3 research outputs found
Analisis Potensi Endapan Skarn Berdasarkan Zona Dan Karakteristik Batuan Kalk Silikat Pada Endapan Porfiri Cu-Au Batu Hijau, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya mineral ekonomis yang sangat melimpah, contohnya adalah Batu Hijau yang dikelola oleh PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Produk Cu-Au Batu Hijau terkenal berasal dari endapan porfiri, sementara endapan skarn terkenal berasosiasi dengan mayoritas batugamping. Fakta lapangan menjelaskan bahwa Batu Hijau memiliki indikasi keterdapatan endapan skarn pada sistem endapan porfiri dengan mayoritas litologi vulkaniklastik dan minoritas batugamping. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik endapan porfiri, batuan kalk silikat, tahap skarnifikasi, korelasi kedua sistem endapan dan potensi endapan skarn.
Metode dalam penelitian antara lain analisis data sekunder fisikokimia, deskripsi batuan kalk silikat (pendataan batuan inti, petrografi dan mineragrafi), analisis tahapan skarnifikasi korelasi batuan kalk silikat dengan endapan porfiri dan analisis jenis endapan skarn serta kadar Cu, Au dan Ag batuan kalk silikat.
Parameter sistem endapan porfiri area penelitian terdiri dari asosiasi litologi breksi andesit vulkanik (Vxa), diorit kuarsa (Qd), tonalit intermediet (It), tonalit muda (Yt) dan batuan kalk silikat (KS). Zona alterasi yaitu zona potasik, zona filik, zona skarn, zona profilitik dan zona argilik. Mineralisasi area penelitian dicirikan mineral sulfida tembaga (bornit, kalkopirit, pirit) dan oksida (magnetit, hematit) dengan pola disseminated, vein/veinlet dan stockwork. Batuan kalk silikat area penelitian terdiri dari variasi hornfels dan skarn dengan komposisi mineral kalk silikat anhidrat, hidrat, mineral sulfida dan mineral oksida. Komposisi oksida utama batuan kalk silikat dikontrol oleh proses dan tahapan skarnifikasi. Proses skarnifikasi dibagi menjadi tahap progradasi dan retrogradasi dengan spesifikasi 4 subtahap. Pola permodelan permukaan batuan kalk silikat berbentuk tapal kuda atau sirkular asimetris dengan dominasi arah SW area penelitian. Batuan kalk silikat di bawah permukaan tersebar acak dan setempat dikontrol zona lemah dan komposisi breksi andesit vulkanik (protolith). Model tentatif fasies kalk silikat skarn terbagi menjadi zona proksimal piroksen-garnet, zona distal piroksen-garnet-epidot, zona pengayaan mineral sulfida-oksida-wollastonit, zona hornfels hingga breksi andesit vulkanik. Secara spasial dan genetik, batuan kalk silikat memiliki korelasi kuat dengan endapan porfiri. Batuan kalk silikat area penelitian diklasifikasikan sebagai eksoskarn kalsik berjenis endapan skarn tembaga (Cu). Potensi ekonomis batuan kalk silikat memiliki potensi tinggi berdasarkan persentase kadar berkategori tinggi tetapi berpotensi rendah berdasar parameter spasial dan perbandingan dengan endapan skarn yang terbukti ekonomis.
Kata Kunci: Endapan Porfiri Batu Hijau, Batuan Kalk Silikat, Endapan Skarn Tembaga, Eksoskarn Kalsi
ANALISIS GEOLOGI TEKNIK PADA KEGAGALAN BENDUNG CIPAMINGKIS, BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
Bendung Cipamingkis terletak pada Desa Jatinunggal, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Bendung ini dibangun pada tahun 1980 dan merupakan infrastruktur irigasi yang
vital karena mengairi sekitar 7805 Ha sawah yang terdapat pada Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Bekasi. Inisiasi kegagalan bangunan tercatat pada Maret 2016 dimulai pada bagian mercu dan pintu
pengambilan hingga kegagalan total terjadi pada April 2017. Penelitian ini difokuskan pada
identifikasi parameter geologi teknik untuk memahami penyebab kegagalan Bendung Cipamingkis.
Metodologi penelitian ini terdiri dari studi lapangan dan uji laboratorium. Tahap studi lapangan berupa
pemetaan geologi dan pemboran geoteknik. Tahap uji laboratorium berupa penentuan parameter
keteknikan antara lain slake durabilityindex dan free swell index digunakan untuk mengkonfirmasi
ketahanan batuan dan pendugaan nilai pengembangannya (expansivity). Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa bendung ini berdiri di atas batuan dasar berupa dominan batulempung dan zona
sesar mendatar menganan. Hasil laboratorium menunjukan slake durability index 0 - 3.88 % dan free
swell index > 50 % dan LL yang berkisar antara 60% - 80%. Dengan adannya orientasi zona sesar
mendatar yang tegak lurus dengan as bendung, memungkinkan rekahan-rekahan menjadi jalur
termudah untuk air melalui bangun bendung hingga terjadinya erosi dan terbentuk saluran pembuluh.
Nilai LL yang tinggi (> 50%) membuat karakteristik mekanik batulempung bergeser pada fase
softening – residual strength walaupun dari data SPT menunjukkan nilai yang baik. Faktor lain yaitu
bahwa batulempung pada daerah tersebut memiliki tingkat ekspansifitas yang tinggi.
Kata Kunci: Bendung, Batulempung, Sesar, Kegagala
STUDI PALEOGEOGRAFI NEOGEN BATAS CEKUNGAN KENDENG-SERAYU UTARA: TANTANGAN DAN IMPLIKASI PADA KONSEP EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI DI TINGGIAN SEMARANG REGIONAL JAWA TENGAH BAGIAN UTARA
Secara umum, sejarah geologi wilayah batas cekungan di Indonesia belum teridentifikasi dengan jelas.
Kondisi tersebut membutuhkan penelitian menyeluruh untuk menghasilkan konsep baru sebagai
variasi sudut pandang eksplorasi minyak dan gas bumi. Penelitian berfokus pada batas Cekungan
Serayu Utara-Kendeng dengan menekankan aspek paleogeografi (fasies sedimen, lingkungan
pengendapan, paleobatimetri) dan aspek tektonik (sejarah geologi regional, struktur geologi mayor
dan minor). Pemusatan analisis dan sintesis data merupakan hasil kombinasi bukti lapangan
(pemetaan geologi orientasi penelusuran sungai, dan pengukuran stratigrafi) dengan data sekunder
(penginderaan jauh dan studi literatur). Determinasi indikasi batas cekungan berdasar data gaya
berat dan pola pelurusan menunjukan tinggian diantara transisi dua rendahan di wilayah Semarang
(Tinggian Semarang). Cekungan Serayu Utara dan Kendeng mengalami dinamika selama PaleogenNeogen sebagai ruang akomodasi sedimen. Pulau Jawa mengalami Pola Subduksi Meratus hingga
Jawa yang mengalami fase transisi dan menghasilkan sesar geser mayor pengontrol fisiografi Jawa
bagian tengah sejak Akhir Paleogen (Zona Patahan Pamanukan-Cilacap dan Muria-Kebumen).
Aktivitas tektonik awal miosen menghasilkan sistem transtensional berarah NE-SW (N 155o E)
menghasilkan pola tinggian-rendahan dalam sistem sesar geser dengan Tinggian Semarang sebagai
pembatas di Jawa Tengah Bagian Utara. Kondisi paleogeografi di utara Jawa sejak Paleogen
didominasi oleh deposisi sedimen laut. Ruang akomodasi dikontrol Tinggian Utara Jawa
menghasilkan pola pendalaman ke arah selatan dan Timur dari Tinggian Semarang. Rekonstruksi
paleogeografi menggunakan litostratigrafi dan biostratigrafi Formasi Kerek dari penelusuran sungai
dengan pola Timur-Barat (Sungai Bancak - Sungai Banyumeneng - Sungai Jabungan - Sungai Garang
- Sungai Kripik - Sungai Lutut) dengan batimetri (lower bathyal-outer neritic). Lingkungan
pengendapan pola sedimentasi tiap sungai menunjukkan pola basin plain, inner proksimal, leeve dan
submarine fan channel dengan data arus purba dominan berarah NW-SE (N 180o E-N 195o E).
Keterdapatan rembesan minyak di Tinggian Semarang mengindikasikan sistem minyak dan gas bumi
berasosiasi dengan tinggian struktural batas cekugan. Komponen sistem minyak dan gas bumi seperti
batuan sumber, reservoir, dan jenis perangkap melibatkan formasi batuan penyusun Cekungan
Kendeng ataupun Serayu Utara. Peran patahan geser dan Tinggian Semarang diinterpretasi sebagai
jalur migrasi sekunder sekaligus acuan eksplorasi pada sistem perangkap potensi minyak dan gas
bumi pada Regional Jawa Tengah Bagian Utara.
Kata kunci : Cekungan Kendeng – Serayu Utara, Sesar Geser Muria - Kebumen, Paleogeografi Zona
Transisi, Tinggian Semaran