan pemerintah untuk mengatur lahan mati dan tidak ada batasan waktunya. Di Indonesia juga tidak membatasi kepemilikan hak atas tanah, sehingga pihak yang memiliki modal besar akan dengan leluasa mendapatkanya
AL-QUR’AN DAN ELEKTRONISASI: STUDI DESKRIPTIF ATAS APLIKASI AL-QUR’AN INDONESIA DAN AL-QUR’AN ASH-SHAHIB
Artikel ini bertujuan melakukan studi analisis terhadap fenomena perkembangan elektronisasi mushaf Al-Qur’an dengan mengambil kasus pada aplikasi Al-Qur’an Kemenag dan mushaf Ash-Shihab. Dua bentuk elektronisasi tersebut lahir dari bagian adanya perkembangan teknologi. Meskipun di sisi lain dalam konteks digitalisasi Al-Qur’an pada smartphone harus berdampingan dengan aplikasi-aplikasi lain yang dapat mendukung kebutuhan kehidupan sehari-hari. Sehingga munculnya aplikasi Al-Qur’an ini merupakan terobosan inovatif agar bisa dirasakan oleh para pengguna smartphone. Demikian juga yang terjadi pada mushaf Al-Qur’an cetak pada mushaf ash-Shahib, modifikasi yang ditentukan oleh penerbit menunjukkan adanya kreatifitas agar terlihat lebih menarik pembaca. Riset ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, dengan mengkaji aplikasi Al-Qur’an Indonesia dan mushaf ash-Shahib. Penulis menemukan adanya fitur-fitur yang ada dalam aplikasi Al-Qur’an Indonesia hingga melihat kelebihan dan kekurang yang ada pada aplikasi ini. Selain itu juga, penulis menganalisis Al-Qur’an Cetak “Ash-Shahib”, mengkaji dari awal pencetakan Al-Qur’an hingga hadir Al-Qur’an Ash-Shahib cetakan Hilal Media serta melihat kelebihan dan kekurangan dari Al-Qur’an Ash-Shahib
PENGEMBANGAN KAJIAN MATAN HADIS DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN ILMU-ILMU SOSIAL
Tulisan ini membahas tentang pengembangan dan kajian matan dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan kajian literatur dan menggunakan metode analisis-deskriptif. Tujuan dari tulisan ini akan mengungkap pengembangan kajian matan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial itu sangat diperlukan dalam mengkaji. Kajian matan hadis melalui pendekatan ilmu sosial adalah suatu metode atau cara memahami suatu teks hadis atau isi hadis dengan melalui bantuan disiplin imu-ilmu sosial lainnya. Ilmu-ilmu sosial mencakup ilmu sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik, dan sejarah. Dengan tujuan untuk memudahkan para pembaca dalam memahami teks atau isi dalam matan hadis itu sendiri
Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Literasi
This research aims to find out how far the Effectiveness of School Principal’s Leadership in Developing Culture of Literacy at Aziziyyah Islamic High School, Tangerang. The methods used is qualitative approach.The results of this study indicate that the design of literacy culture development in MA Aziziyyah Tangerang has been adapted to the GLS guidelines formulated by the Ministry of Education and Culture. Includes stages: Habituation Stages, Development Stages, and Learning Stages. Indicators of achievement in these stages were met with 30 items out of a total of 37 items. These results indicate that each stage in the design of literacy culture development runs optimally in accordance with the objectives to be achieved. Several factors influence the development of literacy culture in MA Aziziyyah Tangerang, including: psychosocial factors, leadership factors, environmental factors, organizational factors, ecological factors, and government policies. These factors tend to have a positive impact on the process of developing literacy culture in MA Aziziyyah. The effectiveness of the principal\u27s leadership is the main foundation for optimizing the development of literacy culture. Indicators of achievement related to the effectiveness of MA Aziziyyah school principal leadership in developing a literacy culture fulfilled 6 items out of a total of 7 items. The results showed that the leadership carried out by the principal was quite effective.
 
DILEMA HUKUM DALAM KISAH PEMBUNUHAN GULĀM OLEH KHIDIRDALAM SURAH AL-KAHFI
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bahwa kisah Khidir dan Musa dalam Al-Qur’an memiliki substansi sebagai pedoman agama. Pembunuhan gulām oleh Khidir tidak digunakan oleh para mufasir ayat-ayat ah}ka>m sebagai dasar penerapan qis}a>s}. Kisah tersebut dimaknai sebagai gambaran Khidir sebagai subjek yang tidak melakukan kesalahan, sehingga ia disebut ma’ṣūm. Lalu bagaimana para komentator memaknai kisah pembunuhan gulām? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan komparatif untuk membandingkan tafsir antara tafsir aḥkām dan tafsir adāb al-ijtimā’ī. Isi interpretasi akan dianalisis menggunakan pendekatan analisis isi. Kajian ini berkaitan dengan penelitian Khalafullah bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur’an pada hakikatnya disusun dan diceritakan berdasarkan substansinya untuk memberikan pedoman norma-norma agama, moral, dan sosial. Di sisi lain, penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan Sri Haryanto yangmenganggap bahwa Khidir memiliki ilmu laduni, sehingga segala perbuatannya dibenarkan oleh Musa. Sementara Fauziah dan Rizal hanya melihat kisah Khidir dan Musa sebagai kisah yang membawa nilai. pendidikan. Artikel ini berkesimpulan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yangmengandung unsur kejahatan pembunuhan serta kisah Khidir dan Musa tidak dilihat sebagai dalil pembunuhan yang berimplikasi pada qis}a>s} oleh mufasir ayat-ayat ah}ka>m
Uang Panai di Maros: Perspektif Hukum Adat dan Fiqih
This research aims to analyze the views of students from the College of Quranic Sciences (PTIQ) in Jakarta regarding polygamy in the context of religion and culture in Indonesia. The study adopts a qualitative approach by conducting a literature review and interviews with students from the mentioned college. The analysis reveals two dominant perspectives, those who support and those who reject polygamy. Some students perceive polygamy as a legitimate option within the teachings of Islam and specific contexts, while others reject it on the grounds of gender equality and the protection of women\u27s rights. Moreover, the understanding of polygamy is also influenced by cultural factors, social environments, and personal experiences of the students. This research contributes to the existing literature on the views towards polygamy in Indonesia and aligns with previous studies that show how social, cultural, and religious factors influence perspectives on polygamy. In conclusion, students from the College of Quranic Sciences (PTIQ) in Jakarta hold complex views on polygamy within the framework of religion and culture in Indonesia. In addressing such a sensitive issue, a holistic approach is necessary to comprehend the factors influencing attitudes and perspectives towards polygamy. The findings of this research are expected to provide new insights and a deeper understanding of the dynamics of views on polygamy, serving as a foundation for further discussions within the realms of religion, culture, and society in Indonesia