Capacity Bounds for the KK-User Gaussian Interference Channel

The capacity region of the $K$-user Gaussian interference channel (GIC) is a long-standing open problem and even capacity outer bounds are little known in general. A significant progress on degrees-of-freedom (DoF) analysis, a first-order capacity approximation, for the $K$-user GIC has provided new important insights into the problem of interest in the high signal-to-noise ratio (SNR) limit. However, such capacity approximation has been observed to have some limitations in predicting the capacity at \emph{finite} SNR. In this work, we develop a new upper-bounding technique that utilizes a new type of genie signal and applies \emph{time sharing} to genie signals at $K$ receivers. Based on this technique, we derive new upper bounds on the sum capacity of the three-user GIC with constant, complex channel coefficients and then generalize to the $K$-user case to better understand sum-rate behavior at finite SNR. We also provide closed-form expressions of our upper bounds on the capacity of the $K$-user symmetric GIC easily computable for \emph{any} $K$. From the perspectives of our results, some sum-rate behavior at finite SNR is in line with the insights given by the known DoF results, while some others are not. In particular, the well-known $K/2$ DoF achievable for almost all constant real channel coefficients turns out to be not embodied as a substantial performance gain over a certain range of the cross-channel coefficient in the $K$-user symmetric real case especially for \emph{large} $K$. We further investigate the impact of phase offset between the direct-channel coefficient and the cross-channel coefficients on the sum-rate upper bound for the three-user \emph{complex} GIC. As a consequence, we aim to provide new findings that could not be predicted by the prior works on DoF of GICs.Comment: Presented in part at ISIT 2015, submitted to IEEE Transactions on Information Theory on July 2015, and revised on January 201

Modelling the effects of space weather at the Earth’s surface : a UK geoelectric field model

Geomagnetically Induced Currents (GIC), which can flow in technological systems such as power transmission grids, are a consequence of the geoelectric field induced at the surface of the Earth during geomagnetic storms. This poster describes the development of a new 3D 'Thin-Sheet' geoelectric field model which covers the whole of the UK and includes the influence of the surrounding shelf seas. The model can be used to compute the response of the geoelectric field to geomagnetic storms. In conjunction with a power grid model this enables us to estimate GIC flow in power networks. As an example, we consider the major geomagnetic storm of October 2003. It is envisaged that the model will form one component of a near real time GIC warning package which is currently being developed by the British Geological Survey (BGS) in conjunction with Scottish Power Plc. The magnetic field associated with the induced geoelectric field is easily calculated. Thus, the electric field model may also be of interest to those studying the effect of internal (induced) geomagnetic field signals on the total measured geomagnetic field

Generalized Interlinked Cycle Cover for Index Coding

A source coding problem over a noiseless broadcast channel where the source is pre-informed about the contents of the cache of all receivers, is an index coding problem. Furthermore, if each message is requested by one receiver, then we call this an index coding problem with a unicast message setting. This problem can be represented by a directed graph. In this paper, we first define a structure (we call generalized interlinked cycles (GIC)) in directed graphs. A GIC consists of cycles which are interlinked in some manner (i.e., not disjoint), and it turns out that the GIC is a generalization of cliques and cycles. We then propose a simple scalar linear encoding scheme with linear time encoding complexity. This scheme exploits GICs in the digraph. We prove that our scheme is optimal for a class of digraphs with message packets of any length. Moreover, we show that our scheme can outperform existing techniques, e.g., partial clique cover, local chromatic number, composite-coding, and interlinked cycle cover.Comment: Extended version of the paper which is to be presented at the IEEE Information Theory Workshop (ITW), 2015 Jej

ANALISIS HASIL MODIFIKASI GLASS IONOMER CEMENT DENGAN PENAMBAHAN HIDROKSIAPATIT DAN SILIKA DARI BAHAN ALAM (DITINJAU DARI GUGUS FUNGSI MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED)

ABSTRAKNama: Mohd Taufiq Kamil HProgram Studi: Kedokteran GigiJudul:Analisis Hasil Modifikasi Glass Ionomer Cement dengan Penambahan Hidroksiapatit dan Silika dari Bahan Alam (Ditinjau dari Gugus Fungsi Menggunakan Fourier Transform Infrared)Glass Ionomer Cement (GIC) merupakan salah satu semen kedokteran gigi yang digunakan sebagai material restorasi gigi. Namun, GIC memiliki keterbatasan seperti rapuh dan rentan terhadap abrasi. Sehingga perlu dimodifikasi untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik, salah satunya dengan menambahkan hidroksiapatit dan silika yang dapat diperoleh dari bahan alam seperti cangkang kerang darah (Anadara granosa) dan pasir laut dari pantai Pasir Putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gugus senyawa yang terbentuk pada GIC modifikasi dengan penambahan hidroksiapatit dan silika dari bahan alam menggunakan fourier transform infra red (FTIR). Spesimen pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, GIC kontrol, GIC dengan 5% hidroksiapatit dan GIC dengan 5% silika yang telah mengalami reaksi setting dan disimpan didalam inkubator dengan suhu 37oC selam 24 jam. Kelompok spesimen digerus hingga berbentuk serbuk seberat 1 gram kemudian dianalisis menggunakan FTIR merk Shimadzu Intracer-100. Hasil analisis FTIR menunjukkan adanya perubahan gugus fungsi yang terbentuk pada GIC dengan penamahan 5% hidroksiapatit dan GIC dengan penambahan 5% silika. Glass Ionomer Cement (GIC) dengan penambahan 5% hidroksiapatit dan 5% silika terjadi peningkatan intensitas gugus hidroksil (O-H) yang signifikan sebesar 74.82% dan 72.25%. Pada GIC dengan penambahan 5% hidroksiapatit terdapat gugus kalsium oksida (Ca-O) dengan intensitas paling tinggi dan terdapat dua gugus fosfat (P-O) yang terbentuk. Glass Ionomer Cement (GIC) dengan penambahan 5% silika terdapat enam gugus siloksan (Si-O-Si) yang terbentuk. Kesimpulan penelitian ini adalah GIC dengan penambahan 5% hidroksiapatit terbentuk gugus P-O yang dominan sedangkan pada GIC dengan penambahan 5% silika terbentuk gugus Si-O-Si yang dominan. Kata kunci : Glass ionomer cement, hidroksiapatit, silika, gugus fungsi, FTI

KEKASARAN PERMUKAAN GLASS IONOMER CEMENT (GIC) TANPA DAN DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN SETELAH PERENDAMAN DALAM KOPI ARABIKA GAYO

ix Universitas Syiah KualaABSTRAKNama : Dewi SetianingrumProgram Studi : Pendidikan Dokter GigiFakultas : Kedokteran GigiJudul : Kekasaran Permukaan Glass Ionomer Cement (GIC) Tanpa DanDengan Penambahan Kitosan Setelah Perendaman Dalam KopiArabika GayoGlass Ionomer Cement (GIC) merupakan bahan restorasi sewarna gigi yangmemiliki banyak kelebihan terutama mampu melepaskan ion florida sebagaiantikariogenik. Salah satu upaya meningkatkan sifat fisik dan sifat mekanik yangrendah yaitu dilakukan penambahan kitosan pada liquid GIC. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui pengaruh kopi arabika terhadap kekasaranpermukaan serta perbedaan kekasaran permukaan GIC tanpa dan denganpenambahan kitosan antara sebelum dan setelah perendaman dalam kopi arabikagayo. Spesimen berbentuk silinder dengan diameter 10 mm dan tebal 2 mm.Spesimen berjumlah 20 buah yang terdiri dari 2 kelompok perlakuan. Kelompokpertama menggunakan GIC konvensional sedangkan kelompok keduamenggunakan GIC dengan penambahan kitosan 10 v/v%. Kedua kelompokperlakuan direndam dalam kopi arabika gayo dan akuades secara bergantianselama 8 hari. Kekasaran permukaan diukur menggunakan Surface RoughnessTester Mitotuyo. Hasil uji t berpasangan pada kedua kelompok menunjukkanterdapat perbedaan bermakna (p0,05) antara GIC konvensional dan GIC kitosan sebelumdan setelah perendaman. Dapat disimpulkan bahwa kopi arabika gayo dapatmeningkatkan kekasaran permukaan pada kedua kelompok dan penambahankitosan dapat menurunkan kekasaran permukaan GIC meskipun tidak bermakna(

Perbedaan Kekasaran Permukaan Gic Tanpa dan Dengan Penambahan Kitosan Setelah Perendaman Minuman Isotonik

Conventional glass ionomer cement (GIC) is an aesthetic dental restoration materials that still used nowadays due to its own advantage, particularly the ability of GIC to release fluoride as anticariogenic. GIC restoration materials have low mechanical properties and low erossion resistance so GIC was modified by adding chitosan. The purpose of this research is to know the difference of surface roughness GIC without and with the addition of Chitosan after immersion in isotonic drink. There were 20 specimen that consists of two groups of treatment. The first group used conventional GIC and the second group used the GIC with the addition of Chitosan 10% v/v. All specimen cylindrical shapes with a diameter of 10 mm and a thickness of 2 mm. Both groups were kept immersed in isotonic drink for 24 hours. Surface roughness after immersion were measured using surface roughness tester TR200.  Independent t-test results showed no meaningful difference (p>0.05) between conventional GIC (1,33 ± 0,34) and GIC with the addition of Chitosan 10% v/v (1,10 ± 0,29) after immersion. It can be concluded that the addition of Chitosan 10% v/v could decrease surface roughness of GIC although no meaningful difference

PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN GLASS IONOMER CEMENT (GIC) TANPA DAN DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN ISOTONIK

Glass ionomer cement (GIC) merupakan bahan restorasi sewarna gigi yang masih digunakan sampai saat ini karena kelebihan yang dimilikinya, terutama kemampuannya melepaskan fluoride sebagai antikariogenik. Bahan restorasi GIC memiliki sifat mekanik dan ketahanan abrasi yang rendah sehingga dilakukan penambahan kitosan pada liquid GIC untuk memperbaiki sifat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minuman isotonik terhadap kekasaran permukaan serta perbedaan kekasaran permukaan GIC tanpa dan dengan penambahan kitosan antara sebelum dan setelah perendaman dalam minuman isotonik. Spesimen berbentuk silinder dengan diameter 10 mm dan tebal 2 mm. Spesimen berjumlah 20 buah yang terdiri atas 2 kelompok perlakuan. Kelompok pertama menggunakan GIC konvensional sedangkan kelompok kedua menggunakan GIC dengan penambahan kitosan 10% V/V. Kedua kelompok perlakuan direndam dalam minuman isotonik selama 24 jam.Kekasaran permukaan sebelum dan sesudah perendaman diukur menggunakan surface roughness tester TR200. Hasil uji t berpasangan pada kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p0,05) antara GIC konvensional dan GIC kitosan sebelum dan setelah perendaman. Dapat disimpulkan bahwa minuman isotonik dapat meningkatkan kekasaran permukaan pada kedua kelompok dan penambahan kitosan dapat menurunkan kekasaran permukaan GIC meskipun tidak bermakna (p>0,05)