6,933 research outputs found

    Strategi Optimalisasi Pengendalian Penyakit Bercak Daun dan Karat pada Kacang Tanah

    Full text link
    Kacang tanah merupakan sumber lemak dan protein nabati yang penting bagi sebaian besar penduduk Indonesia. Meskipun demikian komoditas ini belum banyak disentuh oleh program-program pembangunan pertanian yang dilakukan oleh pemerintah sehingga produktivitasnya masih rendahyaitu 1,1 t/ha. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tersebut adalah akibat serangan penyakit karat oleh Puccinia arachidas. Pola perkembangan epidemi, penyakit bercak daun dan karat mengikuti penyakit pola bunga maremuk. Strategi pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan perkembangan epidemi penyakit di lapang adalah dengan cara menekan proporsi tanaman sakit pada saat awal, memperkecil laju inflasi dan mempersingkat waktu terjadinya epidemi. Hal tersebut dapat dilakukan melalui penerapan pengendalian penyakit secara terpadu (PPT) yang meliputi pengaturan pola tanam, rotasi tanam, saat tanam, menanam varietas tahan, sanitasi lingkungan, eradikasi tanaman sakit dan menyemprot fungisida apabila diperlukan. Optimalisasi hasil pengendalian dapat dilakukan melalui pendekatan kelompok-kelompok tani mencakup hamparan-hamparan luas

    Penularan Virus Mosaik Kedelai (Smv) dan Virus Kerdil Kedelai (Ssv) Lewat Benih, dan Upaya Memproduksi Benih Kedelai Bebas Smv dan Ssv

    Full text link
    Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman kedelai di Indonesia adalah karena serangan penyakit virus dan penggunaan benih yang kualitasnya tidak terjamin. Di antara lebih dari 10 jenis penyakit virus yang menyerang tanaman kedelai di Indonesia, dua diantaranya yaitu virus mosaik kedelai (Soybean mosaic virus= SMV ) dan virus kerdil kedelai ( Soybean stunt virus =SSV) ditularkanmelalui benih kedelai. Di dalam biji kedelai yang terinfeksi, virus SMV dan SSV terdapat di dalam jaringan kulit biji atau embrio (kotiledon dan lembaga). Penularan SMV and SSV melalui benih kedelai memegang peranan penting dalam penyebarluasan dan perkembangan epidemi penyakit virus di lapang. Untuk mendeteksi SMV dan SSV dalam biji kedelai dapat dilakukan cara sederhana dengan mengamati langsung secara visual, uji ditumbuhkan (growing-on test), uji infektivitas (invectivity test) atau menggunakan teknik serologi (uji presipitasi, uji aglutinasi, immunoelectron microscopy (IEM), enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), radio immunosorbent assay (RISA), dan hibridisasi asam nukleat. Benih kedelai yang bebas virus SMV dan SSV dapat diproduksi dengan cara: (1) menghindari sumber infeksi awal, yaitu dengan menggunakan stok benih sehat, menghilangkan tanaman kedelai terinfeksi dan sumber infeksi lain di lapang, (2) mencegah masuk dan tersebarnya virus SMV dan SSV ke pertanaman kedelai dengan isolasi tempat dan waktu, pengendalian vektor, serta (3) menanam varietas tahan atau yang tidak menularkan virus lewat bij

    Strategi Pengendalian Penyakit Tanaman Kedelai

    Full text link
    Serangan penyakit tanaman merupakan salah satu penyebab produktivitas tanaman kedelai masih rendah (sekitar 1,2 t/ha). Tidak kurang 20 patogen jamur, bakteri, mikoplasma dan virus dapat menyerang tanaman kedelai dan menyebabkan kerugian hasil mulai ringan sampai berat. Ekologi tropika yang lembab dan hangat serta tidak adanya musim dingin/musim panas yang tegas, memungkinkan petani bertanam sepanjang tahun dengan pola tanam yang tidak teratur dan terpencar, menyebabkan permasalahan pengendalian penyakit tanaman menjadi lebih kompleks. Identifikasi patogen penyebab penyakit secara benar diikuti pemahaman ekobiologi patogen, tanaman inang, dan vektor (patogen virus) serta pola perkembangan penyakit di lapang sangat diperlukan untuk menyusun strategi dan langkah operasional pengendalian penyakit tanaman kedelai. Berdasar pola perkembangan penyakit di lapang, sebagian besar penyakit tanaman kedelai mengikuti pola perkembangan bunga majemuk (compound interest). Oleh karena itu strategi pengendalian penyakit dilakukan dengan menekan proporsi tanaman sakit pada saat awal (Xo), menekan laju infeksi (r) dan mengurangi waktu (t) terjadinya epidemi. Pengendalian Penyakit Terpadu (PPT) yang mengkombinasikan beberapa komponen pengendalian ke dalam satu sistem melalui pendekatan kelompok tani dalam hamparan yang luas akan lebih mengoptimalkan upaya pengendalian penyakit tanaman di lapang

    Kompetensi Bahasa Inggris Bagi Pustakawan sebagai Manajer Informasi di Era Globalisasi

    Full text link
    Artikel ini hendak melihat secara spesifik kesiapan pustakawan akademik sebagai manajer informasidalam era globalisasi. Pustakawan memang sudah memiliki status yang jelas sebagai jabatan fungsionalalias pekerjaan profesi, namun jika dibandingkan dengan jabatan profesi lainnya seperti pengacara,akuntan, dokter, pustakawan dalam menjalankan misinya masih dalam memadai. Sebagai indikatornyaprofesi pustakawan belum banyak dikenal oleh masyarakat dan tingkat kesejahteraan para pustakawanmasih tertinggal jika dibandingkan dengan jabatan tersebut di atas. Seiring dengan perkembanganteknologi informasi di era globalisasi, maka paradigma kepustakawan juga mengalami Perubahan dansistem konvensional ke sistem digital. Sebagai pengelola informasi pustakawan punya peluang untukmengangkat citranya dari penjaga buku (books guardian) menjadi manajer informasi. Untukmeningkatkan kompetensi pustakawan modern minimal harus menguasai empat hal antara lainkompetensi keilmuan di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo), kemampuanberadaptasi dengan kemajuan teknologi informasi, sikap profesionalisme dan keterampilanberkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa Inggris

    Arti Penting Penularan Virus Lewat Biji Kacang-kacangan dan Hubungannya dengan Sertifikasi dan Produksi Benih Sehat

    Full text link
    Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau) di Indonesia adalah karena sebagian besar petani masih menggunakan benih asalan yang tidak terjamin kualitasnya. Benih sehat merupakan modal utama dalam USAha tani tanaman kacang-kacangan, namun sejauh ini kesehatan benih (terutama terhadap patogen virus) belum dimasukkan dalam program sertifikasi benih. Di Indonesia, diantara lebih dari 15 jenis penyakit virus yang menyerang tanaman kacang-kacangan, tujuh di antaranya ditularkan melalui biji. Penularan virus dari induk tanaman sakit terjadi melalui infeksi sel telur dan/atau tepungsari. Virus terdapat di dalam jaringan kulit biji atau embrio (kotiledon dan lembaga) biji terinfeksi. Sejauh ini belum ada USAha perlakuan benih secara fisik maupun kimiawi yang dapat menginaktifkan virus di dalam embrio tanpa mempengaruhi viabilitas benih tersebut. Penularan virus melalui biji terbukti memegang peranan penting dalam penyebarluasan dan perkembangan epidemi penyakit virus di lapang. Deteksi virus dalam biji dapat dilakukan dengan cara sederhana dengan mengamati langsung secara visual, uji ditumbuhkan, uji infektivitas hingga teknik serologi uji presipitasi, uji aglutinasi, immunosorbent electron microscopy, ELISA, RISA, dan nucleic acid hybridization. Permasalahan yang timbul dalam penerapan uji serologi adalah ketersediaan antiserum dan bahan bahan kimia. Benih yang relatif bebas virus dapat diproduksi dengan cara menghindari sumber infeksi awal dengan mulai dengan penggunaan benih sehat, menghilangkan tanaman terinfeksi dan sumber infeksi lain di lapang, mencegah masuk dan tersebarnya virus ke pertanaman dengan isolasi tempat dan waktu, pengendalian vektor serta menanam varietas tahan atau yang tidak menularkan virus lewat biji. Sertifikasi kesehatan benih (terhadap patogen virus) sebaiknya diterapkan secara bertahap dalam program sertifikasi benih. Untuk itu pemurnian dan produksi antiserum virus kacang-kacangan perlu dilakukan di dalam negeri oleh lembaga penelitian/perguruan tinggi/swasta bersamaan dengan peningkatan SDM dan fasilita

    Sustaining the Culture of Publications in an Economic and Pandemic Crises

    Get PDF
    No Abstract
    • …
    corecore