156 research outputs found

    ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT PANTAI KABUPATEN DEMAK

    Get PDF
    Studi ini mengarah pada penelitian perubahan garis pantai tahun ke tahun di pantai Kabupaten Demak dengan keterkaitanya terhadap kenaikan muka air laut. Kenaikan muka laut dapat menyebabkan berkurangnya wilayah daratan seperti perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai perlu dipantau agar dapat mengetahui besar perubahan sehingga dapat mengantisipasi dampak yang disebabkan perubahan garis pantai. Data yang digunakan penelitian ini  adalah dari satelit altimetri untuk meneliti kenaikan muka air laut dan satelit Landsat multi temporal untuk meneliti erubahan garis pantai. Hasil pengolahan data diperoleh adalah terjadi adanya perubahan garis pantai di Kabupaten Demak berupa Abrasi  di satu wilayah dan Akresi di wilayah lain,  dan rata-rata kenaikan muka laut terjadi di Laut Jawa tetapi bukan sebagai penyebab utama dari terjadinya perubahan garis pantai.Kata kunci:  Garis pantai, , Kenaikan Muka Air Laut, Altimetri, Penginderaan Jauh

    MODEL SPASIAL MONITORING PERKEMBANGAN KAWASAN TERBANGUN DENGAN EBBI DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Kawasan terbangun di Kota Semarang mengalami perkembangan pesat. Perencanaan dan pengawasan diperlukan agar tidak berdampak pada semakin sedikitnya tutupan lahan vegetasi. Pemetaan skala besar perlu dilakukan dengan cepat serta berdimensi waktu untuk seluruh kawasan. Pengindraan jauh adalah teknologi yang memungkinkan untuk membangun model spasial semacam ini. Pada penelitian ini digunakan algoritma Enhanced Built-Up and Bareness Index (EBBI) untuk melakukan monitoring perkembangan kawasan terbangun di Kota Semarang. Algoritma EBBI dipilih karena dapat membedakan antara lahan kosong dan kawasan terbangun dengan sangat baik. Analisis perubahan luas kawasan terbangun dan lahan kosong dilakukan multi temporal pada tahun 2013, 2015, dan 2018. Hasil dari analisis tersebut digunakan untuk monitoring perkembangan kawasan terbangun di Kota Semarang

    PEMBUATAN WEB-BLOG MULTI INFORMASI KEGIATAN WARGA RW013 KELURAHAN METESEH

    Get PDF
    Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah. Rukun Warga (RW) mempunyai tugas antara lain menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat serta memfasilitasi pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan dan kegiatan warga lainnya di lingkungan RW yang berbentuk swadaya dan/atau gotong royong dengan melibatkan seluruh warga mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Pembuatan Web-Blog RW, disamping membahas berbagai hal tentang profil RW013 secara umum  guna memenuhi tuntutan dan pelayanan akan informasi, juga dibuat untuk kelancaran arus informasi dari tingkat RW ke RT dan ke seluruh warga. Diharapkan dengan adanya blog ini, upaya pengelolaan lingkungan Warga di RW013 yang tentram, tertib dan aman, dapat terwujud. Luaran kegiatan ini berupa desain Web-blog yang nantinya dapat diisi Sistem informasi baik informasi kepemerintahan maupun dokumentasi kegiatan RW013 Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Hasil dari kegiatan ini menghasilkan sebuah Web-Blog dengan alamat https://rw13meteseh.home.blog/ Kata kunci : Web-Blog, Sistem Informasi, Rukun Warg

    KAJIAN PERUBAHAN POLA KAWASAN TERBANGUN BERDASARKAN METODE INDEX-BASED BUILT-UP INDEX (IBI) DI JAKARTA UTARA

    Get PDF
    Kota Jakarta Utara merupakan bagian dari propinsi DKI Jakarta memiliki permasalahan berkaitan dengan penurunan muka tanah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh banyaknya pembangunan yang berakibat semakin padatnya jumlah bangunan menjadi beban terhadap daya dukung tanah pada lingkungan di Jakarta yang mana sebagian besar wilayahnya adalah alluvial. Dikutip dari BPS Kota Jakarta Utara realisasi perizinan IMB mencatatkan dari tahun 2016 hingga 2018 berjumlah 5.862 bangunan, jumlah tersebut hanya bangunan non tempat tinggal. Kemudian, untuk mengetahui perubahan kawasan terbangun digunakan citra Sentinel 2 dari tahun 2016 hingga 2019 melalui proses klasifikasi bangunan dengan algoritma Index-based Built-up Index (IBI). Algoritma IBI merupakan kombinasi dari 3 algoritma yaitu, Normalized Difference Built-up Index (NDBI), Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI) dan Modified Normalized Difference Water Index (MNDWI). Kemudian, hasil dari metode IBI perubahan lahan terbangun dengan total seluas 228 hektar/tahun, sementara perubahan kelurahan terluas di Marunda seluas 57 hektar/tahun dan terkecil di Kelurahan Pekoja seluas 0,01 hektar/tahun, korelasi keduanya menunjukkan berkorelasi kuat 32%, 44% berkorelasi lemah dan 24 % diantara keduanya tidak berkorelasi. Pemanfaatan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam rencana pembangunan di Kota Jakarta Utara juga sebagai mitigasi penurunan muka tanah

    ANALISIS PREDIKSI NILAI BIOMASSA ATAS PERMUKAAN (ABOVEGROUND BIOMASS) POHON KARET MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL-1A TERHADAP USIA TEGAKAN

    Get PDF
    Jumlah cadangan karbon dapat diketahui berdasarkan nilai biomassa hutan yang ada didalamnya sehingga diperlukan informasi alokasi biomasa setiap bagian pohon agar membantu program pemantauan cadangan karbon hutan, diantaranya informasi biomassa atas permukaan. Biomassa atas permukaan memiliki kontribusi paling besar dari biomassa total, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan usia suatu pohon memiliki pengaruh terhadap nilai biomassa yang dihasilkan.  Perhitungan nilai biomassa yang akurat hanya dilakukan dengan metode destruktif atau non-destruktif sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menghitung nilai biomassa dalam cakupan yang luas sehingga penggunaan metode penginderaan jauh dan pemodelan merupakan langkah yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi nilai biomassa atas permukaan (Above Ground Biomass atau AGB) pohon karet berdasarkan usia tegakan pohon menggunakan metode Multivariate Linear Regression (MLR). Berdasarkan hasil pengolahan bahwa usia memiliki hubungan dengan nilai biomassa atas permukaan ditunjukkan nilai R2 = 0,694. Hasil pemodelan antara backscatter VH dan VV Sentinel-1A dengan biomassa lapangan didapatkan persamaan Y= 20,034*VH + 15,308*VV + 523,305 (R2=0,592). Hasil total prediksi nilai biomassa atas permukaan kebun karet Afdelling Setro sebesar 84.158,840 ton dengan luas 702 ha

    KAJIAN EKSTRAKSI UNSUR DALAM IDENTIFIKASI TUTUPAN LAHAN BERBASIS LAYER STACKING INDEKS CITRA (STUDI KASUS : KECAMATAN WEDARIJAKSA, KABUPATEN PATI)

    Get PDF
    Citra satelit terdiri dari nilai piksel yang merupakan rekaman dari pantulan gelombang elektromagnetik dari unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi. Dalam pengolahan citra satelit, gambaran umum dari kondisi-kondisi di permukaan bumi secara tematik dapat diperoleh dalam bentuk indeks citra yang umumnya memiliki rentang antara -1 hingga 1. Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi unsur dari citra satelit sentinel 2 dengan pendekatan klasifikasi tidak terbimbing. Jika pada umumnya klasifikasi tersebut dilakukan secara langsung dari kanal-kanal citra, maka dalam penelitian ini proses tersebut dilakukan pada hasil layer stacking citra indeks NDWI, CI, dan ARVI dari citra satelit sentinel 2. Penggabungan atau layer stacking pada indeks yang menghasilkan citra multi kanal menunjukkan peningkatan keseragaman pada bagian-bagian tertentu dari citra tersebut. Ditemukan bahwa populasi nilai korelasi spasial tinggi (>0.5) pada kombinasi antara NDWI dan CI adalah yang terbanyak dibandingkan kombinasi antara NDWI dan ARVI maupun antara CI dan ARVI. Hasil klasifikasi dari gabungan indeks secara umum lebih merata dimana kelima kelas memiliki populasi sedangkan pada klasifikasi citra visibel, dari lima kelas yang menjadi pengaturan awal proses pengelompokan, pada area studi hanya terbentuk tiga kelas sebagai keluarannya

    KAJIAN PEMBUATAN ACCURACY MASK CITRA DAN KORELASINYA DENGAN KONDISI TOPOGRAFI

    Get PDF
    Peta dasar dengan skala besar didapatkan salah satunya dengan penegakan kondisi geometrik citra satelit beresolusi tinggi untuk menghilangkan pergeseran pada hasil perekaman yang disebabkan oleh bervariasinya tinggi permukaan bumi. Representasi kualitas geometrik citra dengan nilai RMS bersifat keseluruhan sebagai rerata (means) dengan nilai akurasi masing-masing titik ICP. Representasi ini menunjukkan adanya kemungkinan perbedaan tingkat akurasi dari masing-masing piksel penyusun citra. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji pembuatan geometric accuracy mask dari citra yang dapat digunakan untuk memprediksi kualitas hasil-hasil digitasi dengan penentuan korelasi spasial antara layer kesalahan dengan kondisi topografi area studi sebagai sumber utama kesalahan pergeseran relief. Kesalahan ICP memiliki variasi yang berkisar antara 1.05 hingga 1,83 meter dimana hasil interpolasi IDW dari titik kesalahan menunjukkan nilai sebaran grid yang secara umum memiliki nilai antara titik-titik ICP. Nilai dari piksel yang berada di luar basis antar titik ICP diekstrapolasi dan dapat menunjukkan perubahan yang semakin besar, atau semakin kecil tergantung gradasi dari interpolasi antar titik. Diperoleh pula bahwa terdapat korelasi lokal yang lebih besar antara nilai kesalahan citra dengan nilai ketinggian dibanding terhadap nilai kelerengan

    KAJIAN DETEKSI DAN PENENTUAN GARIS PANTAI DENGAN METODE TERESTRIS DAN PENGINDRAAN JAUH

    Get PDF
    Pemetaan pesisir meliputi wilayah daratan dan perairan, batas antara darat dan air (laut) disebut garis pantai. Permukaan laut secara periodik berubah atau yang umum disebut pasang surut air, sehingga batas darat dan air juga berubah. Pemetaan dengan data dasar citra satelit sekarang sudah umum dilakukan. Citra satelit merekam sesaat pada suatu waktu tertentu, jika pada wilayah pantai tentunya adalah batas darat dan laut adalah ketinggian air sesaat yang terekam oleh citra sehingga garis pantai akan berbeda antar perekaman. Kajian ini akan membahas bagaimana penentuan garis pantai dengan mengunakan metode gabungan terestris dan penginderaan jauh (data citra) dengan memperhatikan waktu perekaman dan tinggi air sesaat. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat-8 dan pengukuran terestris menggunakan metode GNSS (Global Navigation Satelite System). Hasil yang diharapkan adalah metode hibrid dalam penentuan garis pantai sehingga dapat digunakan dalam produksi peta pada wilayah pesisir

    IDENTIFIKASI KAWASAN UPWELLING BERDASARKAN VARIABILITAS KLOROFIL-A, SUHU PERMUKAAN LAUT DAN ANGIN TAHUN 2003-2015 (Studi Kasus: Perairan Nusa Tenggara Timur)

    Get PDF
    Keberadaan laut Indonesia yang luas dan posisi Indonesia yang strategis menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia sehingga Indonesia memiliki sumber daya alam laut yang sangat potensial, salah satunya yaitu perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mempunyai potensi ikan yang melimpah. Banyaknya potensi ikan tidak lepas dari keberadaan fitoplankton yang dapat diketahui dari kandungan klorofil-a dan Suhu Permukaan Laut (SPL) melalui teknologi penginderaan jauh dengan memanfaatkan citra aqua MODIS dan didukung dengan arah dan kecepatan angin citra QuickScat di perairan NTT. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan bahasa pemrograman untuk mengolah data SPL, klorofil-a dan angin dari tahun 2003-2015 sehingga didapatkan pola spasial sebaran SPL, klorofil-a, arah dan kecepatan angin untuk mengidentifikasi fenomena upwelling di perairan NTT yang terbukti kaya akan nutrisi dan banyak mengandung fitoplankton sebagai pakan alami ikan sehingga memberikan banyak pengaruh dalam peningkatan produktivitas ikan di perairan NTT. Pengujian data dilakukan dengan menganalisis spasial sebaran data klorofil-a, SPL dan angin terhadap daerah potensi ikan di perairan NTT. Hasil penelitian ini diperoleh peta sebaran SPL, klorofil-a dan angin secara klimatologi untuk mengetahui sebab akibat fenomena upwelling di perairan NTT. Fenomena upwelling di perairan NTT terjadi pada bulan Mei sampai bulan September. Pada waktu upwelling, nilai sebaran klorofil-a berkisar 0,223-0,413 mg/m3 dengan rata-rata 0,329 mg/m3, sebaran klorofil-a tertinggi pada bulan September. Nilai sebaran SPL berkisar 26,768-28,689 ⁰C dengan rata-rata 27,548 ⁰C, sebaran SPL terendah pada bulan Agustus dan kecepatan angin pada saat upwelling berkisar 3,654-5,351 m/s dengan rata-rata 4,715 m/s, kecepatan angin tertinggi pada bulan Juli. Oleh karena itu, teradi keterlambatan waktu upwelling di perairan NTT
    corecore