10 research outputs found

    Pembuatan Sistem Pengendali 4 Motor DC Penggerak 4 Roda Secara Independent Berbasis Mikrokontroler AT89C2051

    Full text link
    Telah dibuat suatu sistem pengendali yang tersusun dari 4 motor DC penggerak 4 roda secara independen yang berbasis mikrokontroler AT89C2051. Pembuatan sistem ini dilakukan dengan menggunakan teknik PWM (Pulse Width Modulation) digunakan pada mikrokontroler tipe AT89C2051 untuk mengatur arah dan kecepatan motor DC. Dengan melakukan kombinasi tingkat kecepatan pada masing-masing motor DC maka dapat dihasilkan satu arah gerakan, yaitu gerak maju, gerak mundur, gerak kekiri sebesar 900, gerak kekanan sebesar 900 dan gerak memutar sebesar 1800 sepanjang lintasan.A controller system consists of 4(four) DC motors 4(four) wheels drive independently, AT89C2051 microcontroller based, has been constructed. The system is developed using PWM (Pulse Width Modulation) technique which is used at the AT89C2051 microcontroller to regulate direction and velocity of the DC motor. By applying velocity level combination at each DC motor, can be resulted one move direction, that is forward, backward, left-motion at 900, right-motion at 900 and circularmotion for 1800 along the track

    Pemodelan Kinetika Pengeringan Beberapa Komoditas Pertanian Menggunakan Pengering Inframerah

    Get PDF
    The drying kinetics study was carried out on agricultural commodities using an infrared dryer at temperature 60 °C. The aim of this study was to determine a drying model and effective moisture diffusivity that showed the drying characteristics of cassava slices, banana slices and groundnut pods. The experiments were conducted at three agricultural commodities (cassava, banana, and groundnut) at two capacity levels of 12 kg and 24 kg. Drying was done by arranging the agricultural material on tray of 0.5 kg and 1 kg for the treatment of 12 kg capacity and 24 kg capacity, respectively. A total of 24 trays were inserted into the dryer and every hour sample was taken to analyze the water content by gravimetric method. Data was fitted to four drying models and non-linear regression analysis was used to determine model parameters. The models were compared based on their coefficients of determination (R2) between the experimental and predicted moisture ratios. The results showed that the increase of drying capacity would decrease the drying rate for all agricultural commodities. The Page model was showed to the best for describing the drying behaviour for these agricultural products. Effective moisture diffusivity ranged between 1.34x10-10 m2/s - 3.23x10-10 m2/s

    Rancang Bangun dan Analisa Biaya Perangkat Sortasi Tomat Berdasar Sensor Berat Tipe Strain Gauge dan Pengolahan Citra Warna

    Full text link
    Saat ini, mayoritas penyortiran tomat di Indonesia masih dilakukansecara manual sehingga hasilpenyortiran kurang seragam dan juga membutuhkan waktu yang relatif lama. Parameter acuan sortasi umumnya adalah warna dan ukuran. Untuk mengatasi hal tersebut dirancang sebuah perangkat konveyoryang dapat mengindentifikasi berat (representasi dari ukuran) dan mengidentifikasi tingkatkematangan tomat berdasarkan warna. Pada penelitian ini rangkaian sensor berattipe strain gaugedikombinasikan dengan pengolahan citra berbasis mikrokomputer Raspberry Pi untuk mengukur berat dan mendeteksi tingkat kematangan tomat berdasarkan pemilihan warna. Tingkat kematangan tomat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan warna yaitu green atau hijau (mentah), turning atau warna kuning (kematangan sedang) dan red atau merah (matang).Kriteria berat yang dipilih dan diloloskan adalah 50-100 gram dan kriteria warna yang dipilih adalah turning yaitu warna kuning (kematangan sedang). Metode pengolahan citra menggunakan thresholdingwarna RGB ( Red, Green, Blue) dan pemilihan rasio RGB. Tahapan penelitian terdiri dari perancangan struktur dan fungsi perangkat, manufaktur, pengujian, dan analisis biaya. Spesifikasi perangkat yang dirancang memiliki berat 31 kg, panjang 150 cm, lebar 28 cm dan tinggi 60 cm. Daya yang digunakan adalah motor listrik 48,9 Watt, tegangan 220 Volt dan kapasitas sortasi adalah 240 tomat per jam. Uji kinerja dilakukan pada 50 tomat sebanyak tiga ulangan, dengan berat berkisar antara 40-110 gram per tomat. Hasil tes menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan penyortiran tomat berdasar berat dan warna mencapai 95,33% dengan rata-rataerrorpengukuran sebesar 4,67%. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan perangkat adalah Rp12.549.00,00sedangkan biaya pokok penyortiran adalah Rp.857,00/kg

    Sistem Deteksi dan Pemantauan Kualitas Air pada Akuaponik Berbasis Android

    Full text link
    Pada sistem akuaponik, kesesuaian kombinasi antara jenis ikan dan tanaman sangat penting untuk diselidiki karena setiap jenis ikan dan tanaman memiliki kondisi lingkungan hidup yang berbeda. Dengan demikian, diperlukan suatu perangkat yang dapat mendeteksi, memantau dan merekam kualitas air agar fenomena-fenomena yang terjadi pada kondisi air dapat diselidiki secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat sistem deteksi dan pemantauan kualitas air untuk aplikasi aquaponik. Perangkat ini dirancang dengan menggunakan beberapa sensor yaitu sensor sensor pH tipe SKU:SEN0161, sensor TDS tipe SKU: SEN0244, sensor suhu air tipe DS18B20, intensitas cahaya tipe LDR, dan ketinggian air sensor ultrasonic tipe HCSR04. Perangkat tersebut dirancang untuk dapat diakses dengan menggunakan perangkat Android, sehingga kualitas air dapat dengan mudah dipantau kapan pun dan di mana pun. Metode perancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode prototyping yaitu Listen to Customer (Pengumpulan kriteria desain), Design and Build Prototype, dan Test Drive and Evaluation. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis masing-masing sensor sebanyak 7 pengambilan data TDS dan 10 pengambilan data PH dan Suhu, didapatkan nilai galat yang kecil pada pembacaan setiap sensor. Galat pembacaan sensor pH sebesar 0,3, TDS sebesar 15 ppm dan sensor suhu sebesar 0,45 °C. Untuk pengujian repeatability, pada pengujian sensor cahaya setiap 5 menit diperoleh nilai rata-rata 236,2 Lux dan nilai deviasi yang sangat kecil yaitu 0,4 Lux, sedangkan sensor ketinggian air menunjukkan nilai rata-rata 14,72 cm dan nilai deviasi 0,03 cm. Nilai galat yang kecil menunjukan sensor memiliki akurasi yang tinggi dan nilai deviasi yang kecil menunjukan bahwa sensor telah memilii tingkat kepresisian yang tinggi. Data parameter hasil pengukuran telah mampu ditampilkan dengan baik pada perangkat Android melalui jaringan internet

    Evaluasi Kinerja dan Analisa Biaya Pengeringan Ubi Kayu Menggunakan Pengering Inframerah pada Beberapa Tingkat Kapasitas yang Berbeda

    Full text link
    Pengeringan ubi kayu merupakan salah satu tahap penting yang dilakukan untuk mengolah ubi kayu menjadi produk tepung. Pengeringan umumnya dilakukan menggunakan sinar matahari maupun secara mekanis menggunakan alat pengering. Namun, penggunaan alat pengering menimbulkan biaya tambahan pada proses produksinya sehingga kinerja teknis dan tekno-ekonominya perlu dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan menganalisis biaya pengeringan ubi kayu yang dikeringkan dengan menggunakan pengering kabinet dengan pemanas keramik inframerah. Kinerja pengeringan ubi kayu menggunakan alat pengering ini telah berhasil diuji pada beban kosong dan pada tiga variasi kapasitas pengeringan (20, 29 dan 42 kg). Karakteristik suhu dan kelembaban pada ruang pengering dapat stabil dan mendekati nilai set point. Peningkatan kapasitas pengeringan tidak menunjukan perbedaan laju pengeringan, akibatnya semakin tinggi kapasitas pengeringan (hingga kapasitas maksimal) semakin tinggi efisiensi pengeringannya, semakin tinggi laju penguapannya dan semakin rendah konsumsi energi spesifiknya. Peningkatan kapasitas juga dapat menurunkan biaya pokok pengeringan hingga mencapai Rp.1,056,00 per kg ubi kayu basah pada kapasitas 42 kg/batch. Penggunaan alat pengering berbantu pemanas inframerah ini sangat ditekankan untuk dioperasikan pada kapasitas maksimal agar dapat menekan biaya operasional yang berdampak pada menurunya biaya pokok pengeringan

    Pembuatan Prototipe Produk Rotary Joint

    Full text link
    Ketergantungan dalam negeri terhadap produk impor, terutama untuk produk-produk mekanikal masih cukup tinggi, untuk mengurangi ketergantungan tersebut maka rekayasa peniruan (reverse engineering) dipandang penting untuk dilakukan. Pada penelitian ini telah dilakukan rekayasa peniruan pada produk rotary joint. Rotary joint adalah komponen yang digunakan untuk mengalirkan fluida dari jalur suplai stasioneri ke bagian yang berputar pada berbagai mesin produksi dengan tujuan untuk untuk mendinginkan, memanaskan, dan mentransfer daya pneumatik atau hidraulik. Tahapan Rekayasa peniruan yang dilakukan meliputi pengumpulan informasi produk, analisa fungsi rakitan dan sub rakitan secara komprehensip, pengukuran dan pemodelan geometrik, analisa keberfungsian, keandalan, pembuatan produk hasil peniruan dan pengujian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara teknis rotary joint dapat dibuat di dalam negeri dan hasil uji kinerja rotary joint hasil rekayasa peniruan berfungsi sesuai dengan harapan pada saat digunakan pada mesin Double Drum Dryer dalam proses pembuatan produk makanan instan

    Rancang Bangun Hand Sanitizer Otomatis dan Sistem Monitoring Jarak Jauh dalam Upaya Mengurangi Penyebaran Covid 19

    Full text link
    Pada awal tahun 2020, telah terjadi suatu pandemi yang melanda dunia termasuk Indonesia. Pandemi ini disebabkan oleh virus jenis baru yaitu Coronavirus (COVID-19). Upaya untuk mencegah penyebaran virus ini adalah dengan menerapkan protokol kesehatan (memakai masker, menjaga jarak, dan selalu membersihkan tangan). Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengkonstruksi hand sanitizer otomatis untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari perancangan fungsional dan struktural, analisis biaya serta uji kinerja. Alat ini dirancang menggunakan beberapa sensor yaitu sensor infra merah (IR Proximity), sensor suhu (MLX90614), dan sensor ultrasonik (HC-SR04). Pengujian karakteristik statik dilakukan pada sensor suhu dan sensor ultrasonik. Analisis karakteristik statik pada sensor dilakukan untuk mengevaluasi kinerja sensor. Hasil menunjukan bahwa nilai deviasi sensor ultrasonik adalah 1,16 cm, deviasi sensor suhu adalah 1,07 °C dengan tingkat presisi 0,12 °C serta nilai rata-rata 34,55 °C pada tiap 5 menit pengukuran. Alat ini mampu mengeluarkan cairan pembersih sekitar 0,2 gram/semprotan. Biaya dasar penyediaan semua komponen perangkat adalah Rp.1,500,000 dan total biaya untuk memproduksi setiap unitnya adalah Rp.2,375,000/unit. Perangkat ini beroperasi tanpa perlu disentuh, dan aman untuk diterapkan di area publik. Perangkat juga dibuat dengan sistem pemantauan terintegrasi dimana suhu tubuh yang diukur oleh perangkat ini dapat dimonitor dari jarak jauh, sehingga memudahkan pengguna dalam pencatatan data

    The Effect of Drum Dryer Temperature and Rotational Speed on the Characteristics of Finger Millet (Eleusine coracana) Based Weaning Food Enriched with Composite Flour

    No full text
    Finger millet or red millet is a source of carbohydrates, protein, and phytonutrients that have not been widely used. This has the potential to be used as an ingredient in making bread and porridge. However, the protein content of millet is insufficient for infant feeding and deficient in essential amino acids like lysine, so other ingredients are needed. This study contrasted composite flour dried at various temperatures and rotational speeds with millet-based supplementary feeding. Finger millet flour, red bean, skimmed milk powder, sugar, and salt were used to produce the weaning meal in that sequence. The dough-to-water ratio is 1 : 4. Organoleptic, physical, and chemical interactions were all considered. The experiment used a randomised block design with three replications and a 3 × 3 factorial pattern. The study discovered that drum dryer temperature impacted chemical, physical, and sensory responses (p <0.05). Temperature had a more significant influence on moisture content than rotational speed. Temperature above 120 °C results in lower moisture content at rotation higher than 1.0 min−1 and meets the criteria for instant porridge (lower than 4%). Lower moisture content at higher temperatures leads to increased protein concentration, but carbohydrates and fats remain relatively constant. The samples more preferred by the panellists were samples processed at higher temperature with rotation above 1.0 min−1. So, this value is recommended, apart from fulfilling the standard criteria, processing with higher rotational speed can increase the output capacity of the process
    corecore