45 research outputs found
Interior Nusantara Membeda dengan Interior Barat
Buku ini mengupas tentang interior menurut konteks iklim tropis yang memiliki dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Secara khusus kajian ini meliputi hunian masyarakat Samin, tengger, osing, Sasak, Manggarai dan Ngada. Bahasan utama dalam tulisan ini adalah pembentukan ruang yang berawal dari perempuan sebagai inti ruang, kemudian api serta pengembangan ruang menurut kontkes masing masing
Taneyan Lanjhang Buddagan I Sebagai Aset Pariwisata Heritage di Pamekasan Madura
Taneyan Lanjhang Buddagan I Sebagai Aset Pariwisata Heritage di
Pamekasan Madura
Lintu Tulistyantoro 1
Universitas Kristen Petra
Email: [email protected]
Abstrak
Masyarakat Madura memiliki kekayaan arsitektur heritage yang khas. Secara umum hunian tradisional
mereka memiliki bentuk yang hampir sama yaitu taneyan. Salah satu bentukan hunian mereka adalah
taneyan lanjhang, yaitu hunian dengan halaman panjang dan bisa mencapai lebih dari 50 meter.
Hunian tersebut berbeda dengan hunian tradisional masyarakat lain di Nusantara. Pola hunian tersebut
adalah daya tarik bagi masyarakat umum. Taneyan Lanjhang Buddagan 1 adalah salah satu hunian
tradisional yang memiliki kekhasan tersendiri. Hunian ini adalah salah satu bentuk taneyan lanjhang tipe
Pamekasan. Hunian ini terdiri dari 11 rumah dengan bentuk arsitektur, ukuran dan bentuk bubungan
yang khas. Metodologi penelitian yang dilakukan adalah menggunakan paduan antara etnografi,
partisipatori dan pengamatan lapangan. hasil akhirnya adalah inventarisasi dan evaluasi kekayaan
heritage yang dimiliki dan kemudian diharapkan menjadi salah satu destinasi wisata di Pamekasan.
Batasan kajian ini adalah meliputi heritage arsitektur, pertanian, peternakan, kuliner, craft dan budaya.
Lokasi kajian dibatasi pada taneyan lanjhang di Buddagan I, Larangan Luar, Larangan-Pamekasan. Hasil
akhir penelitian ini adalah inventarisasi potensi yang dimiliki untuk dapat dikembangkan menjadi wisata
di daerah ini khususnya berkaitan dengan heritage. Sehingga pengembangan daerah ini menjadi pusat
informasi budaya Madura dengan harapan, pusat edukasi dan wisata bagi masyarakat secara umum
Norms as The Formation of Boundary and Place in Madurase Dwellings of Madura
BSTRACT:
This paper discusses the result of exploring the understanding of Madurese people live in the
island of Madura, a part of East Java, Indonesia on the concept of place and bounda
ry. The discussion was
considered about spaces and practices that have been created, adopted, or invoked by the Madurese for their
specific purposes.
To understand the concept of place, must deal with the meaning of boundary. Boundary in Architecture mean
s
the distinguisher between an area with the other area. Boundary not only can separate place, but it can also
communicate two different places. The form of boundary has many types; it can be visible or non
-
visible and
physical or non
-
physical. An expressi
on of boundary in shaping the place can actually be determined by the
cultural factor. One example of boundary by the cultural factor is norm in culture.
The norms relating with dignity have boundary and place that are so powerful and clear. Boundary by th
e
norms has a strong impact to the place shaping. Therefore, norms have become one element to shape a place.
The norms can be non
-
physical but it has a very powerful boundary of place. The consequences of the norms
are the boundary of the Madurese dwelling
has a hierarchy, which is a very clear and strong boundary
Arsitektur Uma di Sumba
Arsitektur Sumba di provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
arsitektur hunian masyarakat setempat yang memiliki
kepercayaan pada Marapu. Marapu adalah sosok yang
penting dan dihormati, yang memiliki fungsi spiritual sebagai
perantara antara manusia dengan Tuhan, sehingga selalu ada
dalam huniannya. Kepercayaan mereka berorientasi spiritual
pada Marapu yang tidak memisahkan antara orang hidup dan
mati. Mereka percaya bahwa kesempurnaan di dunia terjadi
karena adanya dua unsur yang berpasangan (harmoni),
sehingga struktur ruang huniannya sangat dipengaruhi
sistem kepercayaan kepada Marapu tersebut. Pola tersebut
terwujud dalam bilangan sakral yang mereka miliki yaitu
angka genap. Pusat utama hunian masyarakat Sumba adalah
api atau au yang terletak di tengah hunian. Penelitian ini
menggunakan metode Etnografi, yang dilakukan dengan
cara hadir bersama-sama dengan masyarakat Sumba untuk
mengikuti dan mengalami aktivitas mereka. Pendekatan ini
memungkinkan munculnya data implisit yang menjadi dasar
untuk pemikiran masyarakatnya. Hasil penelitian ini adalah
hunian masyarakat Sumba terekspresikan sesuai struktur
pemikiran spiritual masyarakatnya
Makna Ruang pada Tanean Lanjang di Madura
The understanding of the meaning of space between the traditional society and the modern society posses a very significant difference. The modern consideration of emphasizing on function is not always revelent if applied to determining the meaning of space according to the traditional society. The expression of space in a traditional Madura House%2C or generally mentioned as tanean lanjang%2C is one example of a cultural product that was created on the basis of the meaning that corresponds to foundation of the thoughts of its society. This is highly influenced by the presence and the lifestyle of its society. The meaning of space is not only based by merely aesthetic and visual understanding. Instead%2C the meaning of space is more frequently based on the deepest essence of what lies in the genuine mind of the its society. Because of that%2C visual expression is principally a reflection of the basic value of the nature or genuine identity of its society
PENDAMPINGANIBU-IBUPENENUNTERDAMPAKPANDEMIDIPENGGARON, MOJOWARNO JOMBANG
Salah satu masyarakat terdampak pandemi adalah sejumlah pekerja tenun sarung ATBMdi Jombang. Mereka adalah tenaga terampil perempuan yang sebagian merupakanpenopang utama ekonomi keluarga. Tujuan kegiatan ini adalah memberikanpendampingan untuk pemberdayaan masyarakat terdampak agar mampu keluar dari
masalahnya. Metode yang digunakan PKM ini adalah design thinking dengan melakukansinergi antar kelompok masyarakat, Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi agar merekadapat bangkit kembali dan mampu mandiri secara ekonomi sesuai potensi dirinya. Selainskill menenun, potensi lain adalah teknik warna alam pada batik. Kedua potensi tersebut
akan dikolaborasikan menjadi produk unggulan masyarakat tersebut. Pendampingandengan mensinergikan antar kelompok masyarakat, Pemerintah daerah dan PerguruanTinggi dilakukan untuk mendapatkan dukungan fisik dan non fisik. Kelompok masyarakat
terdiri dari perorangan maupun kelompok berperan membantu permodalan danmediator untuk menjembatani dengan masyarakat terdampak sekaligus motor penggerakdi lapangan. Perguruan Tinggi sebagai pendamping pelaksanaan di lapangan. PemerintahDaerah memfasilitasi sekaligus mendukung kebijakan yang mendukung. Penenun adalahpelaku utama dalam proses ini. Peran pendamping adalah mensinergikan kelompok- kelompok tersebut untuk mencapai pemberdayaan masyarakat agar mampu mandiri dansejahtera secara ekonomi. Saat ini masing-masing kelompok sudah berperan dengan baikdan terbentuklah sentra tenun warna alam di daerah tersebut. Penetapan produksi tenunwarna alam oleh pemerintah daerah dan peningkatan ekonomi masyarakat merupakanprestasi baik, sebagai awal pendampingan ini
Perancangan Interior Restoran Tradisional Makassar
Traditional culture has potential to attract tourists to come to one city. But along with the times, the traditional culture will extinct so we need the effort to preserve them. In this day, culture and culinary is not an easy thing to find, more over just for a vacation. This Makassar\u27s restaurant interior desaign purposes is to give an information about Makassar\u27s culture through interior design that applied to the restaurant and to gives a taste of traditional cuisine of Makassar. Indonesia has a lot of culture, one of them is Makassar culture. For a foodies, this would be very nice to know about Makassar Traditional cuisine
Batik Java – A Prayer Behind Every Stroke
Batik Java is not just a patterned cloth sheet, Batik Java always has a name, philosophy and usability. Batik Java’s name indicated by its motif identity or its isen. The meaning of Batik Java’s philosophy can be detected from its motif. Its pattern can show strata in the society. Some pattern can be only being used by specific society, for example parang pattern is only for nobleman society. For example, Batik Java patterns that emulate the life of chickens and the character of bamboo trees, prayer for the prosperity, hope of getting a lot of catch while fishing and a language of communication between men and women. As for the usability, batik Java has many functions such as long fabric which are mostly worn by women, sarong worn by men (although most people also use sarong for women), carrying cloth, shawl, udeng as a male head covering and so on. The method used in this research is ethnography study through live in and direct observation with the batik Java’s craftsmen and batik Java’s users in several canter’s in East Java. This research summarizes and documented the use of batik in Javanese society in general to gain knowledge about batik Java is not just a fashion, but more than that batik Java has a name, philosophy and usability that is specific to Javanese society. Batik Java inherent with the culture of Javanese society because batik used in everyday life starting from the preparation of birth, birth, maturity, marriage to deat