40 research outputs found

    OTEC Potential Studies For Energy Sustainability In Riau Islands

    Get PDF
    Interest in the use of alternative renewable energy resources has been developed recently due to increased energy consumption and depletion of fossil fuel reserves. A major concern the world to reduce is dependence impact from fossil fuel consumption with renewable energy. Renewableenergy sources have enormous economic, environmental benefits and provide energy security. The most potential renewable energy sources of ocean energy include Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC). OTEC is a technology to generate electricity using a heat source thermal energy stored in the sea and is becoming increasingly attractive option to supply additional energy for many tropical countries and islands such as Riau Islands. Two monitoring stations were collected in Bintan Island using CTD. CTD profiler allows to the determination of derived and relevant quantities in situ measurement ocean temperature per depth. The relationship between ocean temperature and ocean depth represented with Regression Model Fit Analysis (RMFA). RMFA models to estimates ocean temperature profiles from CTD measurements. To predict ocean depths up to 2000 meters using Equation of State Model (EoSM) of ocean water. The OTEC efficiency value can be calculated using the equation of Carnot efficiency (η). Carnot efficiency maximum in Riau Island is η <0.7

    Studi Kontaminasi Logam Berat (Pb dan Cr) Pasca Pertambangan Bauksit Sebagai Potensi Lokasi Kegiatan Budidaya Perikanan

    Get PDF
    Bauksit merupakan salah satu kegiatan penambangan yang dapat menimbulakan fenomena Acid Mine Drainage (AMD), dimana kegiatan yang dikembangkan oleh pertambangan bauksit adalah, sejak awal operasi, yang mampu mendegradasi kondisi lingkungan sekitar dan menyebabkan modifikasi terhadap struktur utama lingkungan. Salah satu alternatif untuk mengurangi dampak negatif produksi pertambangan bauksit adalah dengan memanfaatkan kembali lahan bauksit yang telah ditinggalkan yang membentuk genangan air. Puding pada bekas penggalian bauksit diperkirakan memiliki potensi untuk budidaya ikan. Setiap lokasi pengambilan sampel berada pada 5 (lima) lokasi berdasarkan kegiatan pasca penambangan bauksit) yang digunakan untuk menentukan kadar logam berat dari Pb dan Cr. Sampel tanah maupun sedimen juga dikumpulkan untuk dilaksanakan analisis ukuran butir (grain size) Konsentrasi logam berat total diukur menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom Flame (AAS). Hasil perhitungan nilai Faktor Pengayaan (EF) logam berat untuk Pb) menunjukkan telah terjadi pengayaan logam Pb yang sangat ekstrim tingginya di lahan bekas penambangan bauksit untuk stasiun Simpang Dompak, Dompak dan Wacopek (EF > 40). Faktor Pengayaan (EF) Cr pada lokasi lahan pasca-tambang bauksit untuk stasiun, Simpang Dompak dan Sei.Carang nilai EF >5 menunjukkan adanya kontaminasi logam Cr. Dai Nilai Indek Igeo, Logam Pb terkatagori tercemar berat Igeo> 5dan Cr dengan Igeo <5 tercemar sedang. Kualitas air tambang Bauskit menunjukan hasil yang baik. Secara umum, daerah pasca tambang bauskit masih memiliki potensi untuk kegiatan budidaya, walaupun ada kontaminasi Pb yang tinggi pada substrat tetapi kualitas air pada deerah tersebut dapat dimanfaatkan untuk organisme dinamis seperti ikan. Perlu adanya teknik budi daya yang tepat untuk mengelola lahan tersebut agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan budidaya.Bauxite is one of the mining activities, which can lead to the phenomenon of Acid Mine Drainage (AMD). Activities developed by bauxite mining, since the beginning of operations are able to degrade environmental conditions and cause modifications to the main structure of the environment. Alternative to reducing the negative impact of bauxite mining production with re-utilize abandoned bauxite which forms puddles. The puddle of water on bauxite post-mining have potential for Aquaculture. Each sampling site is located in 5 (five) site based on post bauxite mining activities and determine the heavy metal concentraion of Pb and Cr. Soil and sediment samples were collected to analyze the grain size.  Total heavy metal concentrations using Atom Flame Absorption Spectrophotometer (AAS). Analysis of heavy metal concentration (Pb dan Cr) with enrichment factor (EF) value of heavy metals Pb indicates extremely high enrichment for post-mining bauxite site at Simpang Dompak, Dompak and Wacopek (EF> 40). Enrichment Factor (EF) Cr on post-mining bauxite post in Simpang Dompak and Sei.Carang site have EF value > 5 indicating this site contamination with Cr. Index Value, Igeo > 5 indicating very strongly contaminated Pb and Cr with Igeo <5 is contaminated moderately. Water quality in Post-mining bauxite shows good condition of water. In general, the post-mining area of ​​bauskit have potential for aquaculture activities although there is high Pb contamination on the substrate but the water quality parameter can utilized for dynamic organisms such as fish. Proper aquaculture techniques to manage the post-mining bauxite in order to be optimally utilized for cultivation activities

    Model Hidrodinamika 2 Dimensi Gelombang Laut Permukaan di Sekitar Lokasi Reklamasi Kota Tanjungpinang

    Get PDF
    ABSTRAKPesisir dan pantai Kota Tanjungpinang saat ini mengalami reklamasi. Aktivitas reklamasi di pesisir akan memberikan dampak terhadap perubahan kondisi fisik pantai terutama akibat gelombang laut yang merupakan salah satu parameter hidro-oseanografi yang mempengaruhi perubahan wilayah pesisir dan pantai selain parameter arus dan pasang surut (Denestiyanto et al., 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gelombang laut yang terjadi di sekitar lokasi reklamasi Kota Tanjungpinang menggunakan model hidrodinamika. Metode penelitian yang digunakan metode survei. Data yang akan diukur di lapangan adalah batimetri dan angin. Data lain yang digunakan adalah data pasang surut yang diperoleh dari prediksi menggunakan MIKE 21 dan garis pantai. Alat selama penelitian terdiri dari alat survei dan analisis gelombang laut menggunakan software MIKE 21 dengan modul Spectral Wave (SW). Hasil model kondisi gelombang laut dari musim utara hingga musim barat di sekitar lokasi reklamasi Kota Tanjungpinang secara umum arah dan kondisi penjalaran gelombang sangat dipengaruhi oleh kondisi angin muson yang berganti setiap 3 (tiga) bulan sekali. Angin dominan berhembus dari arah utara dengan persentase kejadian angin musim secara umum cukup dominan, terutama pada kisaran 3,60-5,70 m/s. Sementara itu angin yang berpotensi membentuk gelombang laut adalah angin dari arah utara, selatan dan barat dengan rentang ketinggian gelombang setiap musim dominan berada di antara 0,1-1,5 m.Kata Kunci: Model Hydrodynamic, Gelombang, Kota Tanjung Pinang, AnginABSTRACTThe coastal of Tanjungpinang city currently experiencing reclamation. Reclamation activities on the coastal will have impact on changes in coastal physical conditions, especially due to ocean waves is one of the hydro-oceanographic parameters that affect changes to coastal areas in addition to currents and tidal parameters (Denestiyanto et al., 2015). This research aim to obtain information about ocean waves conditions arounds the coastsl reclamation site of Tanjungpinang city using hydrodynamic model. The research method used is the survey. The data used include is batimetri and wind. Other data used is prediction tidal using MIKE 21 and shoarline. The research equipment consists of equitment survey and analysis ocean wave using MIKE 21 software with the modul Spectral Wave (SW). The results of conditions model ocean waves from the north season to the west season around the coastal reclamation site of Tanjungpinang city, in general the direction and conditions of wave propagation are strongly influenced by monsoon wind conditions which change every 3 (three) months. The dominant wind blows from the north with the percentage of seasonal winds in general being quite dominant, especially in the range of 3,60-5,70 m/s. Meanwhile, winds that have the potential to form ocean waves are winds from the north, south and west with a range of wave heights per dominant season between 0,1-1,5 m.Keywords: Hydrodynamic Model, Ocean Wave, Tanjungpinang City, Win

    PEMETAAN ZONA POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN BERDASARKAN CITRA SATELIT AQUA/TERRA MODIS DI PERAIRAN SELATAN PULAU JAWA

    Get PDF
    Remote sensing is technique to observe oceanographic parameters such as sea surface temperature and chlorophyll-a concentration without contact with objects. Remote sensing techniques have excellence ability in analyzing large area and resolve to take retrieval data is more efficient. Remote sensing can combined with geographical information system to determine the potential fishing zone (ZPPI). The southern sea of Java Island is potential fishing areas in Indonesia. The purpose of this study to determine potential fishing zone by observe condition the seas which habitat species using the parameters of sea surface temperature (SPL) and chlorophyll-a concentration (CHL) parameters. Sea surface temperature and chlorophyll-a concentration are important parameters for identify potential fishing zones. The method used in study analysis of sea surface temperature and chlorophyll-a concentration using AQUA/TERRA MODIS satellite imagery data processed on ENVI, ErMapper, and ArcGIS software. The sea of South Java are 166 potential fishing zones. spread evenly from Banten to East Java it can be conclude that the southern sea of Java Island are still in good condition and deserve to be potential fishing zone

    ANALISIS DIGITAL CITRA LANDSAT UNTUK DETEKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI TRIKORA KABUPATEN BINTAN

    Get PDF
    Trikora beach is a coastal area with a diverse set of potential in Bintan. Remote sensing is a technique of detection of an object with a high efficiency level. Information changes the shoreline is required to review the management of the territory. Research on probe coastline changes using Landsat satellite imagery with combine method of Single Band 5 Threshold and Band Ratio the calculate of changes the coastline by Digital Shorline Analysis System.   Final results of calculation changes accretion of Trikora coastline caused by the influence of human activity such as infrastructure development and changes of the land function this occurs most obviously seen in the period of the year 1995-2005. The abrasion phenomena for the Trikora Beach caused by natural factors such as wave, changes in the pattern of currents, tidal variations and climate change, this happened during on 1990-1995 years.Pantai  Trikora  merupakan wilayah pesisir dengan potensial yang beragam terletak di  Kabupaten  Bintan. Penginderaan jauh adalah teknik pendeteksian suatu objek dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Informasi perubahan garis pantai diperlukan untuk kajian pengelolaan wilayah. Pada penelitian ini melakukan deteksi perubahan  garis  pantai  menggunakan  citra  satelit  Landsat  dengan  pengabungan  metode  Single  Band  5 Threshold dan Band Ratio perubahan garis pantai dihitung dengan Digital Shorline Analysis System.   Hasil akhir perhitungan perubahan akresi garis pantai Trikora paling dominan di sebabkan oleh pengaruh kegiatan manusia (antropogenik) seperti pembangunan infrastruktur dan perubahan fungsi lahan hal ini terjadi paling jelas terlihat di periode tahun 1995-2005. Untuk fenomena abrasi pantai Trikora diakibatkan oleh faktor alami seperti gelombang, perubahan pola arus, variasi pasang surut dan perubahan iklim, hal ini terjadi pada periode tahun 1990-1995

    PEMODELAN POLA ARUS DI KAWASAN PESISIR PANTAI KAWAL KABUPATEN BINTAN

    Get PDF
    Research on current pattern modeling has been carried out in the Kawal coastal area of Bintan Regency. Kawal Beach is a tourist area, settlement and anchorage for fishing boats. These conditions will have an impact on the sustainability of coastal activities and conditions such as abrasion, sedimentation and shoreline changes. The purpose of this study was to look at the movement patterns of currents generated by tides, winds and analyze the current phenomena that occur in the coastal area of the guard. This flow modeling is carried out for 5 days using software MIKE 21 by entering wind, tidal parameters as a current modeling generator force. Research results in getting currents in the coastal area of Kawal are classified as tidal currents. Current movement at high tide tends towards South-Southwest, while at low tide the movement pattern of the current leads to the North. Current conditions at the highest tide range between 0.6 - 1.80 m / s and relatively the same as current conditions when heading for the lowest ebb with a velocity value between 0.4 - 1.80 m / s.Penelitian mengenai pemodelan pola arus telah dilakukan di kawasan perairan pantai Kawal Kabupaten Bintan. Pantai Kawal merupakan kawasan wisata, pemukiman dan tempat berlabuhnya kapal nelayan. Kondisi tersebut akan berdampak kepada keberlangsungan kegiatan dan kondisi pesisir pantai seperti abrasi, sedimentasi serta perubahan garis pantai. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pola pergerakan arus yang dibangkitkan oleh pasang surut, angin dan menganalisis fenomena arus yang terjadi pada kawasan pesisir pantai Kawal. Pemodelan arus ini dilakukan selama 5 hari dengan menggunakan software MIKE 21 dengan memasukan Parameter angin, pasang surut sebagai gaya pembangkit pemodelan arus. Hasil Penelitian didapatkan arus di kawasan pesisir pantai Kawal tergolong arus Pasang surut. Pergerakan arus pada saat pasang cenderung menuju ke arah Selatan - Barat Daya, sedangkan pada saat surut pola pergerakan arus mengarah ke bagian Utara. Kondisi arus pada saat menuju pasang tertinggi berkisar antara 0.6 - 1.80 m/s dan relatif sama dengan kondisi arus saat menuju surut terendah dengan nilai kecepatan antara 0.4 - 1.80 m/s

    ANALISIS DIGITAL CITRA LANDSAT UNTUK DETEKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI TRIKORA KABUPATEN BINTAN

    Get PDF
    Trikora beach is a coastal area with a diverse set of potential in Bintan. Remote sensing is a technique of detection of an object with a high efficiency level. Information changes the shoreline is required to review the management of the territory. Research on probe coastline changes using Landsat satellite imagery with combine method of Single Band 5 Threshold and Band Ratio the calculate of changes the coastline by Digital Shorline Analysis System.   Final results of calculation changes accretion of Trikora coastline caused by the influence of human activity such as infrastructure development and changes of the land function this occurs most obviously seen in the period of the year 1995-2005. The abrasion phenomena for the Trikora Beach caused by natural factors such as wave, changes in the pattern of currents, tidal variations and climate change, this happened during on 1990-1995 years.Pantai  Trikora  merupakan wilayah pesisir dengan potensial yang beragam terletak di  Kabupaten  Bintan. Penginderaan jauh adalah teknik pendeteksian suatu objek dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Informasi perubahan garis pantai diperlukan untuk kajian pengelolaan wilayah. Pada penelitian ini melakukan deteksi perubahan  garis  pantai  menggunakan  citra  satelit  Landsat  dengan  pengabungan  metode  Single  Band  5 Threshold dan Band Ratio perubahan garis pantai dihitung dengan Digital Shorline Analysis System.   Hasil akhir perhitungan perubahan akresi garis pantai Trikora paling dominan di sebabkan oleh pengaruh kegiatan manusia (antropogenik) seperti pembangunan infrastruktur dan perubahan fungsi lahan hal ini terjadi paling jelas terlihat di periode tahun 1995-2005. Untuk fenomena abrasi pantai Trikora diakibatkan oleh faktor alami seperti gelombang, perubahan pola arus, variasi pasang surut dan perubahan iklim, hal ini terjadi pada periode tahun 1990-1995

    Hubungan Persentase Tutupan Karang Hidup dengan Kelimpahan Ikan Indikator Chaetodontidae di Perairan Pengudang, Kabupaten Bintan

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi persentase terumbu karang hidup dan kelimpahan ikan indikator Chaetodontidae beserta hubungannya. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Underwater Photo Transeck (UPT) untuk kondisi terumbu karang dan Underwater Visual Cencus (UVC) untuk ikan chaetodontidae, selanjutnya data karang diolah dengan aplikasi CPCe 4.0. Untuk data ikan Chaetodontidae yang diperoleh dihitung jumlah individu dan diidentifikasi jenis species yang didapati. Lalu untuk melihat hubungan dari persentase tutupan terumbu karang terhadap kelimpahan ikan indikator Chaetodontidae menggunakan regresi linier sederhana. Persentase karang hidup Perairan Pengudang untuk lokasi pengamatan 1 sebesar 54,14% dengan kategori baik, lokasi pengamatan 2 sebesar 52,57% dengan kategori baik, dan untuk lokasi pengamatan 3 sebesar 35,34% dengan kategori sedang. Adapun untuk jenis ikan Chaetodontidae ditemukan yaitu Chaetodon octofasciatus dengan kelimpahan dan Chelmon rostratus. Untuk keterkaitan diketahui bahwa persentasi karang hidup berpengaruh positif terhadap kelimpahan ikan Chaetodontidae dengan total pengaruh sebesar 7,61%, sedangkan 92,39% dipengaruhi oleh faktor lainnya. nilai korelasi ini merupakan nilai korelasi yang sangat rendah

    POLA PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PULAU DOMPAK PERIODE 2005-2015

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan dan panjang garis pantai di pulau Dompak Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengolahan citra dari 2 data citra Landsat 7 dan 8 bertipe level 1. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan koreksi radiometrik, koreksi atmosferik, koreksi pasang surut sehingga diperoleh data perubahan garis pantai. Selanjutnya analisis perubahan garis pantai pada tahun 2005-2015 dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Dari penelitian ini didapatkan bahwa pantai Pulau Dompak mengalami perubahan garis pantai baik sedimentasi maupun abrasi. Pada tahun 2005-2015 rata-rata perubahan garis pantai Pulau Dompak per tahun adalah abrasi dengan nilai 0.30 m. Dengan demikian pola perubahan garis pantai di Pulau Dompak adalah abrasi
    corecore