17 research outputs found

    Pengaruh Lumpur Laut pada Tanah Gambut untuk Media Tanam Kedelai terhadap Sifat Kimia Tanah dan Emisi CO2

    Get PDF
    This study aimed to determine the effect of coastal sediment on peat soil for soybean planting medium to soil chemical properties and CO2 emissions. The research lasted for 3 months starting from preparation to presentation of the results. This research was conducted at the Laboratory of Soil Quality and Health, Laboratory of Chemistry and Soil Fertility and in the Faculty of Agriculture experimental garden Tanjungpura University. The method used is experiment with a completely randomized design (CRD), which consists of 5 treatments and 4 replications. Each polybag contained 1 plant sample. So the number of plants altogether 20 units of the plant. Treatment as follows: LL0 : Without treatment coastal sediment, LL1 : coastal sediment 25.2 tonnes/ha equivalent to 180 g/polybag, LL2 : coastal sediment 33.6 tonnes/ha equivalent to 240 g/polybag, LL3 : coastal sediment 42 ton / ha equivalent to 300 grams/polybag, LL4 : coastal sediment 50.4 tonnes/ha equivalent to 360 g/polybag. The variables observed in this study are soil pH, cation exchange capacity (CEC), Base Saturation, C/N, CO2 emissions and the dry weight of soybean. The results showed that application  of coastal sediment with various doses on peat soil can increase soil pH, Base Saturation and C/N ratio, with decreasing CEC. There is just a little correlation of costal sediment on CO2 emissions of soil (R2=0.0009). Coastal sediment 33.6 tonnes/ha equivalent to 240 grams/polybag was resulted dry weight of soybean  to maximum vegetative phase

    Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah pada Beberapa Cara Penggunaan Lahan di Desa Pal IX Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kuburaya

    Get PDF
    Mikroorganisme melakukan berbagai aktivitas yang saling berinteraksi dengan faktor biotik maupun faktor abiotik (lingkungan) perannya dalam tanah sangat besar terutama dalam proses dekomposisi bahan organik menjadi unsur hara dan dalam bentuk gas seperti CO2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji besarnya aktivitas mikroorganisme tanah pada beberapa cara penggunaan lahan, yakni : kebun rambutan, kebun durian, kebun langsat, kebun pisang dan padi ladang. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan. Kegiatan penelitian meliputi pengambilan sampel, pembuatan seri pengenceran, pembuatan media NA dan MA, pembuatan seri pengenceran, isolasi, identifikasi dan menghitung aktivitas mikroorganisme tanah (Respirasi). Berdasarkan hasil analisis menunjukan rataan tertinggi aktivitas mikroorganisme tanah dalam produksi CO2terdapat pada penggunaan lahan kebun pisang yaitu:36,34 CO2/100gram tanah/hari, hal ini dikarnakan total mikroorganisme tanah pada penggunaan lahan kebun pisang juga tinggi, yaitu jumlah bakteri 8,33 x 105 cfu/gram tanah dan jumlah fungi 23 x 104cfu/gram tanah. Sedangkan rataanterendah aktivitas mikroorganisme tanah dalam produksi CO2 terdapat pada penggunaan lahan padi ladang yaitu: 21,39 CO2/100 gram tanah/hari, hal ini dikarnakan total mikroorganisme tanah pada penggunaan lahan padi ladang sangat rendah, yaitu jumlah bakteri 1,66 x 105 cfu/gram tanah dan jumlah fungi 2,33 x 104cfu/gram tanah. Tinggi rendahnya aktivitas mikroorganisme tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti: bahan organik tanah, reaksi tanah (pH), kadar air tanah dan cara penggunaan lahan

    Kajian Mikrobia Pelarut Fosfat pada Beberapa Penggunaan Lahan di Desa Roban, Kota Singkawang

    Get PDF
    KAJIAN MIKROBIA PELARUT FOSFAT PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI DESA ROBAN, KOTA SINGKAWANG Muhammad Shalleh(1), Saeri Sagiman(2), Sulakhudin(2) (1)Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2)Staf Pengajar dari Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAKFosfat (P) merupakan unsur hara esensial kedua setelah nitrogen yang berperan penting pada pertumbuhan tanaman. Ketersedian P di dalam tanah rendah oleh karena mudah terikat oleh unsur lain Fe, Al, Ca dan Mg. Beberapa mikrobia mampu melarutkan P sehingga peranannya sangat penting dalam budidaya tanaman. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah populasi mikrobia pelarut fosfat (MPF), mengidentifikasi jenis serta kemampuannya dalam melarutkan fosfat yang diisolasi dari beberapa penggunaan lahan yakni lahan hutan sekunder, lahan pasca penambangan emas tanpa izin (PETI) tanpa tanaman dan lahan pasca PETI yang ditanami kelapa sawit di Desa Roban, Kota Singkawang. Isolasi MPF dilakukan menggunakan media pikovskaya Ca3(PO4)2 dan FePO4 sebagai sumber P. Penghitungan kepadatan MPF dengan metode cawan hitung (total plate count). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ditemukan bakteri pelarut fosfat (BPF) pada sumber P Ca3(PO4)2 yakni isolat SP1, SP2,SP3, SP4 dan SP5. Cendawan pelarut fosfat (CPF) ditemukan pada sumber P media pikovskaya ikatan Ca3(PO4)2 dan FePO4. Isolat CPF Ca3(PO4)2 yakni SP1, SP2 dan SP3. Isolat CPF FePO4 yakni SP10.1 dan SP10.2. Isolat BPF yang memiliki indeks pelarutan P terbesar adalah SP1 sebesar 69 mm2. Isolat CPF Ca3(PO4)2 memiliki indeks pelarutan terbesar adalah SP3 sebesar 105 mm2 sedangkan pada isolat CPF FePO4 adalah SP10.1 sebesar 46 mm2. Kepadatan populasi BPF menurun setelah adanya kegiatan PETI sedangkan populasi cendawan meningkat di lokasi pasca PETI tanpa tanaman

    Effect of Coastal Sediment to Nutrient Availability and Maize Productivity on Entisols

    Full text link
    Entisols had a great potential for maize planting area expansion in increasing its production. The low soil fertility could be improved by application of coastal sediment. This current research examined the effect of different amount of coastal sediment on nutrient availability and maize production on Entisols, West Kalimantan. The research was conducted from July to November, 2013 in green house, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University, West Kalimantan. The treatment conducted was the application of coastal sediment at dosage of: 0 Mg ha-1 (L0), 14 Mg ha-1 (L1), 28 Mg ha-1 (L2), 42 Mg ha-1 (L3), 56 Mg ha-1 (L4), 72 ton ha-1 (L5), 86 Mg ha-1 (L6) and 100 Mg ha-1 (L7). The treatments were arranged by completely randomized design with 3 replications. Research results showed that 42 Mg ha-1 coastal sediment was the best treatment and able to increase soil nutrients availability and maize productivity. The provision of coastal sediment increased the availability of K, Ca, Mg and Na, also the availability of nutrients in accordance with the increase of the dosage of coastal sediment

    IDENTIFIKASI SIFAT FISIKA TANAH ULTISOLS PADA DUA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI DESA BETENUNG KECAMATAN NANGA TAYAP KABUPATEN KETAPANG

    Get PDF
    Penelitian bertujuan membandingkan sifat fisika tanah pada kebun karet dan kelapa sawit di Desa Betenung Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang. Sampel tanah diambil secara diagonal dengan mengambil sampel tanah utuh, sampel tanah agregat utuh dan contoh tanah terganggu. Sampel tanah di ambil pada kebun karet dan kelapa sawit dengan kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Hasil penelitan menunjukkan profil warna tanah pada kebun karet terdapat dua lapisan warna tanah yaitu 7,5YR 3/3 coklat gelap dan 7,5YR 6/8 kuning kemerahan. Profil warna tanah pada perkebunan kelapa sawit terdapat dua lapisan warna tanah, lapisan pertama 7,5YR 4/6 coklat gelap, lapisan kedua 7,5YR 6/8 kuning kemerahan. Struktur tanah kebun karet lapisan I remah, lapisan II dan III gumpal membulat. Struktur pada kebun kelapa sawit lapisan I remah, lapisan II gumpal bersudut, lapisan III gumpal membulat. Tekstur tanah kebun karet kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm termasuk lempung dan lempung berliat, pada kebun kelapa sawit kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm termasuk lempung liat berdebu. Hasil uji t bobot isi tanah kebun karet dan kelapa sawit kedalaman 0-30cm berbeda tidak nyata, kedalaman 30-60 cm berbeda nyata. Hasil uji t kadar air kapasitas lapangan kebun karet dan kelapa sawit kedalaman 0-30 cm dan 30-60cm berbeda tidak nyata. Hasil uji t porositas tanah kebun karet dan kelapa sawit kedalaman 0-30 dan 30-60 cm berbeda tidak nyata. Hasil uji t permeabilitas tanah kebun karet dan kelapa sawit kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm berbeda tidak nyata. Kemantapan agregat tanah lebih tinggi pada kebun kelapa sawit dibandingkan hutan karet, baik kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm. Bahan organik pada kebun karet dan kelapa sawit tergolong rendah, baik pada kedalaman 0-30 cm maupun 30-60 cm, N-total rendah, dan C/N rasio rendah serta reaksi tanah (pH) masamKata kunci : Ultisols, Sifat Fisika Tanah, Kebun Karet dan Kelapa Sawit

    STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN KELAPA SAWIT LAHAN GAMBUT KABUPATEN KUBU RAYA

    Get PDF
    Kubu Raya district is a district of the division of Pontianak regency formed by Act 35 of 2007 concerning the Establishment of Kubu Raya district with an area of 6985.20 km ² ( 698,520 acres ) . There are 342.984 ha of peat land area comprising 171 396 ha of shallow peat , peat in the 49 621 ha , 38.953 ha of peat medium , peat in the 83 014 ha while the development activities for oil palm plantations of business licenses obtained has reached an area of about 206 154 ha consisting of 23 fruit companies mostly scattered on peatlands , related to the use of peatlands for oil palm cultivation requires prudence and careful planning with a record of environmental damage . The concept of the development of oil palm plantations on peat land must be in accordance with the  rules  of  Regulation  of  the  Minister  of  Agriculture  of  the  Republic  of  Indonesia  Number 14/Permentan/PL 110/2/2009 on Guidelines for Aquaculture Lowland Sustainable Palm Oil which aims to develop the cultivation of oil palm plantations , preserve the function of land peat , increase production and revenue produksen palm .. To understand these activities , then made the purpose of the study : 1 . Identify and analyze the factors that influence the development strategy of oil palm plantations on peat land in Kubu Raya District .2 . Formulate strategies alternanif development of oil palm plantations on peatland Kubu Raya district . The method used was a survey method and included in the descriptive study . The sampling technique used was purposive sampling method , which determines directly or by deliberately selecting respondents . To know the strengths , opportunities , weaknesses and threats of the development of oil palm plantations on peatland Kubu Raya district , then do a SWOT analysis ( Strengths Weakness Opportunities Threath ) . From the analysis it turned out SO strategy ( Strengths Opportunities) ( 3.3743 ) is the best strategy in the development of oil palm plantations on peatland Kubu Raya district , while the strategy is as follows: 1 ) Planting Area Improvement Strategy and Increased Production of oil palm plantations  peatlands  .  2  )  Increased  and  improved  palm  oil  products  according  to  standard  

    EFFECT OF COASTAL SEDIMENT TO NUTRIENT AVAILABILITY AND MAIZE PRODUCTIVITY ON ENTISOLS

    No full text
    Entisols had a great potential for maize planting area expansion in increasing its production. The low soil fertility could be improved by application of coastal sediment. This current research examined the effect of different amount of coastal sediment on nutrient availability and maize production on Entisols, West Kalimantan. The research was conducted from July to November, 2013 in green house, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University, West Kalimantan. The treatment conducted was the application of coastal sediment at dosage of: 0 Mg ha-1 (L0), 14 Mg ha-1 (L1), 28 Mg ha-1 (L2), 42 Mg ha-1 (L3), 56 Mg ha-1 (L4), 72 ton ha-1 (L5), 86 Mg ha-1 (L6) and 100 Mg ha-1 (L7). The treatments were arranged by completely randomized design with 3 replications. Research results showed that 42 Mg ha-1 coastal sediment was the best treatment and able to increase soil nutrients availability and maize productivity. The provision of coastal sediment increased the availability of K, Ca, Mg and Na, also the availability of nutrients in accordance with the increase of the dosage of coastal sediment

    KAJIAN BAKTERI AZOTOBACTER PADA TANAH GAMBUT DI BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN KELURAHAN SIANTAN KOTA PONTIANAK

    No full text
    ABSTRAKAzotobacter merupakan bakteri yang berperan dalam penyediaan Nitrogen pada tanah karena bakteri tipe ini mampu menambat Nitrat dengan mengoksidasi ion ammonium pada tanah sehingga dapat terikat dengan kuat pada komponen-komponen humus yang menyebabkan Nitrat tidak mudah terbilas keluar tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bakteri Azotobacter di beberapa penggunaan lahan diantaranya lidah buaya, pepaya, sawi, kelapa sawit, nanas dan hutan sekunder pada lahan gambut. Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus sampai November 2018 dengan lokasi pengambilan sampel tanah bertempat di Sungai Selamat, kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara dan inokulasi bakteri Azotobacter di Laboratorium Bioteknologi dan Biologi Tanah serta Analisis kimia tanah bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan untuk analisis Fisika tanah bertempat di Laboratorium Fisika dan Konservasi tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis keragaman klasifikasi satu arah (One Way Anova) dengan rancangan acak lengkap yaitu 6 penggunaan lahan (lidah buaya, pepaya, sawi, kelapa sawit, nanas dan hutan sekunder). Variabel pengamatan terdiri dari parameter utama (jumlah bakteri Azotobacter) dan analisis tanah ( pH, C-organik, kadar abu, N-total, rasio C/N, bahan organik, kematangan tanah, kadar air tanah dan bobot isi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil jumlah populasi bakteri Azotobacter berpengaruh tidak nyata. Hasil Azotobacter terbanyak pada lahan lidah buaya yaitu 4,21055 x 106CFU/ml tanah dan yang paling sedikit pada hutan sekunder yaitu 2,07767 x 106CFU/ml tanah. Pada penggunaan lahan Sawi jumlah bakteri Azotobacter yang ditemukan sebanyak 2,90010 x 106CFU/ml tanah, kelapa sawit ditemukan sebanyak 2,23322 x 106CFU/ml tanah dan pada lahan pepaya ditemukan sebanyak 2,73272 x 106CFU/ml tanah.  Kata Kunci: Azotobacter,bakteri tanah, Gambut, Nitrogen
    corecore