3 research outputs found

    PERBANDINGAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER BELADIRI KARATE DENGAN SEPAKBOLA TERHADAP SELF CONTROL SISWA SMP NEGERI 2 LEMBANG

    Get PDF
    Untuk mengetahui perbandingan pembelajaran ekstrakurikuler beladiri karate dengan permainan sepakbola terhadap self control siswa SMP Negeri 2 Lembang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ex post facto. Desain penelitian yaitu Causal Comparative. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate dan sepakbola. Sampel dalam penelitian ini adalah sampling purposive yaitu 15 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate dan 15 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis uji t dengan kesamaan dua rata-rata dua pihak. Hasil pengujian menunjukan bahwa hipotesis diterima, dengan diperolehnya t hitung 3,935 lebih besar dari t1- α (2,048). Sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh pembelajaran beladiri karate dengan pembelajaran permainan sepakbola terhadap self control siswa SMP Negeri 2 Lembang. Kesimpulannya, ekstrakurikuler karate lebih meningkatkan self control dibandingkan dengan kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Lembang;--- To determine the comparative study of extracurricular karate with football game towards self-control of Students of SMP Negeri 2 Lembang. The method that is used is ex post facto methodology. The study design is Causal Comparative. The populations in this study are students who join in extracurricular karate and football. The sample in this study is purposive sampling that is 15 students who join in extracurricular karate and 15 students who join in extracurricular football. The statistical analysis that is used is the analysis of t test with two average similarities of two parties. he test results show that the hypothesis is accepted, by obtaining t 3.935 bigger than t1- α (2.048). So that there are significant differences between the influences of karate study with football game study towards self-control of Students of SMP Negeri 2 Lembang. In conclusion, extracurricular karate further improves self-control than extracurricular football activities in SMPN 2 Lemban

    KREATIVITAS MENGGAMBAR MOTIF KREASI BATIK PADA GERABAH MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DI KELAS VIII D SMPN 1 PURWADADI CIAMIS JAWA BARAT TAHUN AJARAN 2013/2014

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kreativitas menggambar motif kreasi batik pada gerabah melalui pendekatan konstruktivistik di SMPN 1 Purwadadi Kelas VIII D Ciamis Jawa Barat. Bagi siswa hasil penelitian ini dapat merangsang siswa untuk berfikir kreatif sehingga mampu menggambar motif batik sesuai dengan sumber ide, setiap siswa diberi kesempatan untuk bertukar pendapat dan mengungkapkan ide gagasan. Bagi guru, dapat memberi masukan untuk menerapkan pendekatan konstruktivistik dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas menggambar motif kreasi batik dan dapat mengaplikasikanya pada benda fungsional yaitu gerabah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VIII D yang berjumlah 36 Siswa dan Bapak Mubin, selaku guru Seni Budaya di SMPN 1 Purwadadi sebagai kolabolator dengan peneliti. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret- Mei dengan tiga siklus, setiap siklus mencakup empat tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, pelaksanaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif-kualitatif yaitu hasil dari dokumen nilai karya menggambar motif kreasi batik di deskripsikan dalam bentuk kalimat yang menggambarkan ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas menggambar motif kreasi batik melalui pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan kreativitas menggambar motif kreasi batik pada siswa kelas VIII D SMPN 1 Purwadadi. Pencapaian peningkatan berdasarkan indikator ketercapaian yaitu : 1) Minat siswa dalam menggambar motif batik pada siklus I mencapai 47.5%, siklus II meningkat menjadi 57.3%, dan pada siklus III meningkat menjadi 78.2%. 2) Kemampuan siswa menemukan ide kreatif dalam menggambar motif kreasi batik pada siklus I mencapai 59%, siklus II meningkat menjadi 61.5%, dan pada siklus III meningkat menjadi 81%. 3) Kemampuan siswa menggambar motif kreasi batik yang kreatif dan mengaplikasikannya pada gerabah sesuai dengan pengembangan sumber ide pada siklus I mencapai 42%, siklus II meningkat menjadi 58%, dan siklus III meningkat menjadi 77%

    Edukasi Penyelaman Aman bagi Nelayan Pesisir Montong Lombok Barat

    Get PDF
    Traditional diver diving activities look for fish by archery underwater frequently do not pay attention to safety aspects, so there is an increasing risk of causing diving injuries. Diving injuries are preventable injuries, if safe diving guidelines are followed and obeyed. Diving injuries symptoms can be mild to severe, so education about prevention and recognition of disease disorders that can occur due to diving is being given. The community service is carried out in two simultaneous activities: diving safety lectures and general medical examination. The participants, 30 participants for general medical examination, and 4 participants for traditional divers. Of the 30 participants for general medical examination, it was predominantly female (18/30), with an age range of 4-60 years with a median age of 37 years. The most common diseases that are complained of are upper respiratory tract infections (ARI) (8/30), skin complaints (6/30), hypertension (6/30), diabetes (4/30), headaches (3/30), diarrhea (1/30), musculoskeletal complaints (1/30) and toothache (1/30). Education is carried out to all participants. The media used were a slide projector and x-banner. Four traditional divers comes with 3 Decompression sickness and 1 barotrauma. Questions coverage diving preparation, Diving techniques and do's and don't's after diving. The community service went well with 34 enthusiastic participants filled by questions. Three most common diseases being ARI, skin complaints and hypertension and diving injuries of decompression sickness and barotrauma.Kegiatan menyelam yang dilakukan penyelam tradisional untuk mencari ikan dengan memanah seringkali tidak memperhatikan aspek keselamatan, sehingga risiko cedera penyelaman meningkat. Cedera penyelaman merupakan cedera yang dapat dicegah, jika panduan penyelaman yang aman dipelajari dan dipatuhi. Cedera penyelaman dapat ringan sampai dengan kematian, sehingga edukasi tentang pencegahan dan pengenalan gangguan-gangguan penyakit yang dapat terjadi akibat penyelaman perlu dilakukan. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam dua kegiatan yang bersamaan: ceramah keamanan penyelaman dan pengobatan gratis. Masyarakat menghadiri kegiatan pengabdian cukup antusias, 30 peserta pengobatan gratis, adapun penyelam tradisional yang berpartisipasi sejumlah 4 orang.  Dari 30 peserta pengobatan gratis didominasi jenis kelamin perempuan (18/30), dengan rentang usia 4 – 60 tahun dengan median usia 37 tahun. Penyakit tersering yang dikelukan adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) (8/30), keluhan kulit (6/30), hipertensi (6/30), diabetes (4/30), sakit kepala (3/30), diare (1/30), keluhan musculoskeletal (1/30) dan sakit gigi (1/30). Edukasi dilakukan kepada semua masyarakat hadir. Media edukasi yang dipergunakan adalah slide projector dan x-banner. Sebanyak 4 penyelam tradisional datang dengan diagnosis 3 penyakit dekompresi dan 1 barotrauma. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkait persiapan penyelaman, teknik penyelaman dan do’s and don’t’s setelah menyelam. Kegiatan pengabdian berlangsung dengan baik dihadiri 34 peserta dan diisi dengan pertanyaan interaktif. Tiga penyakit terbanyak ISPA, keluhan kulit dan hipertensi dengan cedera penyelaman berupa penyakit dekompresi dan barotrauma
    corecore