889 research outputs found

    Pengaruh Variasi Konsentrasi Hidrolisis Asam Sulfat terhadap Sifat Me-kanik Plastik Selulosa Teregenerasi dari Kapas Limbah Tekstil dengan Pelarut NaOH/Urea

    Get PDF
    Selulosa merupakan polimer alami dengan ketersediaan yang paling melimpah yang berpotensi untuk direkayasa menjadi suatu plastik biodegradable. Selulosa teregenerasi merupakan suatu material yang dibentuk dengan cara melarutkan selulosa dalam suatu palarut tertentu dan dicetak. Dalam penelitian ini, kapas limbah dari industri tekstil digunakan sebagai sumber selulosa. Kapas pada dasarnya memiliki kandungan selulosa yang sangat tinggi, yakni sekitar 86-98%. Selulosa diekstrak dari kapas limbah dengan hidrolisis asam sulfat dengan konsentrasi divariasikan pada 0,5; 1; 1,5; dan 0,5 M dengan temperatur 100°C selama 2 jam. Selulosa teregenerasi dibuat dengan melarutkan selulosa pada larutan NaOH 7%/Urea 12% dan dibentuk dengan metode solution casting. Berat molekul selulosa diukur dengan metode berat molekul rerata viskositas dengan viskometer Ubbelohde. Karakterisasi yang dilakukan menunjukkan peningkatan konsentrasi asam sulfat yang digunakan menyebabkan penurunan berat molekul selulosa yang terekstraksi. Berat molekul selulosa yang digunakan akan turut berpengaruh terhadap sifat mekanik dari plastik yang dihasilkan. Sifat optimum selulosa teregenerasi yang dihasilkan diperoleh dari selulosa dengan berat molekul 2.73 x 104 g/mol dari hasil hidrolisis 0,5 M, yang dimana memiliki kekuatan tarik, persen elongasi dan modulus masing-masing sebesar 49,24 MPa; 0.92 %; dan 11.39 GPa dengan densitas sebesar 1.53 g/cm3

    Growth of Carbon Nanotube From Nanostructured Composite of Fe-c Using Ion Implantation Technique

    Get PDF
    Growth of carbon nanotube (CNT) from nanostructured composite of Fe-C has been carried out using ion implantation technique. The CNT developed here is expected to be used as an Integrated Sensor System, because CNT offer promises for future nano-electronic sensor applications, and reliably controlling CNT growth has been a big challenge. Nanostructured composite of Fe-C was prepared by milling for 50 hours. The size of Fe-C powder was determined from Scanning Electron Microscope (SEM) image. Milled powder then was compressed to get pellet form of Fe-C, and used as a target in fabricating thin film of Fe-C on Si(100) substrate using sputtering technique. Further, the ion implantation was done against the Fe-C thin film. The ion source using Argon gas, in order to make growth of CNT until the densitiy dose of 5 x 1015 ions/cm2. The phase of formed CNT was identified by X-Ray Diffractometer (XRD), the morphology of surface was observed by SEM. From this research, it has been showed that the milled composite of Fe-C has a powder size until nano order size. From XRD data, it is identified that only Fe and C peaks were confirmed. On the other hand, the observation on the surface of Fe-C thin film showed the growth of CNT

    Analisis Struktur dan Porositas Kompsosit Fe3o4-karbon Aktif dari Limbah Kertas sebagai Adsorben Magnetik

    Get PDF
    ANALISIS STRUKTUR DAN POROSITAS KOMPOSIT Fe3O4-KARBON AKTIF DARI LIMBAH KERTAS SEBAGAI ADSORBEN MAGNETIK. Komposit partikel magnet-karbon aktif dari limbah kertas telah berhasil dibuat. Karbon aktif dibuat dengan cara bahan kertas bekas dibakar dan selanjutnya direndam dalam asam kuat. Komposit Fe3O4-karbon aktif dibuat dengan mencampurkan garam besi Fe3+/Fe2+ (rasio mol 2 : 1) dengan suspensi karbon aktif dalam air. Larutan campuran garam besi-karbon aktif ditambahkan larutan NaOH tetes demi tetes pada kondisi suhu 70 oC. Analisis struktur, morfologi, ikatan kimia, sifat magnet dan porositas diselidiki dengan berbagai alat, berturut-turut menggunakan alat XRD, SEM, FTIR, VSM dan adsorpsi-desorpsi N2 Quantasorb. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa nanopartikel Fe3O4 telah berhasil tercangkok pada struktur karbon melalui interaksi gugus hidroksil. Bahan komposit mempunyai sifat magnetik berkelakuan superparamagnetik. Keberadaan nanopartikel Fe3O4 pada struktur karbon membentuk sistem mesopori baru, dimana volume pori meningkat dari 0,07 cc/g menjadi 0,464 cc/g (meningkat 6 kali untuk karbon tanpa aktivasi dan meningkat dari 0,1053 cc/g menjadi 0,525 cc/g (meningkat 5 kali) untuk karbon aktivasi dengan sebaran ukuran pori rata-rata 17,5 nm. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa senyawa fenol dan metil jingga hanya mampu diserap 30% dalam larutan air, tetapi untuk senyawa metilen biru mampu diserap 96,3% pada kondisi yang sama. Bahan komposit partikel magnet Fe3O4/karbon aktif limbah kertas dapat digunakan sebagai bahan alternatif menghilangkan zat warna metilena biru dalam limbah cair

    Micro and Crystal Structure Analysis of New Austenitic Steel

    Get PDF
    New austenitic stainless steel code-named A1 has been synthesized using the foundry method. The steel was prepared from the crude minerals mined in Indonesia consisting of ferro scrap, ferro chrome, ferro mangan, and ferro silicon; all of them were in the granular shape. Moreover, a small quantity of titanium was added to this austenitic steel that already has a very low carbon content. The synthesis was started by calculating each raw material quantity from the given specification data with the material balance equation, so that the austenitic composition specification matches the originally conceived specifications. After all of the crude material quantities were determined, each of the crude materials to be used in the alloying process were then weighed separately. The process was continued by inserting the crude materials into an induction foundry furnace that operates on an electromagnetic inducto-thermo system. The stirring was carried out automatically by the system. The now homogenous melting materials were then inserted into the ladle, followed by pouring into the sand casting. Some of the steels was normalized by a homogenization process at 1200 oC for 20 hours, and additional characterization was carried out afterwards. The microstructure observation shows that the material surface is relatively homogenous but with some porous holes. The X-ray diffraction pattern shows that the material had a fcc crystal structure with lattice parameter of 3.564 Ă…

    Efek Penambahan Asam Fenilfosponat-seng, Talk Dan Triasetin Terhadap Laju Kristalisasi Poliasam Laktat

    Get PDF
    Dalam aplikasi industri, salah satu kekurangan poli asam laktat (PLA) adalah kristalisasi yang lambat, sehingga meneyebabkan waktu yang lebih lama untuk mengolah PLA dibandingkan dengan polimer konvensional seperti polipropilen. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh penambahan pengisi atau aditif terhadap laju kristalisasi PLA. PLA dilarutkan dalam diklorometana (DCM) dan dicampur dengan nucleating agent (seng asam fenilfosfonat atau talk) atau pelunak (triasetin) pada konsentrasi yang berbeda diikuti dengan pengeringan pada suhu kamar selama 24 jam dan pengeringan oven selama 2 jam pada suhu 80 °C. Campuran kering PLA ditempa panas pada 180 °C selama 10 menit. Differential Scanning Calorimetry (DSC) dilakukan untuk mengevaluasi tingkat kristalisasi. Hasil studi menunjukkan bahwa penambahan pengisi atau aditif mempercepat proses kristalisasi PLA. Asam seng fenilfosponat (PPA-Zn) adalah pengisi yang paling efektif untuk mempercepat laju kristalisasi PLA

    Sifat Komposit Epoksi Berpenguat Serat Bambu pada Akibat Penyerapan Air

    Get PDF
    Serat bambu memiliki potensi sebagai serat penguat pengganti serat gelas dalam pembuatan komposit polimer, karena sifatnya yang terbaharui dan ramah lingkungan. Namun, karena serat bambu memiliki sifat higroskopis, maka sifat tarik komposit yang dihasilkan dapat menurun akibat dari memburuknya ikatan antarmuka serat dan matriks. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji degradasi sifat tarik biokomposit epoksi berpenguat serat bambu petung akibat penyerapan air. Biokomposit epoksi berpenguat serat bambu petung dibuat dengan metode tekan panas dengan variasi serat tanpa alkalisasi (0% NaOH) dan dengan alkalisasi (5% NaOH). Pengujian biokomposit, dilakukan dengan cara uji air mendidih, uji tarik dan SEM. Kadar penyerapan air biokomposit tanpa alkalisasi lebih tinggi dibandingkan dengan biokomposit yang telah mengalami alkalisasi (5% NaOH). Penyerapan air mengakibatkan degradasi pada biokomposit dan menurunkan kekuatan tarik biokomposit hingga 23%. Perlakuan alkali 5% NaOH, dapat meminimalisir persentase penurunan kekuatan biokomposit, dengan persentase penurunan kekuatan tarik sebesar 17%. Hasil pemeriksaan pada permukaan patahan menunjang hasil pengujian tarik. Penurunan kekuatan tarik disebabkan oleh sifat dan penurunan kekuatan antar serat dan matrik

    Ekstraksi Selulosa dari Serbuk Gergaji Kayu Sengon melalui Proses Delignifikasi Alkali Ultrasonik

    Get PDF
    Kayu sengon (Albizia chinensis) merupakan salah satu jenis kayu yangmelimpah di Indonesia. Kandungan selulosa pada kayu sengon cukup tinggi sebesar 41,17%. Proses ekstraksi selulosa dari kayu sengon dapat dilakukan melalui proses delignifikasi atau penghilangan kandungan lignin. Umumnya, proses delignifikasi dilakukan dengan larutan alkali pada konsentrasi tinggi, suhu tinggi dan waktu yang lama.Agar konsentrasi alkali yang digunakan rendah dan waktu lebih pendek, proses delignifikasi dapat dilakukan dengan bantuan ultrasonik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kondisi operasi (suhu dan waktu) proses delignifikasi dengan ultrasonik terhadap kadar selulosa yang diperoleh. Proses delignifikasi dilakukan denganmencampur serbuk kayu sengon (40 mesh) dengan larutan NaOH (0,3M) dengan perbandingan 1:30 (w/v). Kondisi operasi yang digunakan adalah suhu 30 °C dan 40 °C pada berbagai waktu (10menit hingga 70menit). Setelah proses delignifikasi, produk di bleaching dengan NaOCl hingga warnanya menjadi putih. Analisis yang dilakukan antara lain adalah metode Chesson, X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil dari analisa menunjukkan bahwa kristalinitas tertinggi diperoleh sebesar 77,05 % pada 40 °C selama 30 menit dan kadar lignin turun hingga mencapai 0,41%

    Analisis Tekstur Padalasan Stainless Steel 201 dengan Teknik Difraksi

    Get PDF
    ANALISIS TEKSTUR PADALASAN STAINLESS STEEL 201 DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON. Baja tahan karat jenis austenitik merupakan baja tahan karat yang banyak dipakai dalam industri, salah satunya adalah industri rumah tangga. Dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi Stainless Steel (SS) 201 yang banyak dijual di pasaran. Sebelum dilakukan karakterisasi, plat SS 201 dipotong dengan ukuran 150 mm Ă— 120 mmĂ— 10 mm, kemudian dibuat lubang berbentuk alur pada kedua permukaan, sehingga alur berbentuk X Double V Groove (DVG), selanjutnya alur DVG dilas dengan sistem pengelasan multi pass menggunakan metode pengelasan Metal Inert Gas (MIG). Bahan yang sudah dilas kemudian dikarakterisasi dengan teknik difraksi neutron untuk mendapatkan pola difraksi dan pole figure pada daerah pusat lasan FusionZone (FZ), daerah terpengaruh panas Heat Affected Zone (HAZ) dan daerah logam dasar Base Metal Zone (BMZ). Selanjutnya pole figure dianalisis dengan perangkat lunak Beartex untukmenentukan arah orientasi dan kekuatan tekstur pada ketiga daerah tersebut. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada daerah pusat lasan butir kristalit terorientasi {110} dengan tipe Brass dengan indeks tekstur sekitar 3,12 m.r.d (multiple random distribution) yang ditunjukkan pada pole figure 200. Untuk daerah HAZ, tekstur paling kuat terorientasi pada {110} atau tipe Goss dengan indeks tekstur 4,8 m.r.d. Pada daerah logamdasar, tekstur secara dominan terorientasi kearah {010} atau tipe Cube dengan indeks tekstur tidak terlalu kuat, sekitar 1,53 m.r.d. Pada daerah pusat lasan, bidang (110) sejajar dengan sumbu normal (ND), dengan arah kristalit sejajar dengan arah pengerolan (RD) [112]. Pada daerah HAZ bidang (110) tersebut mengarah ke arah sumbu pengerolan [001], dengan indeks tekstur 1,5 kali lebih kuat dibanding FZ. Hal ini menunjukkan bahwa bidang (110) yang semula terorientasi kearah [112] pada FZ berubah menjadi sekitar 35,26Âş ke arah [001] pada daerah HAZ. Untuk daerah logamdasar bidang (010)mengarah sejajar dengan arah normal (ND) dan teksturmengarah pada arah pengerolan (RD) [100]

    Ketahananimpak,kekerasan dan Struktur Mikro pada Baja Tahan Karat Martensitik13 Cr3mo3ni dengan Variasi Suhu Perlakuan Panas

    Get PDF
    Sudu turbinmerupakan salah satu bagian penting pada turbin yang bertujuan untukmemutar poros turbin sehingga menghasilkan energi listrik. Pada umumnya material yang digunakan pada sudu turbin adalah baja tahan karat martensitik, akan tetapimaterial tersebut mudah terjadi kegagalan.Mekanisme kegagalannya dipicu oleh adanya retakmikro dan unsur klorida didalam retakan tersebut sehingga akhirnya sudut tersebut mengalami patah. Adanya perbedaan perlakuan panas juga mempengaruhi nilai kekerasan yang berdampak pada jenis patahan yang dihasilkan pada baja tersebut. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketahanan impak, kekerasan dan strukturmikro pada baja tahan karatmartensitik 13 Cr3Mo3Ni dengan variasi suhu perlakuan panas serta mengevaluasi bentuk patahan pada baja tahan karat martensitik 13 Cr3Mo3Ni. Proses austenisasi dilakukan pada suhu 1000 oC, 1050 oC, dan 1100 oC dengan proses tempering pada suhu 500 oC, 550 oC, 600 oC, 650 oC, dan 700 oC dengan waktu penahanan 60 menit. Sedangkan uji mekanik yang dilakukan adalah uji kekerasan rockwell C dan uji impak charpy. Dan untukmengetahui strukturmikro yang terbentuk,maka dilakukan uji metalografi dan untuk mengetahui hasil patahan setelah dilakukannya uji impak,maka dilakukan uji SEM.Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu nilai kekerasan terendah ditunjukkan pada suhu austenisasi 1000 oC dan suhu tempering 700 oC, yaitu 38,13 HRC. Sedangkan nilai impak tertinggi ditunjukkan pada suhu austenisasi 1100 oC dan suhu tempering 650 oC, yaitu 114,00 J. Adapun strukturmikro yang terbentuk adalah martensit, austenit sisa, ferit, dan karbida logam

    Ireland’s BIM Macro Adoption Study: Establishing Ireland’s BIM Maturity

    Get PDF
    Since 2016 the BIM Innovation Capability Programme (BICP) has captured the capability of the Irish Construction Industry’s and the Higher Education Institutes’ (HEIs) response to the increased requirement for BIM on Irish construction and engineering projects. One of the primary responsibilities of the BICP research team is to collate data to assist the National BIM Council of Ireland in the formulation of a National BIM Roadmap. To assist the Council with this task the BICP research team applied five macro BIM maturity conceptual models to assess Ireland’s BIM maturity. The results from the models were further utilised to develop a national BIM adoption policy. The application of the five models helped identify the key policies’ deliverables and the macro maturity components that must be addressed within the initiation and consultation phase of proposing the Irish roadmap. The results also demonstrated the benefits of continuing the BICP initiative into the execution phase of the roadmap, so as to ensure successful integration of its findings within the sector
    • …
    corecore