8 research outputs found
POLIMERISASI 3,5-DI-TERT-BUTIL,-4-HIDROKSIBENXILAKRILAT DENGAN DEKALIN SECARA INSITU DALAM TABUNG SAMPEL SPEKTROFOTOMETER NMR 13C
Rekasi polimerisasi 3,5-di-tert,-butil-4hidroksibenzil akrilat (DBBA) dengan dekalin dilakukan dalam tabung sampel mesin NMR adalah suatu model reaksi untuk mengamati langsung perubahan atom karbon dari gugus reaktif selama proses reaksi terjadi tanpa penambahan senyawa lain pada pengukuran tersebut. Proses polimerisasi insitu DBBA dengan dekalin dilakukan secara reakstif dengan dibantu inisiator Trigonox 101 dan sedikit dekalin terdeuterasi pada suhu 373K selama 25 jam. Spektrum NMR 13C senyawa dekalin pada suhu panas akan menyebabkan terjadinya pemecahan dua puncak serapan gugus metilen menjadi empat puncak serapan dikarenakan terjadinya rotasi bolak-balik dari kedua cincin dekalin pada ushu tinggi. Hasil polimer DBBA-dekalin secara insitu setelah pemanasan selama 25 jam yang direkam spektrumnya pada suhu 373K menampilkan perubahan atom karbon tertier gugus metilen (trans) dari dekalin menjadi karbon kuartener, dan karbon tertier ikatan rangkap dari vinil DBBA berubah menjadi karbon tertier dan karbon sekunder ikatan tunggal. Spektrum tersebut menampilkan pola spektrum yang sama dengan sprektrum NMR 13C polimerisasi DBBA-dekalin yang diproses reaktif dalam labu reaksi.
kata kunci: insitu, grafting, proses reakti
REKAYASA POLIMER MENGGANTIKAN BAHAN TRADISIONAL
Pidato Pengukuhan Guru Besar Kimia Polimer Organik.
Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sebelas Maret.
Disampaikan dalam Sidang Senat Terbuka.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
tanggal 29 Desember 2007
Shear Strength of the Mixed Adhesive Joint Silyl Modified Polymer-Epoxy in Single Lap Joint Aluminum Triyono / Sri Hastuti and Neng Sri Suharty
Shear strength of mixed adhesive joints (MAJ) silyl modified polymer (SMP)–epoxy (EP) in a single lap joint (SLJ) aluminum to aluminum has been investigated. Single lap joint specimens were made according to ASTM D-1002 standard. Three levels of mixed adhesive thickness of 0.2; 0.4; and 0.6 mm were used while the variations of mixed adhesive composition were 100%EP, 75%SMP:25%EP, 50%SMP:50%EP, 25%SMP:75%EP, 100%SMP. Sandpapering grid of 150 and acetone cleaning was performed on Aluminum surface. The pressure of 0.1 Mpa and post-curing of 100oC for 100 minutes were subjected on the mixed adhesive joint specimens. Shear tests and failure surface investigations were conducted to analyze the strength of the mixed adhesive joints. The addition of silyl modified polymer to epoxy decreases the shear strength and the shear modulus but increases the elongation of the mixed adhesive joints. The mixed-adhesive joint of 25%SMP:75%EP has the highest shear strength, even it is higher than that of the adhesive joint of 100%EP. There is no significant effect of a
The Mechanical Properties Of Green Polyblend Based On Waste Polypropylene Filled In Variation Particle Size Natural Fiber And Initiator Concentration
Synthesis of green polyblend from waste polypropylene (recycle polypropylene, rPP) filled reinforcing husk rice powder (HR) in weight ratio rPP/HR (8/2) using multifunctional acrylic acid (AA) processed reactively in internal mixer had been carried out. To understand the effect of initiator concentration, some concentration variations of benzoyl peroxide (BPO) initiator had been done in 5 levels (0; 0.02; 0.05; 0.07; and 0.10 phr). Based on the mechanical properties (tensile strength, TS) and the melt flow index (MFI) in thermoplastic condition, it was found that the best concentration was 0.02%. To study the effect of particle size, four level variations (40; 70; 100 and 120 mesh) of the HR particle size using 0.02 phr BPO was prepared. It has been found that decreasing the particle size (40 to 120 mesh) decrease the MFI accordance with ASTM andincrease the TS value. To understand the correlation between particle size and biodegradability of the green polyblend, firstly, it was performed water absorption characterization to the polyblend specimen. Water absorption(WA) studies showed an increase in water uptake with increase in particle size. Biodegradation of the green polyblend (reflected by the lost of weight, LW) was done by burying the specimen in cellulolytic bacteria enriched garbage soil for four months. The result showed that increasing the HR particle size (120 to 40 mesh) increase the biodegradation properties.
Komposit Hibrid Cerdas PP-Clay-Serat Alam dan Woven Serat Alam Berkekuatan, Tahan Api Tinggi dan Biodegradabel Untuk Panel Interior Otomotif
Kata kunci : panel interior otomotif
Secara ringkas hasil penelitian Hibah Profesor BLU pada tahun pertama dapat dilaporkan sebagai berikut. Pemurnian Kaolin alam dan calsinasi telah dilakukan. Sintesa PP termodifikasi AA sebagai senyawa penggandeng yang lebih compatible telah dibuat dengan
sukses. Penelitian ini akan mensintesis material komposit baru yang mempunyai sifat tahan bakar dan mekanik yang baik. Material komposit baru tersebut akan dipergunakan untuk otomotif. Bahan dasar pembuatan material mempergunakan limbah PP (rPP) yang dimodifikasi dengan asam akrilat (AA) dengan berbagai jenis lempung Kaolin. Pembuatan Geokomposit (GeCo) rPP/PP-g-AA/Kaolin yang mengandung berbagai jenis (natural dan commercial) tanpa dan dengan pengaktif anti bakar Seng Borat (Zn3BO6, ZB) serta berbagai konsentrasi Kaolin (10-40%) sesuai dengan formula yang direncanakan, kemudian dilakukan uji bakar dan uji mekanik untuk menentukan komposisi optimum. Diperoleh komposisi optimum adalah matrik polimer rPP 80% dan Kaolin 20%. Karakterisasi secara kimia material baru komposisi optimum geokomposit rPP/DVB/PP-g-AA/Kaolin menunjukkan bahwa profil senyawa baru merupakan gabungan dari profil senyawa raw material nya.
Hasil pengujian sifat mekanik terhadap berbagai geokomposit yang baru telah diukur sifat mekaniknya (TS, MY dan IT) serta masing-masing produk dibanding dengan raw material rPP nya. Pengujian sifat mekanik kekuatan tarik (TS) rPP adalah 21.3 MPa. Nilai TS GeCo
rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin adalah 36.5 MPa nilai ini dibandingkan TS rPP mengalami kenaikkan 71.4 %. Nilai TS GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin adalah 37.1 MPa nilai ini dibandingkan TS rPP mengalami kenaikkan 74.2%. Nilai TS GeCo rPP/DVB/PP-g- AA/natKaolin+ZB adalah 36.27 MPa nilai ini dibandingkan TS rPP mengalami kenaikkan 70.3%. Nilai TS GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin+ZB adalah 37,04 MPa nilai ini dibandingkan TS rPP mengalami kenaikkan 73.9%.
Modulus young (MY) rPP adalah 54.4 MPa. Nilai MY GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin adalah 96 MPa nilai ini dibandingkan MY rPP mengalami kenaikkan 76,5%. Nilai MY GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin adalah 98,7 MPa nilai ini dibandingkan MY rPP mengalami kenaikkan 81,4 %. Nilai MY GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin+ZB adalah 106.68 MPa nilai ini dibandingkan MY rPP mengalami kenaikkan 96.1%. Nilai MY GeCo rPP/DVB/PPg-AA/comKaolin+ZB adalah 113.3 MPa nilai ini dibandingkan MY rPP mengalami kenaikkan 108%.
Ketangguhan Impak (IT) rPP adalah 10.5 (J/mm2x10-3). Nilai IT GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin adalah 10,2 J/mm2x10-3 nilai ini dibandingkan IT rPP mengalami penurunan 2,8%. Nilai IT GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin adalah 11,15 J/mm2x10-3 nilai ini dibandingkan IT rPP mengalami kenaikkan 0,1%. Nilai IT GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin+ZB adalah 10.72 J/mm2x10-3 nilai ini dibandingkan IT rPP mengalami penurunan 2.2%. Nilai IT GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin+ZB adalah 11.97 J/mm2x10-3 nilai ini dibandingkan IT rPP mengalami kenaikkan 14.1%.
Hasil pengujian sifat uji nyala terhadap berbagai geokomposit yang baru telah diukur sifat nya (TTI, BR dan %HR) serta masing-masing produk dibanding dengan raw material rPP nya. Pengujian daya bakar waktu terjadinya nyala (TTI) rPP adalah 1.02 second. Nilai TTI GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin adalah 7,02 second nilai ini dibandingkan TTI rPP mengalami kenaikkan 588%. Nilai TTI GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin adalah 8,02 second nilai ini dibandingkan TTI rPP mengalami kenaikkan 686%. Nilai TTI GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin+ZB adalah 8.5 second nilai ini dibandingkan TTI rPP mengalami kenaikkan 733.3%. Nilai TTI GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin+ZB adalah 10,5 second nilai ini dibandingkan TTI rPP mengalami kenaikkan 929,4%.
Pengujian uji nyala kecepatan pembakaran (BR) rPP adalah 2.92 mm/menit. Nilai BR GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin adalah 0.88 mm/menit nilai ini dibandingkan BR rPP mengalami penurunan 71,2%. Nilai BR GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin adalah 0,78 mm/menit nilai ini dibandingkan BR rPP mengalami penurunan 73,3%. Nilai BR GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin+ZB adalah 0,27 mm/menit nilai ini dibandingkan BR rPP mengalami penurunan 90,75%. Nilai BR GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin+ZB adalah 0,17 mm/menit nilai ini dibandingkan BR rPP mengalami penurunan 94,18%.
Pengujian uji nyala persentasi panas yang dilepas (%HR) rPP adalah 88.9%. Nilai %HR
GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/natKaolin adalah 90,8% nilai ini dibandingkan %HR rPP mengalami peningkatan 1,9%. Nilai %HR GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin adalah 91% nilai ini dibandingkan %HR rPP mengalami peningkatan 2.1%. Nilai %HR GeCo rPP/DVB/PP-g- AA/natKaolin+ZB adalah 97,42% nilai ini dibandingkan %HR rPP mengalami peningkatan 9,58%. Nilai %HRI GeCo rPP/DVB/PP-g-AA/comKaolin+ZB adalah 97,95% nilai ini dibandingkan %HR rPP mengalami peningkatan 10,18%
Rekayasa Bio-Nanokomposit Berkekuatan Dan Ketahanan Nyala Api Tinggi Untuk Kabin Kendaraan Umum
Formulasi Komposit dan Biokomposit Cerdas Komposisi Optimum.
Sejumlah polimer, komposit dan biokomposit cerdas berdasarkan hasil penelitian tahun I dan II yang optimum dipersiapkan. Formulasi optimum tanpa dan dengan kandungan 20% berbagai senyawa fire retardant komposisi optimum: rPP (F0), rPP/DVB/AA/SK (F1), rPP/DVB/AA/SK/[ATH+BA] (F3), rPP/DVB/AA/SK/[MDH+BA] (F5), rPP/DVB/AA/SK/[ATH+MDH+BA] (F7); rPP/DVB/AA/SK/ [CCpa+DAP] (F8), rPP/DVB/AA/SK/[nCC+DAP] (F9), rPP/DVB/AA/SK/[CCpa+NaPP] (F10), rPP/DVB/AA/SK/[nCC+NaPP] (F11). Karakterisasi menggunakan FTIR, XRD dan DTA pada Struktur Biokomposit LPP/DVB/AA/SK mengandung [ATH+BA], [MDH+BA], [ATH+MDH+BA],
[CCpa+DAP], [CCpa+NaPP], [nCC+DAP] dan [nCC+NaPP] adalah sebagai berikut. Secara keseluruhan biokomposit yang terbentuk memiliki masing-masing ciri spesifik senyawa pembentuknya dan adanya beberapa pergeseran serta hilangnya beberapa cirri yang ada, sebagai indikasi terjadinya interaksi pada senyawa yang baru.
Karakterisasi Biokomposit Awal Sebelum Proses Siklis Termal.
Kajian kemampuan tahan bakar berbagai biokomposit mengandung pemadam nyala, dibandingkan dengan biokomposit F1 yang tidak mengandung pemadam nyala diperoleh urutan sebagai berikut: F7=F9>F3>F5>F11>F8=F10>F1. Kajian sifat mekanik khususnya urutan kekuatan tarik (TS) berbagai biokomposit adalah sebagai berikut: F11>F10>F1>F9>F8>F0>F3>F5>F7. Kajian kemampuan Biodegradasi biokomposit, diperoleh urutan sebagai berikut: F8>F10>F9>F7>F5>F3>F11>F1>F0(0%). Berdasarkan pengujian sifat fisik dan mekanik yang baik (MFI, TS, Impak), sifat ketahanan bakar api (TTI, BR, HR), sifat kemampuan degradabel alami (WA dan LW), maka formula komposit yang terpilih memiliki kemampuan tahan bakar tinggi dan dapat terbiodegradasi disebut komposisi optimum: F3, F5, F7, F8, F9, F9, F10 dan F11. Terhadap 8 jenis biokomposit komposisi optimum tersebut dilakukan uji siklis termal untuk mengetahui pengaruh sifat fisik material biokomposit tersebut terhadap pengaruh pemanasan yang berkali-kali.
Karakterisasi 8 jenis Biokomposit Setelah Proses Siklis Termal.
Kondisi proses satu kali siklis termal dengan ketebalan biokomposit antara 0.7–0.8 mm, dimasukkan kedalam oven pada suhu tertentu selama 15 menit, lalu dikeluarkan dari oven dan didinginkan pada suhu kamar selama 5 menit. Perbedaan pengaruh panas terhadap biokomposit pada sifat mekanik dikarenakan koefisien muai dan elastisitas didalam menahan panas. Suhu distorsi PP adalah 55oC, pada suhu distorsi terjadi perubahan sifat dari matrik polimer tersebut. Pada pemanasan dibawah suhu distorsinya yaitu 45oC, pengaruh pemanasan dengan jumlah siklis termal 10 kali, terjadi perubahan sifat mekanik sebagai berikut.
Perlakuan 10 kali siklis termal pada variasi suhu pemanasan 25oC–65oC.
\ud
Pengaruh Kekuatan Tarik (TS) dan Modulus Young (MY) setelah pemanasan siklis variasi suhu 25 – 65oC, adalah sebagai berikut. TS biokomposit F3, F7, F9 dan F11 pada suhu pemanasan 45oC mengalami penurunan persentase masing-masing 5%, 11%, 10% dan 4% dibandingkan F1 (32 MPa) atau penurunan 3,5%, 4%, 2% dan 1% dibandingkan sebelum pemanasan. Hubungan antara berbagai suhu perlakuan terhadap TS menunjukkan kecendrungan kenaikan suhu pemanasan akan mengakibatkan penurunan TS secara linier. Perubahan MY biokomposit F3, F7, F9 dan F11 mengalami peningkatan persentase masing-masing 57%, 49%, 201% dan 85% dibandingkan F1 (0.32 GPa) atau penurunan 18%, 3,5%, 7% dan 33% dibandingkan sebelum pemanasan.
Pengaruh Kekuatan Bending (UFS) dan Modulus Bending (E) setelah pemanasan siklis variasi suhu 25 – 65oC, adalah sebagai berikut. UFS biokomposit F3, F7, F9 dan F11 pada suhu pemanasan 45oC mengalami penurunan persentase masing-masing 4%, 9%, 18% dan peningkatan 9% dibandingkan F1 (38 MPa) atau penurunan 11%, 5%, 18% dan 11% dibandingkan sebelum pemanasan. Hubungan antara berbagai suhu perlakuan terhadap UFS menunjukkan kecendrungan kenaikan suhu pemanasan akan mengakibatkan penurunan UFS secara linier. Perubahan E biokomposit F3, F7, F9 dan F11 mengalami peningkatan persentase masing-masing 57%, 49%, 24% dan 7% dibandingkan F1 (0.58 GPa) atau penurunan 38%, 0%, 27% dan 26% dibandingkan sebelum pemanasan. Hal ini terjadi dikarenakan penurunan elastisitas sebagai efek pemanasan yang menurunkan kekuatan daya ikat diantara matrik polimer tersebut. Hal yang sama juga terlihat pada ketangguhan bending komposit, dimana formula F7 dan F11 setelah mengalami siklis termal berkali-kali hanya memberikan pengaruh yang rendah terhadap ketangguhan bending dan modulusnya.
Pengaruh Kekuatan Impak (Is) dan Energi Serap (Es) setelah pemanasan siklis variasi suhu 25 – 65oC, adalah sebagai berikut. Is biokomposit F3, F7, F9 dan F11 pada suhu pemanasan 45oC mengalami penurunan persentase masing-masing 17%, 21%, 21% dan 8% dibandingkan F1 (0.012 J/mm2) atau penurunan 23%, 17%, 14% dan 15% dibandingkan sebelum pemanasan. Hubungan antara berbagai suhu perlakuan terhadap Is menunjukkan kecendrungan kenaikan suhu pemanasan akan mengakibatkan penurunan Is secara linier. Perubahan Es biokomposit F3, F7, F9 dan F11 mengalami penurunan persentase masing-masing 5%, 27%, 8% dan 9% dibandingkan F1 (0.078 J) atau penurunan 12%, 0%, 18% dan 22% dibandingkan sebelum pemanasan. Hubungan antara berbagai suhu perlakuan terhadap kekuatan tarik menunjukkan kecendrungan kenaikan suhu pemanasan akan mengakibatkan penurunan TS, UFS dan Is secara linier. Masing-masing biokomposit mempunyai efek yang berbeda dikarenakan koefisien pemuaian material yang berbeda. Berdasarkan uji bakar, formula F7 dan F11 mempunyai ketahanan api terbaik dibanding biokomposit yang lain. Material F7 dan F11 mampu menahan perubahan sifat mekanik TS setelah pemanasan siklis termal berkali-kali, terlihat kurva regresi dengan penurunan yang relative rendah dibanding komposit yang lain. Dan formula F7 dan F11 mempunyai nilai MY tertinggi dibandingkan biokomposit yang lain, hal ini terjadi dikarenakan sifat degradasi ikatan pada material perubahannya relatif kecil.
Perlakuan pemanasan 45oC pada variasi jumlah siklis termal 20 – 60 kali
Pengaruh Kekuatan Tarik (TS) dan Modulus Young (MY) setelah pemanasan berbagai jumlah siklis termal (20 – 60 kali siklis termal) pada suhu 45oC, adalah sebagai berikut. TS biokomposit F3, F7, F9 dan F11 setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 60 kali, terjadi penurunan persentase masing-masing 12%, 15%, 19% dan 13% dibandingkan F1. Secara keseluruhan pengaruh jumlah siklis termal dan penurunan sifat mekanik berjalan secara linier. MY biokomposit F3, F7, F9 dan F11 setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 60 kali, terjadi penurunan persentase masing-masing 19%, 53%, 87% dan 18% dibandingkan F1.
Pengaruh Kekuatan Bending (UFS) dan Modulus Bending (E) setelah pemanasan berbagai jumlah siklis termal (20 – 60 kali siklis termal) pada suhu 45oC, adalah sebagai berikut. UFS biokomposit F3, F7, F9 dan F11 setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 60 kali, terjadi penurunan persentase masing-masing 9%, 16%, 29% dan 19% dibandingkan F1. Secara keseluruhan pengaruh jumlah siklis termal dan penurunan sifat mekanik secara linier. E biokomposit F3, F7, F9 dan F11 setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 60 kali, terjadi penurunan persentase masing-masing 37%, 47%, 30% dan 33% dibandingkan F1.
Pengaruh Kekuatan Impak (Is) dan Energi Serap (Es) setelah pemanasan berbagai jumlah siklis termal (20 – 60 kali siklis termal) pada suhu 45oC, adalah sebagai berikut. Is biokomposit F3, F7, F9 dan F11 setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 60 kali, terjadi penurunan persentase masingmasing 29%, 36%, 36% dan 25% dibandingkan F1. Secara keseluruhan pengaruh jumlah siklis termal dan penurunan sifat mekanik berjalan secara linier. Es biokomposit F3, F7, F9 dan F11 setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 60 kali, terjadi penurunan persentase masing-masing 17%, 65%, 64% dan 24% dibandingkan F1.
Secara keseluruhan efek dari pemanasan termal siklis berbagai suhu terhadap kekuatan tarik berdampak linier. Namun senyawa F9 dan F10 yang mampu menahan kecepatan pembakaran dapat menahan TS, UFS dan Impak dengan perubahan yang paling rendah.
Karakterisasi 4 jenis Biokomposit Hybrid Interfly (BHI) Setelah Proses Siklis Termal
Formula core adalah campuran antara SK yang dipotong ukuran 2 cm dan rPP potongan 2x3 cm dengan rasio berat 1:1. Sedangkan formula skin adalah biokomposit optimum yang terpilih yaitu F1, F7, F9 dan F11. Kemudian masing-masing disusun membentuk biokomposit hybrid interfly (BHI) adalah sebagai berikut: biokomposit/core/biokomposit, ketiga lapisan specimen tersebut lalu di tekan pada suhu 180oC pada alat hot press selama 20 menit. Yang termasuk dalam 4 jenis hibrid adalah: F1/core/F1 (A); F7/core/F7 (B); F9/core/F9 (C) dan F11/core/F11 (D). Kondisi proses satu kali siklis termal dengan ketebalan biokomposit antara 2.2 – 3.2 mm, dimasukkan kedalam oven pada suhu tertentu selama 15 menit, lalu dikeluarkan dari oven dan di dinginkan pada suhu kamar selama 5 menit.
Pengaruh Kekuatan Tarik (TS) dan Modulus Young (MY) hibrid setelah pemanasan 100 kali siklis termal pada suhu 45oC, adalah sebagai berikut. TS hibrid B, C dan D setelah pemanasan siklis termal sebanyak 100 kali, terjadi peningkatan persentase masing-masing 8%, 20% dan 30% dibandingkan hibrid A atau penurunan 13%, 12% dan 12% dibandingkan sebelum pemanasan. Secara keseluruhan pengaruh jumlah siklis termal dan penurunan sifat TS hibrid berjalan secara linier. MY hibrid B, C dan D setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 100 kali, terjadi peningkatan persentase masingmasing 25%, 60% dan 165% dibandingkan hibrid A, atau penurunan 44%, 43% dan 29% dibandingkan sebelum pemanasan.
Pengaruh Kekuatan Bending (UFS) dan Modulus Bending (E) BHI setelah pemanasan 100 kali siklis termal pada suhu 45oC, adalah sebagai berikut. UFS hibrid B, C dan D setelah pemanasan siklis termal sebanyak 100 kali, terjadi peningkatan persentase masing-masing 12%, 23% dan 39% dibandingkan hibrid A atau penurunan 15%, 15% dan 11% dibandingkan sebelum pemanasan.
Secara keseluruhan pengaruh jumlah siklis termal dan penurunan sifat UFS hibrid berjalan secara linier. E hybrid B, C dan D setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 100 kali, terjadi peningkatan persentase masing-masing 41%, 65% dan 114% dibandingkan hibrid A, atau penurunan 38%, 36% dan 28% dibandingkan sebelum pemanasan. Secara umum peningkatan jumlah siklis termal sebanyak 100 kali akan menyebabkan penurunan kekuatan bending. Dengan demikian maka hibrid tersebut berbahaya diaplikasikan sebagai panel yang mengalami pemanasan berulang. Jika harus digunakan maka rekayasawan harus memperhitungkan secara cermat.
Pengaruh Kekuatan Impak (Is) dan Energi Serap (Es) BHI setelah pemanasan 100 kali siklis termal pada suhu 45oC, adalah sebagai berikut. Is hibrid B, C dan D setelah pemanasan siklis termal sebanyak 100 kali, terjadi penurunan persentase masing-masing 33%, 21% dan 22% dibandingkan sebelum pemanasan. Secara keseluruhan pengaruh jumlah siklis termal dan penurunan sifat Is hybrid berjalan secara linier. Es hibrid B, C dan D setelah diperlakukan pemanasan siklis termal sebanyak 100 kali, terjadi penurunan persentase masing-masing 36%, 26% dan 14% dibandingkan sebelum pemanasan.
Berdasarkan pengamatan penampang patahan hasil uji impak, semakin banyak perlakuan siklis termal maka bidang patahan sampel uji juga semakin luas. Padahal, energi yang diserap oleh sampel uji mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh degradasi kekuatan ikatan antar material penyusun yang cukup besar.
Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini, baik biokomposit spesimen tunggal maupun biokomposit hibrid efek siklis termal sampai 60 maupun 100 kali terjadi penurunan sifat mekanik diantaranya: TS, UFS dan Impak. Oleh karena itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu acuan bagi rekayasawan yang akan mengaplikasikan komposit ini dilingkungan yang mengalami fluktuasi impak dan yang pemanasan berulang.
Pembuatan Prototype, yang dibuat adalah sangkutan gantungan tabir surya mobil dan kolong gantungan tempat pegangan penumpang bis umum yang berdiri