24 research outputs found

    Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo, Kecamatan Rungkut Surabaya

    Full text link
    Ekowisata di hutan mangrove di wilayah Surabaya mulai berkembang. Agar perkembangan ini tidak merusak lingkungan dan sumberdaya di hutan mangrove diperlukan strategi pengembangan yang tepat. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui potensi wisata yang ada dan merumuskan strategi untuk pengembangan ekowisata mangrove Wonorejo, Kecamatan Rungkut Surabaya. Untuk itu dilakukan pengumpulan informasi terhadap ide, kepercayaan dan persepsi masyarakat. Data dikumpulkan dengan kuisioner yang ditujukan kepada pengunjung, masyarakat lokal dan pengelola ekowisata. Pertanyaan yang diberikan adalah tentang persepsi, partisipasi, daya tarik wisata dan pengembangan wisata. Data selanjutnya dianalisis dengan SWOT. Potensi wisata yang ada pada ekowisata mangrove Wonorejo adalah keanekaragaman mangrove dan burung yang berasosiasi di dalamnya serta keindahan alam di kawasan ekowisata mangrove Wonorejo. Konsep strategi pengembangan ekowisata mangrove adalah mengembangkan konservasi dan rehabilitasi mangrove sebagai salah satu program wisata, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat wisata, mempertegas penegakan hukum dan aturan untuk menjaga fungsi ekosistem mangrove dan penguatan konsep ecotourism di kawsan ekowisata mangrove Wonorejo, Kecamatan Rungkut Surabaya. Ecotourism in mangrove forests in the Surabaya began to grow. So this development does not damage the environment and resources in the mangrove forest needed the right development strategy. Based on this, The aims of this research were to knew the existing tourism potential and found the right strategy for the development of mangroves ecotourism Wonorejo, Kecamatan Rungkut Surabaya. So collecting information on the ideas, beliefs and perceptions. Data were collected by questionnaire addressed to visitors, local communities and organizer of mangroves ecotourism Wonorejo. The questions are about perception, participation, tourist attraction and tourism development. Then data were analyzed by SWOT. Tourism potentials in mangrove ecotourism Wonorejo were the diversity of mangrove and bird and the natural beauty of the mangrove ecotourism. The concept of eco-tourism development strategy are develop conservation and rehabilitation of mangroves as one of the tourism programes, increase the participation and empowerment tourism communities, reinforce the rule of law and the rules to keep the preservation of mangrove ecosystem and building of ecotourism perseptions

    Kajian Tentang Laju Pertumbuhan Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forskall) Pada Tambak Sistem Silvofishery Dan Non Silvofishery Di Desa Pesantren Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

    Full text link
    Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Sistem Tambak Silvofishery merupakan suatu kegiatan budidaya perikanan yang dikombinasikan dengan pengelolaan hutan mangrove. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan setiap satu minggu sekali selama 4 minggu dengan mencatat laju pertumbuhan ikan bandeng yaitu dengan mengukur panjang dan berat ikan bandeng. Populasi yang dimaksud adalah ikan Bandeng yang diambil 50 sampel dari jumlah ikan yang ada di tambak silvofishery dan non silvofishery. Padat penebaran ikan bandeng 2000 ekor/ 0,5 Ha, dengan media tambak silvofishery dan non silvofishery. Serta dilakukan pula pengukuran parameter pendukung seperti suhu, salinitas, pH, kecerahan, oksigen terlarut, nitrat, dan fosfat. Hasil analisis uji-t dengan Two-Sample Assuming Equal Variances bobot Specific Growth Rate (SGR) ikan bandeng pada tambak sistem silvofishery dengan bobot SGR ikan bandeng pada tambak non silvofishery menunjukkan nilai T hitung sebesar 0,186 dan T tabel sebesar 0,859. Berdasarkan data statistik tersebut maka T hitung < dari T tabel yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata bobot SGR ikan bandeng pada tambak silvofishery dengan bobot SGR ikan bandeng pada tambak non silvofishery

    Hubungan Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Terlarut Dengan Kelimpahan Fitoplankton Di Sungai Silandak Semarang

    Full text link
    Silandak river is located in Semarang, Central Java. This river is suspect to receiving waste came from plastic industry activity which is streamed to the water, and also receiving household waste stream and there are plenty of water transportation in the section of the estuary. Waste from the industry is suspected contain heavy metals cadmium and lead.The study was conducted in April 2016 - May 2016 in the River of Silandak which aimed to determine the concentration of cadmium and lead, to determine the abundance and the phytoplankton community structure, and to determine the correlation of cadmium and lead with the abundance of phytoplankton. The study used survey method with purposive sampling technique. The results showed the concentration of cadmium in the study locations was within the range of 0.0007 to 0.001 mg/l, while the concentration of lead was within the range of 0.002 to 0.007 mg/l. The abundance of phytoplankton ranged between 1826 - 6730 ind/l, the rate of diversity index (H') was within the range of1.747 - 2.828, the dominance index (d) obtained results within the rate of 0.077 - 0.284, and evenness index (e) within the rate of 0.645 - 0.890. There was no significant correlation between cadmium with the abundance of phytoplankton with a correlation coefficient (r) of 0.179 which means weak correlations. There was no significant correlation between the heavy metals lead with the abundance of phytoplankton, the rate of the correlation coefficient (r) of 0.261 which means weak correlations. PCA (Principle Component Analysis) is used to determine the correlation cadmium and lead with the abundance of phytoplankton genus. There was a significant correlations of heavy metals lead with the abundance Dyctyocha sp and Bacteriastrum sp genus at 0.05 levels the range of 95%, a strong negative correlation with a correlation coefficient of -0.68

    Hubungan Kelimpahan Epifauna Dengan Tingkat Kerapatan Lamun Yang Berbeda Di Perairan Bandengan Jepara

    Full text link
    Seagrass ecosystem in Bandengan coastal Jepara is important for epifauna. Different seagrass density will affect levels of organic matter used epifauna, in addition the density of seagrass can also precipitate organic particles which affect the abundance of epifauna. This research was conducted on March 2016. The aimed of this research was to determine the relationship of epifauna's abundance to density seagrass and the relationship of organic matter to the density of seagrass. This research used survey method and random sampling technique. Samples were taken from three different station there are (A) sparse density, and (B) dense density. Sample epifauna were taken once a week for three time. The results showed only 1 type of seagrass found in Bandengan coastal Jepara that is Thalassia sp. With density on sparse station (A) 178ind/m2, dense station 368 ind/m2. The abundance of epifauna on station sparse (A) 140 ind/3m2, dense station (B) 91 ind/3m2, The highest abundance Sconsia sp 52 ind/m2 dan 28 ind/m2 and Cerithium sp 34 ind/m2 dan 19 ind/m2Organic material content of sedimen on density was sparse and dense was 5.71%, 9.81%. Based on the result of the correlation show that between the abundance of epifauna with seagrass density level there is a relation undirectional, density of seagrass will not increase accordingly to the abundance of epifauna, as well as to the content of organic matter. There is a close correlation that higher of density of seagrass will be followed by organic matter. Key Word; Coastal of Bandengan; Seagrass Beds Density; Abundance of Epifauna; Organic matte

    Struktur Komunitas Ikan Karang pada Bola Karang (Reef Ball) di Perairan Pulau Panjang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

    Full text link
    Pulau panjang merupakan salah satu objek wisata didaerah Jepara. Daya tarik dari wisata pulau Panjang yaitu terdapat ekosistem terumbu karang yang dimanfaatkan oleh wisatawan, dan masyarakat setempat. Adanya kegiatan wisata tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap ekosistem terumbu karang yang menjadi rusak, yang diduga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas perikanan dan perairan. Sehubungan dengan hal tersebut dapat dilakukan upaya rehabilitasi terumbu karang yang rusak dengan rehabilitasi menggunakan bola karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ikan karang, dan mengetahui struktur komunitas ikan karang yang berada dikawasan bola karang terkait dengan perbedaan waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan bulan September 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meteode visual sensus dengan melakukan pengamatan, pencatatan, dan identifikasi terhadap ikan karang yang berada dikawasan bola karang pada pengamatan bulan April dan bulan September 2013 dengan melakukan berenang bebas berjarak 4,5 meter dari setiap bola karang. Analisis data yang digunakan yaitu indeks komunitas, analisis uji t test, dan analisis uji chi-square. Hasil penelitian ikan karang di bola karang pada pengamatan bulan April dan bulan September 2013 terdapat 10 genus yang terdiri dari 15 spesies, dan terjadi peningkatan jumlah ikan karang. Analisis uji chi-square menyatakan ada perbedaan komposisi kelimpahan ikan karang pada pengamatan bulan April dan bulan September 2013. Indeks komunitas ikan karang pada bulan September lebih baik dibandingkan bulan April. Analisis uji t menyatakan ada perbedaan indeks komunitas ikan karang pada pengamatan bulan April dan bulan September 2013 di setiap bola karang yang terdapat di perairan pulau Panjang, Jepara. Panjang Island is one of the attractions in Jepara. The attraction of the Panjang Island tourism is coral reefs ecosystem which are utilized by the tourists, and the local community. The existence of tourist activities can give a negative impact on coral reefs ecosystem, fisheries and aquatic productivity. In relation with that, it can rehabilitate damaged coral reefs use reef balls. The purpose of this study to was determine the reef fish species and the community structure of reef fish in the reef ball. This study was conducted in April and September 2013. This study used visual census method by observed, recorded, and identificated of reef fish in reef ball areas, on the observations in April and September 2013 by free-swimming within 4.5 meters of each reef balls. Data was analysis with community index, t test, and chi-square analysis. The result of this study showed that, there were 10 genus consisted of 15 species, and there were increase of of reef fish in April and September. Chi-square test showed that there were significant differences between abundance of reef fish composition in April and September 2013. Community index of reef fish in September better than that in April. This was supported by t test analysis which stated that there were significant differences between community index of reef fish in April and September 2013 in every reef ball in Panjang Island, Jepara

    Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam Pantai Suwuk Kabupaten Kebumen Jawa Tengah

    Full text link
    Obyek wisata alam Pantai Suwuk merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Kabupaten Kebumen. Terletak pada jalur lintas selatan Pulau Jawa, yakni di desa Tambakmulyo. Keindahan pantai dan alam yang masih alami menjadi daya tarik bagi wisatawan, sehingga obyek wisata tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Akan tetapi terdapat permasalahan yaitu minimnya partisipasi masyarakat setempat dalam ikut serta mengelola obyek wisata alam Pantai Suwuk tersebut. Oleh karena itu, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana partisipasi masyarakat setempat dalam mengelola obyek wisata alam Pantai Suwuk saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitan ini bersifat deskriptif. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara terstruktur terhadap 93 responden dengan teknik purposive sampling. Selain itu, dilakukan observasi Data hasil penelitian, selanjutnya dilakukan analisis statistika deskriptif dengan teknik menggunakan skala likert dengan lima kategori yaitu (1) sangat tidak terlibat; (2) tidak terlibat; (3) ragu; (4) terlibat; (5) sangat terlibat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sangat terlibat 1%, terlibat 12,4%, Ragu 21,8%, Tidak terlibat 50,62%, dan sangat tidak terlibat 14,1%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipan masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata alam masih sangat minim, meskipun wilayah ini memiliki sumberdaya alam yang menunjang . Semestinya masyarakat ikut diberdayakan dalam sistem pariwisata melalui pendekatan partisipatif melalui perantara pemerintah desa.Natural attractions suwuk Beach is one of the attractions that exist in Kebumen. Located on the path across the southern island of Java, namely in the village Tambakmulyo. Beautiful beaches and unspoiled nature becomes an attraction for tourists, so tourism is very potential to be developed. But there are problems, namely the lack of participation of local communities to participate in managing the natural attractions of the suwuk Beach. Therefore, the formulation of the problem in this research is how the participation of local communities in managing natural attractions suwuk Beach today. The method used in this research is descriptive. Data were collected through a structured interview of the 93 respondents with a purposive sampling technique. In addition, the results of research carried out observation data, then performed a descriptive statistical analysis technique using a Likert scale with five categories: (1) is not involved; (2) not engaged; (3) doubt; (4) involved; (5) is very involved. The results showed that 1% of the respondents are very involved, involved 12.4%, 21.8% doubt, not involved 50.62%, and very involved 14.1%. The study concluded that participants communities in the management of natural attractions still very low, even though the region has natural resources that support. Empowered society should participate in the system of tourism through a participatory approach through the intermediary of the village government

    Strategi Kelompok Pantai Lestari Dalam Pengembangan Kegiatan Rehabilitasi Mangrove Di Desa Karangsong Kabupaten Indramayu

    Full text link
    Strategi yang tepat sangat dibutuhkan oleh kelompok masyarakat pelestari mangrove dalam mengembangkan kegiatan rehabilitasi mangrove yang mereka kelola. Kurangnya informasi dan kajian ilmiah mengenai kegiatan Perumusan strategi suatu kelompok masyarakat pelestari mangrove dalam mengembangkan kegiatan rehabilitasi mangrove, akan membuat kelompok-kelompok masyarakat pelestari mangrove seperti Kelompok Pantai Lestari menjadi tidak mempunyai acuan yang cukup untuk membuat perencanaan atau strategi yang tepat dalam mengembangkan kegiatan rehabilitasi mangrove yang mereka kelola. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan mangrove dan mendapatkan strategi yang tepat dalam pengembangan kegiatan rehabilitasi mangrove di Desa Karangsong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif studi kasus. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan observasi untuk melakukan pengamatan terhadap sumberdaya manusia dan kelembagaan Kelompok Pantai Lestari, keadaan kawasan rehabilitasi mangrove, dan kegiatan pemanfaatan mangrove oleh masyarakat lokal. Selanjutnya dilakukan fokus grup diskusi (FGD) bersama dengan semua anggota Kelompok Pantai Lestari untuk merumuskan strategi pengembangan menggunakan Analisis SWOT. Hasil yang didapatkan, faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan kawasan rehabilitasi mangrove di Desa Karangsong adalah faktor internal dan faktor eksternal. Strategi yang terpilih adalah strategi agresif yang memaksimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. The right strategies are needed by mangroves conservational groups in developing the rehabilitation of mangroves areas they are managed. The lack of information and scientific studies on the strategy formulation by the mangroves conservational groups in developing mangroves areas, will cause the mangroves conservational groups, such as Pantai Lestari Group, do not have enough references to make the appropriate plans or strategies in developing mangroves areas they are managed. The aims of this study were to determine the factors associated with mangroves management activities and found the right strategy for the development of the mangroves area rehabilitation in Desa Karangsong. This study applied the descriptive case study as a method. Data were collected through interviews and observations to observe the human resources and the institution of Pantai Lestari Group, the condition of mangroves rehabilitation area, and the utilization of mangroves by the local communities. Subsequently, a focus group discussion (FGD) was condusted with all members of Pantai Lestari Group in formulatting development strategies using SWOT analysis. As the results, the factors related to the management activities of mangroves rehabilitation areas in Desa Karangsong were internal and external factors. The appropriate strategy of mangroves rehabilitation areas development was aggressive strategy in maximizing the power of advantaging the opportunities
    corecore